Kaum Milenial Surabaya Diajak Entaskan Rakyat dari Kemiskinan
Peringatan 92 tahun Sumpah Pemuda perlu menjadi momentum bagi generasi milenial untuk turut berperan mengatasi kemiskinan di Surabaya, Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Peringatan 92 Tahun Sumpah Pemuda perlu menjadi momentum bagi generasi milenial untuk turut berperan mengatasi kemiskinan di Surabaya, Jawa Timur.
”Yang juga penting saat ini ialah berjuang bersama melawan kemiskinan dan tidak terpecah belah,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat peringatan 92 Tahun Sumpah Pemuda di Balai Kota Surabaya, Rabu (28/10/2020).
Hampir sedasawarsa memimpin Surabaya dan akan mengakhiri masa bakti pada 17 Februari 2021, kemiskinan belum bisa sepenuhnya dituntaskan oleh Risma.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, pada 2010 atau permulaan Risma menjabat, ada 195.700 warga miskin di Surabaya yang mencakup 7,07 persen dari populasi. Akhir 2019, warga miskin berkurang menjadi 130.500 orang atau mencakup 4,51 persen dari populasi. Dengan kata lain, saat ini, 1 di antara 25 warga Surabaya yang berpopulasi 3,1 juta jiwa ini hidup dalam kemiskinan.
Perbedaan membuat suatu keindahan. Jangan memaksakan siapa pun untuk menjadi seperti kita, tetapi bersatulah dalam perbedaan.
Risma mengatakan, perjuangan bersama untuk mengatasi kemiskinan bisa diwujudkan dengan terlebih dahulu menerima, menghargai, dan merawat perbedaan atau keragaman sebagai anugerah dan kekuatan sosial.
”Perbedaan membuat suatu keindahan. Jangan memaksakan siapa pun untuk menjadi seperti kita, tetapi bersatulah dalam perbedaan,” ujar Risma.
Generasi milenial janganlah mau diadu domba atau dipecah belah karena perbedaan dalam suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Perbedaan merupakan kekayaan untuk mendorong kemajuan bagi Surabaya. Generasi milenial dapat berperan melalui berbagai inovasi dan kreativitas yang diharapkan mampu mengangkat derajat masyarakat dari kemiskinan.
Di tempat terpisah, kalangan generasi muda mendeklarasikan Surabaya Berenerji. Pengumuman keberadaan mereka dilaksanakan dalam jumpa pers di depan Mal Pelayanan Publik Siola di Jalan Tunjungan. Sebelumnya, mereka berjalan dari rumah kelahiran Soekarno dan rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto di Peneleh, kampung tua Surabaya.
”Bung Karno dan Pak Tjokro di masa muda adalah tokoh pergerakan bangsa sehingga kami terinspirasi untuk berperan di Surabaya,” kata Mokhamad Afrizal Ferdiansyah alias Pepeng, inisiator Surabaya Berenerji.
Menurut Pepeng, Surabaya Berenerji merumuskan program pendampingan ke usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pendampingan bisa diwujudkan dalam pelatihan keterampilan, re-branding, manajemen, dan strategi pemasaran digital.
”Kami berharap kontribusi generasi muda ini dapat membantu mengatasi persoalan di Surabaya,” kata Pepeng, komika dan pendiri Lintas Tawa.