Duduk Bersama Mendongkrak Ekspor Daerah di Tengah Pandemi
Komoditas pertanian dan perkebunan yang melimpah di Jambi belum mengangkat pamor Jambi sebagai daerah asal komoditas. Jika dibuat terobosan, ekspor langsung bisa mendongkrak perekonomian daerah itu.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·5 menit baca
Meskipun telah menghasilkan beragam jenis komoditas pertanian dan perkebunan yang melimpah, Jambi belum dikenal sebagai daerah asal. Pasalnya, berbagai komoditas tersebut diekspor lewat daerah lain.
Begitu beragam hasil produksi asal Jambi, mulai dari karet, kernel sawit, kulit kayu manis, sarang burung walet, damar, jernang, hingga kopi. Komoditas yang memasok kebutuhan dunia itu tak menyematkan nama Jambi sebagai daerah asal, tetapi disebut-sebut sebagai komoditas provinsi tetangga atau bahkan dari pulau lain.
Hasil produksi kernel sawit asal Jambi, misalnya, diekspor Lampung ke Selandia Baru. Selama semester I tahun ini saja, volume ekspor kernel sawit yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak sebanyak 148.680 ton dengan nilai Rp 252 miliar.
Pada waktu yang sama, sarang burung walet asal Jambi diekspor sebanyak 23 ton. Namun, bukan lewat Jambi, ekspor tersebut melalui Kepulauan Riau. Nilainya mencapai Rp 234 miliar. Selain itu, 60 ton sarang burung walet diekspor lewat Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara. Selain sarang burung walet, Belawan juga menjadi pintu keluar karet dan kopi asal Jambi.
Komoditas unggulan lain, seperti kulit kayu manis, damar, dan jernang, diekspor dari Teluk Bayur di Sumatera Barat. Bahkan, sejumlah daerah di Jawa, seperti Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya, turut mengekspor kulit kayu manis yang juga dipasok dari Kerinci.
Belum lagi kopi liberika Jambi lebih banyak diselundupkan ke Malaysia dan Singapura. Akibatnya, dunia lebih mengetahui liberika sebagai komoditas kopi negara tetangga.
Banyaknya komoditas Jambi yang diekspor lewat luar membuat nama Jambi sebagai sentra produksi seolah tenggelam.
Banyaknya komoditas Jambi yang diekspor lewat luar membuat nama Jambi sebagai sentra produksi seolah tenggelam. ”Menghasilkan begitu banyak komoditas, tetapi secara statistik tidak tercatat di dunia sebagai daerah asal komoditas,” ujar Guntur, Kepala Balai Karantina Pertanian Jambi, Jumat (23/10/2020).
Jambi sebenarnya punya Pelabuhan Talang Duku yang berlokasi di Kabupaten Muaro Jambi. Memang, statusnya sebagai pelabuhan sungai kerap dianggap kurang efisien sebagai pintu ekspor. Oleh karena itu, sebagian besar pelaku memilih pelabuhan di provinsi tetangga yang lebih dekat dengan laut lepas.
Pelabuhan Jambi awalnya terletak di Kota Jambi, persisnya di Pelabuhan Boom Batu. Sejak tahun 1996, pelabuhan dipindahkan ke Talang Duku, persis di hilir Sungai Batanghari, yang berjarak 10 kilometer dari Kota Jambi. Sebagian besar kegiatan di pelabuhan itu melayani bongkar muat barang curah, baik curah cair maupun kering.
Selain Talang Duku, ada pula Pelabuhan Kuala Tungkal di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Pelabuhan Muara Sabak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pelabuhan Kuala Tungkal terletak di muara Sungai Pengabuan, hanya 10 mil (sekitar 18 km) dari ambang luar, tetapi lebih banyak untuk melayani kapal-kapal penumpang tujuan Batam.
