Kendati masih dalam masa pandemi, libur panjang akhir pekan dimanfaatkan sebagian warga dengan berwisata ke sejumlah destinasi. Sebagian wisatawan memilih destinasi yang sepi untuk mengurangi risiko penularan Covid-19
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Kendati masih dalam masa pandemi, libur panjang akhir pekan dimanfaatkan sebagian warga untuk berwisata ke sejumlah destinasi. Namun, sebagian wisatawan memilih mengunjungi destinasi yang sepi untuk mengurangi risiko penularan Covid-19.
Di Banyuwangi, Jawa Timur, sejumlah tempat wisata sudah menyiapkan batasan kapasitas pengunjung. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari protokol kesehatan guna mendapatkan sertifikasi kesehatan dari Satuan Tugas Covid-19 Banyuwangi.
Idealita Ismanto, salah satu wisatawan asal Surabaya yang berkunjung ke Banyuwangi. Ia bersama suami, anak, dan kerabatnya memilih Banyuwangi sebagai tujuan liburan karena kesiapan daerah dan destinasi wisata yang telah menerapkan protokol kesehatan.
”Kami berlima sepakat akan mengunjungi destinasi yang sepi. Kalaupun ramai, ya tidak terlalu padat. Kalau kita nilai destinasi tersebut terlalu padat, kami harus siap untuk pindah tempat,” ujarnya ketika ditemui di Banyuwangi, Jumat (30/10/2020).
Idealita memulai liburan sejak Rabu (28/10/2020). Sejak berangkat dari Surabaya, ia dan rombongan memiliki daftar destinasi wisata yang akan dikunjungi. Beberapa di antaranya ialah Taman Nasional Baluran, Bangsring Underwater, Hutan Djawatan, Pantai Pulau Merah, dan Kawah Gunung Ijen.
Hal senada dilakukan Dyah Nita, warga Banyuwangi, yang juga menghabiskan libur panjang akhir pekan dengan mengunjungi beberapa destinasi wisata di dekat tempat tinggalnya. Nita beserta suami dan anaknya juga memiliki strategi agar tetap dapat berwisata tanpa mengakibakan risiko kesehatan.
”Saya memilih berlibur di Pantai Cemara yang tidak banyak diketahui wisatawan dari luar Banyuwangi. Kami juga memilih waktu yang tidak banyak dipilih wisatawan lain untuk berlibur di sana,” ujarnya.
Nita mengatakan, ia sudah berada di Pantai Cemara sejak pukul 07.00. Ia menghabiskan waktu bersama keluarganya sampai pukul 10.00. Saat itu, memang tidak banyak wisatawan yang berlibur di sana. Bahkan, para penjaja makanan dan mainan anak-anak pun belum menggelar dagangan.
Nita memilih membawa bekal makanan dari rumah. Bahkan, ia membawa tikar pribadi agar tidak perlu menyewa tikar yang biasa digunakan bergantian dengan wisatawan lain.
”Sekitar pukul 10.00, saat para pedagang mulai membuka lapak dan wisatawan lain mulai berdatangan, saya dan keluarga merasa sudah cukup 3 jam bersantai di Pantai Cemara. Di masa pandemi sekarang ini, berwisata butuh strategi agar kita tetap bisa berlibur tanpa harus khawatir tertular Covid-19,” ujarnya.
Upaya pencegahan penularan Covid-19 di destinasi wisata dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan menerapkan sertifikasi protokol kesehatan. Hotel, restoran, dan destinasi wisata diwajibkan menerapkan pembatasan jumlah pengunjung dan menyediakan aneka fasilitas pendukung protokol kesehatan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda mengatakan, pengelola destinasi wisata boleh senang dengan peningkatan jumlah kunjungan. Akan tetapi, ia mengingatkan para pengelola agar tidak serakah dan serta-merta menerima semua pengunjung.
Para pengelola diingatkan agar tidak serakah dan tidak serta-merta menerima semua pengunjung.
”Ada yang lebih penting daripada sekadar tingginya jumlah kunjungan. Kesehatan pengunjung dan karyawan harus menjadi prioritas. Jangan hanya karena ingin mendapat tamu sebanyak-banyaknya, protokol kesehatan justru diabaikan,” tutur Bramuda.
Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi bersama Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 menerjunkan sejumlah pengawas untuk memantau penerapan protokol kesehatan. Destinasi wisata yang kedapatan melanggar protokol kesehatan akan diberi sanksi hingga penutupan operasional sementara.
Salah satu destinasi wisata yang menerapkan pembatasan jumlah kunjungan ialah Bangsring Underwater. Pengelola Bangsring Underwater Ikhwan Arief mengatakan, pembatasan jumlah pengunjung memang sudah menjadi kesepakatan antara pengelola tempat wisata, Dinas Kesehatan Banyuwangi, serta Dinas kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi.
”Semula ditetapkan kuota pengunjung hanya 50 persen dari kapasitas maksimal. Kapasitas kami bisa mencapai 3.000 orang. Kalau 50 persennya, berarti kami bisa menampung 1.500 orang. Namun, jumlah tersebut kami rasa masih terlalu besar. Karena pertimbangan kehati-hatian, kami hanya menyediakan kuota bagi 500 orang saja,” ujarnya.