Wapres Apresiasi Muslimat NU Kembangkan Koperasi dan UMKM
Sejak berdiri 74 tahun lalu, Muslimat NU telah aktif berbuat banyak untuk kemajuan dan peningkatan kualitas perempuan. Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin pun mengapresiasi kiprah Muslimat NU.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BATU, KOMPAS — Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengapresiasi Muslimat Nahdlatul Ulama yang mampu mengembangkan koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Wapres juga berharap Muslimat NU bisa memanfaatkan semua perangkat dan kemudahan yang disediakan oleh pemerintah untuk mengembangkan UMKM tersebut.
”Muslimat NU telah berhasil mengembangkan 144 koperasi primer dan sembilan pusat koperasi sebagai wujud komitmen Muslimat NU dalam membantu mengembangkan dan memajukan usaha anggotanya. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah yang sedang menyiapkan UMKM agar dapat meningkatkan ekonomi,” ujarnya.
Wapres mengatakan hal itu saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Muslimat NU 2020 secara virtual di Batu, Jawa Timur, Kamis (29/10/2020). Rakernas dan mukernas berlangsung baik secara fisik maupun virtual oleh ratusan peserta.
Hadir dalam pembukaan, antara lain, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj (virtual), Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga (virtual), Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU sekaligus Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, dan jajaran pengurus pusat-wilayah Muslimat NU se-Indonesia.
Menurut Wapres, dengan kekuatan, struktur, dan jaringan anggota yang tersebar di seluruh Indonesia, kader organisasi sosial keagamaan dan kemasyarakatan Muslimat NU punya peran strategis sebagai mitra pemerintah dalam membangun dan memberdayakan umat.
Pemerintah butuh mitra strategis dari organisasi perempuan, seperti Muslimat NU. Mengingat jumlah penduduk perempuan di Indonesia sangat besar, peran perempuan diperluan sebagai penggerak dalam pemberdayaan masyarakat.
Di usia yang cukup matang ini, Muslimat NU juga telah banyak berbuat untuk kemajuan dan peningkatan kualitas perempuan di berbagai bidang. ”Upaya yang dilakukan Muslimat NU selama ini merupakan kontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya perempuan,” ujarnya.
Saat ini, jumlah anggota Muslimat NU lebih dari 32 juta orang yang tersebar di 34 provinsi. Bahkan, sebagian dari mereka juga ada di luar negeri. Lahir pada 29 Maret 1946, Muslimat NU punya peran aktif di bidang dakwah, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat.
Sebagai badan otonom dari NU, menurut Wapres, Muslimat NU juga memiliki kewajiban untuk mengembangkan ajaran Islam yang moderat dan tawasul. Muslimat NU punya peran mencegah berkembangnya ajaran radikal yang berpotensi memecah belah keutuhan bangsa.
”Dengan rekam jejak Muslimat NU dan kekuatan modal sosial yang dimilikinya, saya berharap Muslimat NU jadi penangkal upaya pecah belah bangsa. Para ustazah hendaknya selalu menyampaikan narasi kerukunan yang menyejukkan bagi seluruh masyarakat,” katanya.
Dengan rekam jejak Muslimat NU dan kekuatan modal sosial yang dimilikinya, saya berharap Muslimat NU jadi penangkal upaya pecah belah bangsa.
Mengingat peran yang besar tersebut, lanjut Wapres, Muslimat NU harus terus menguatkan kelembagaan, jejaring, dan jajaran kepengurusannya. Untuk itu, diperlukan upaya revitalisasi dan konsolidasi organisasi serta penguatan terhadap semua perangkat Muslimat NU, termasuk penguatan sumber daya manusia.
Pada kesempatan ini, Wapres juga berharap Muslimat NU terus berkontribusi membantu pemerintah mengatasi pandemi. ”Muslimat NU aktif melaksanakan berbagai program kegiatan, termasuk memotivasi, mengedukasi, dan mendampingi masyarakat dalam menanggulangi Covid-19 serta mengampanyekan adaptasi kehidupan baru dengan mengedepankan protokol kesehatan,” katanya.
Dalam arahannya, KH Said Aqil Siroj, antara lain, mengatakan agar Muslimat NU membangun kebersamaan dan pergaulan yang baik dengan mengedepankan prinsip akhlak yang baik. Menurut Said Aqil, Islam bukan hanya akidah dan syariah, melainkan juga agama peradaban, agama budaya, dan agama kemajuan.
Dia pun berharap Muslimat NU bisa menerapkan beberapa hal, misalnya manajemen terbuka dan transparan. ”Di PBNU, kita sudah mulai diaudit oleh auditor eksternal. Bendahara, uang keluar-masuk tercatat rapi. Alhamdulillah. Bisa dipertanggungjawabkan dunia akhirat,” ujarnya.
Selain manajemen keuangan terbuka dan transparan, Muslimat NU juga diharapkan bisa membuka jaringan seluas-luasnya dalam rangka membangun kebesaran Muslimat itu sendiri. Organisasi ini tidak boleh tertutup, tetapi harus terbuka selebar-lebarnya dengan siapa saja dan dalam hal apa saja, antara lain ekonomi, politik, dan pendidikan.
”Terakhir, harus bertanggung jawab. Tidak hanya ketua umum, tetapi juga sampai cabang dan ranting. Semua amanat harus dijaga dengan penuh tanggung jawab,” ucapnya.
Sementara itu, menurut Khofifah Indar Parawansa, kegiatan ini sebenarnya dijadwalkan pada bulan Maret bersamaan dengan Hari Ulang Tahun Ke-74 Muslimat NU. Namun, karena Februari ditemukan kasus Covid-19 di Jawa Barat, lalu menyusul di Jawa Timur pada bulan Maret, akhirnya rakernas dan mukernas 2020 diputuskan untuk ditunda.
”Sampai hari ini belum ada yang bisa memastikan Covid-19 kapan berhenti. Akhirnya, kita melakukan berbagai koordinasi secara virtual, rangkaiannya panjang sekali,” ujarnya.
Menurut Khofifah, saat ini rangkaian rakernas dan mukernas sudah sampai pada acara puncak pembahasan, rapat koordinasi, dan diskusi secara virtual terkait layanan kesehatan, pendidikan, sosial, dan lainnya. ”Karena di NU, yang punya panti asuhan, ya, Muslimat. Kita punya 143 panti asuhan, kita punya rumah sakit dan klinik. Kita punya induk koperasi juga,” ucapnya.