Kolaborasi Pengusaha dan Dokter Bangun Laboratorium Tes PCR di Sleman
Sejumlah pengusaha, dokter, dan tenaga ahli laboratorium berkolaborasi membangun laboratorium yang fokus untuk tes usap PCR di Sleman, DI Yogyakarta.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·2 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Untuk mengatasi keterbatasan jumlah laboratorium di Yogyakarta, sejumlah pengusaha, dokter, dan tenaga ahli laboratorium berkolaborasi membangun Intibios Lab, sebuah laboratorium yang fokus pada tes usap (polymerase chain reaction/PCR), tes usap antigen, tes cepat (rapid test), dan tes serologi yang bermanfaat dalam deteksi Covid-19. Tes untuk mendeteksi virus korona baru dan pelacakan sumber penularan menjadi salah satu langkah penting untuk menanggulangi pandemi Covid-19.
”Kami ingin deteksi Covid-19 di Yogyakarta dan di Indonesia pada umumnya dapat dilakukan dengan cepat sehingga bisa segera ditindaklanjuti dengan pelacakan atau tracing sehingga penyebaran Covid-19 dapat diredam dengan lebih cepat,” kata Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan 2016-2019 yang menjadi pemrakarsa kolaborasi tersebut, Senin (26/10/2020), di Sleman, DI Yogyakarta.
Selain Enggartiasto Lukita, pengusaha lain yang ikut dalam kolaborasi itu adalah Sumadi Seng, Belly Budiman, Then Herry, dan Rio Abdurrachman, serta dokter Nanny Djaya (spesialis gizi yang pernah menjadi kepala rumah sakit di Jakarta) dan dokter Enty (spesialis mikrobiologi klinis).
Yogyakarta dipilih menjadi kota pertama tempat Intibios beroperasi karena keterbatasan jumlah laboratorium penguji tes PCR. Selain itu, terdapat juga dukungan dari Subardi, anggota DPR dari DIY, yang turut membantu dalam proses pengurusan izin dan penyediaan tempat. Laboratorium itu didirikan di Jalan Godean, Banyuraden, Gamping, Sleman. Perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman juga hadir dalam acara tersebut.
”Kami bahagia sekali Mbah Bardi langsung merespons ide kami untuk membangun laboratorium di Yogyakarta. Kini, kami sedang menuntaskan proses administrasi agar lab ini dapat segera beroperasi,” kata Enggar, dalam siaran persnya.
Menurut Enggar, biaya pembangunan laboratorium relatif mudah. Yang sulit adalah pengadaan alat-alat, reagen, dan barang habis pakai lain karena barang-barang tersebut menjadi rebutan di tingkat dunia.
Pengusaha Rio Abdurrachman menjelaskan, Laboratorium Intibios adalah pertemuan antara bisnis dan kemanusiaan. Laboratorium itu telah memenuhi standar Biosafety Level 2 (BSL 2) serta bisa melakukan pengujian secara cepat dan akurat. ”Laboratorium ini harus dikelola secara sehat dan berkelanjutan agar dapat berkontribusi dalam penanganan pandemi,” kata Rio.
Enggar menambahkan, ”Kami sedang menyiapkan juga laboratorium di Cirebon, Karawang, Bogor, Lampung, Balikpapan, dan kota-kota lain. Mungkin secara berita yang ramai di Jakarta, tetapi pandemi ini terjadi di seluruh Indonesia sehingga kita merasa perlu hadir di banyak tempat di Indonesia.”