Sementara Pelabuhan Muara Sabak yang berada pada segitiga pertumbuhan Indonesia, Malaysia, dan Singapura (IMS), serta berdampingan dengan area lintas perdagangan Singapura, Batam, dan Johor (Sibajo), sebenarnya strategis, tetapi belum berkembang baik. Akses jalan menuju pelabuhan buruk. Sarana dan prasarananya pun masih minim.
Karena itu, pilihan terbaik untuk ekspor masih lewat Pelabuhan Talang Duku. Selama pandemi, para pihak mengeluhkan soal meredupnya perekonomian.
Efisiensi
Namun, dalam kondisi sulit itu muncul berita bagus. Jambi berhasil mengekspor langsung kopi arabika ke Eropa pada akhir Juli lalu ke Belgia sebanyak 15,9 ton. Ekspor berlanjut lagi sebesar 2,1 ton ke Jepang, Jumat pekan lalu. Ekspor dilepas secara virtual lewat aplikasi Zoom.
Pendiri Koperasi Koerintji Barokah, Triyono, menceritakan besarnya manfaat yang didapatkan. Selama ini, Triyono mengirim biji beras kopi lewat Medan. Oleh eksportir di Medan, kopi dikirim ke sejumlah negara tujuan.
Ekspor langsung ternyata membawa efisiensi. ”Setelah dihitung-hitung, jika bisa ekspor langsung, efisiensinya hingga Rp 400 per kilogram,” lanjut Guntur yang tergabung dalam Tim Teknis Percepatan Ekspor Provinsi Jambi.
Bisa ekspor langsung lewat daerah sendiri kini membuka mata para pelaku bisnis di Jambi. Selain hal itu tidak sulit, pelaku usaha juga mendapatkan manfaat efisiensi. ”Ekspor direncanakan akan terus berlanjut hingga mencapai 80 ton setahun,” katanya.
Keran ekspor dibuka sebesar-besarnya demi mendongkrak perekonomian daerah yang melemah akibat pandemi Covid-19. Kemudahan ekspor langsung merupakan bentuk terobosan bagi para pihak. Kemudahan yang dimaksud tidak melanggar peraturan, tetapi mempertemukan para pemangku kepentingan. Berbagai persoalan dan kendala dibahas dan dicarikan solusinya sampai akhirnya target ekspor tercapai dan bisa terus meningkat.
General Manager PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Jambi Sandha Trisharjantho pun mendukung ekspor langsung lewat Jambi bisa terus berlanjut. Ia mengakui, ekspor lewat Pelabuhan Talang Duku sangat lesu selama pandemi. ”Lalu lintas kapal turun 2,9 persen dibandingkan pada 2019,” katanya.
Hanya 598 kapal beroperasi sepanjang semester I tahun ini. Sementara pada periode yang sama tahun lalu, sebanyak 612 kapal yang beroperasi.
Jumlah peti kemas yang dikirim dari pelabuhan ini bahkan turun 29 persen. Volume ekspor turun signifikan pada komoditas karet, kelapa, dan kayu olahan.
Pejabat Sementara Gubernur Jambi Restuardy Daud mengatakan pemerintah daerah bersama semua pihak yang terkait akan terus mendukung petani dengan menciptakan iklim usaha yang lebih baik melalui berbagai kemudahan dan mendorong harga semakin kompetitif.
Agar ekspor langsung dapat tercipta, sejumlah intervensi dilakukan, seperti bantuan rumah pengering kopi, mesin pengupas kulit kopi, gudang kopi, dan alat permesinan lain dari Bank Indonesia. ”Ada pula pengembangan kualitas kewirausahaan, pelatihan laporan keuangan, fasilitasi sertifikasi halal, dan lainnya,” ujar Suti Masniari, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Jambi.
Ekspor langsung akan meningkatkan nilai tambah ekonomi, baik bagi petani kopi maupun bagi Provinsi Jambi dalam bentuk penerimaan devisa. Dampak lain adalah mendorong percepatan pemulihan ekonomi yang nantinya berkontribusi pada ketahanan perekonomian daerah.
Karena itu, lewat upaya bersama, ekonomi daerah bisa dipacu. Caranya, dengan bersama memetakannya.