Curah Hujan Tinggi, Daerah di Barat Sumsel Terancam Banjir
Curah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur bagian barat Sumatera Selatan dalam dua minggu terakhir. Akibatnya, banjir menerjang sejumlah daerah di kawasan tersebut.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Curah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur bagian barat Sumatera Selatan dalam dua minggu terakhir. Akibatnya, banjir menerjang sejumlah daerah di kawasan tersebut. Masyarakat pun diminta lebih waspada terhadap ancaman bencana hidrometeorologi, yakni banjir, longsor, dan angin kencang.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori, Sabtu (31/10/2020), menerangkan, banjir sudah melanda beberapa daerah di sebelah barat Sumatera Selatan. Terbaru adalah banjir bandang di Desa Ujan Mas Baru, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim, Jumat (30/10/2020).
Hujan lebat yang terus mengguyur selama empat jam mengakibatkan anak Sungai Mampur di kabupaten itu meluap. Banjir bandang pun menerjang permukiman warga sekitar pukul 02.00. Namun, pada Jumat malam, banjir surut kembali.
Akibat banjir bandang tersebut, ungkap Ansori, 102 warga terdampak banjir dan 5 rumah mengalami kerusakan. Bahkan, ada rumah yang rata dengan tanah. ”Banjir juga merusak jalan akses desa. Saat ini masih dalam proses perbaikan,” ucap Ansori.
Dalam dua minggu terakhir, ungkap Ansori, setidaknya dua peristiwa banjir terjadi di bagian barat Sumsel. Selain Muara Enim, banjir juga melanda Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan. Namun, banjir hanya merendam lahan perkebunan dan tidak berdampak ke permukiman warga.
Ansori mengimbau masyarakat yang tinggal di kawasan rawan banjir dan longsor agar tetap waspada. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan peringatan adanya peningkatan intensitas curah hujan yang berpotensi menimbulkan banjir, angin kencang, dan longsor.
Ansori menjelaskan, hingga kini, baru Muara Enim yang menetapkan status siaga banjir dan longsor di wilayahnya. Adapun di tingkat provinsi, belum ada penetapan serupa. ”Untuk menetapkan status siaga bencana di tingkat provinsi, setidaknya harus ada dua daerah yang menetapkan status siaga terlebih dulu. Ketika status siaga telah ditetapkan, koordinasi untuk penanganan bencana bisa lebih lancar,” ucapnya.
Sepanjang 2020, ujar Ansori, di Sumatera Selatan setidaknya ada 36 kali banjir, puting beliung (10 kali), banjir bandang (8 kali), dan tanah longsor (14 kali). Dari semua peristiwa tersebut, 9.098 rumah terendam, 28 rumah hanyut terbawa arus banjir, 149 rumah rusak berat, 403 rumah rusak sedang, dan 705 rumah rusak ringan.
Selain itu, bencana juga menyebabkan 10 jembatan rusak, 14 jembatan roboh, 115 meter jalan putus akibat longsor, serta 281 hektar kebun dan 5.319 hektar sawah terendam. ”Karena itu, memasuki musim hujan, semua pihak harus tetap waspada,” ujar Ansori.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Palembang Nandang Pangaribowo mengungkapkan, pada dasarian II (tanggal 11-20) Oktober 2020, semua wilayah di Sumatera Selatan sudah memasuki musim hujan. Intensitas hujan di Sumsel 150-300 milimeter (mm) per bulan, yang berarti masuk dalam kategori hujan sedang dan lebat.
Hanya saja, dia menyatakan, sejumlah daerah yang terletak di sebelah barat Sumsel, seperti Muara Enim, OKU Selatan, Empat Lawang, Lahat, Musi Rawas, Kota Lubuklinggau, dan Kota Pagar Alam, harus menjadi perhatian. Ini karena intensitas hujan di daerah tersebut berpotensi mencapai 400 mm per bulan.
Nandang menjelaskan, fenomena ini terjadi lantaran adanya belokan massa udara akibat pertemuan antara monsun Asia dan monsun Australia serta tekanan rendah di Laut China Selatan. Belokan massa udara ini berdampak pada meningkatnya curah hujan di kawasan Sumsel, Lampung, dan Sumatera Barat.
Walau demikian, Nandang mengatakan, Sumsel termasuk dalam dampak fenomena La Nina moderat hingga Februari 2020. Hal ini membuat intensitas curah hujannya tidak setinggi daerah di kawasan tengah dan timur Indonesia.
Nandang berharap semua pihak terus waspada, mengingat saat ini baru awal musim hujan. Sumsel diperkirakan memasuki puncak musim hujan pada Desember 2020, Januari 2021, dan Maret 2021. Sejumlah bencana bisa saja mengintai.
Untuk wilayah dataran tinggi, ada ancaman banjir bandang dan longsor. Adapun di dataran rendah, ancamannya berupa angin kencang dan banjir dalam jangka waktu lebih lama.