Antisipasi Krisis, Mentan Dorong Kepala Daerah Siapkan Lumbung Pangan
Kementerian Pertanian mendorong para kepala daerah untuk menyiapkan lumbung pangan di daerah masing-masing dalam mengoptimalkan kelebihan stok pangan.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG PARIAMAN, KOMPAS — Kementerian Pertanian mendorong para kepala daerah untuk menyiapkan lumbung pangan di daerah masing-masing dalam mengoptimalkan kelebihan stok pangan. Ketahanan pangan harus dipersiapkan secara baik di tengah ancaman anomali cuaca akibat badai La Nina dan pandemi Covid-19.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di sela-sela panen padi di Nagari Sicincin, Kecamatan 2 X 11 Lingkung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Selasa (27/10/2020), mengatakan, persoalan pangan merupakan salah satu hal penting bagi masyarakat. Oleh sebab itu, kepala daerah harus menyiapkannya secara baik dengan mengoptimalkan kelebihan stok melalui lumbung pangan.
”Saya berharap semua gubernur dan bupati memastikan ketersediaan pangan rakyat satu tahun ini dengan mempersiapkan lumbung-lumbung pangan. Ancaman besok akan ada La Nina, apalagi daerah dalam situasi pandemi saat ini. Kami berharap kesiapan pangan mampu menyangga segala kebutuhan rakyat, terutama di daerah masing-masing,” kata Syahrul, Selasa sore.
Menurut Syahrul, stok beras pada akhir Desember 2019 mencapai 5,9 juta ton. Apabila produksi beras sebesar 31,63 juta ton, sedangkan kebutuhan konsumsi sebesar 30 juta ton, stok beras nasional hingga akhir tahun sebanyak 7 juta ton. Kelebihan stok itu harus dioptimalkan para kepala daerah secara baik.
Adapun terkait ancaman anomali cuaca akibat La Nina, ia mengatakan sudah mengkajinya. Seluruh jajaran pemerintah diminta melakukan persiapan dini. Setidaknya setiap daerah harus memetakan lokasi rawan terdampak cuaca ekstrem. Lokasi rawan itu diantisipasi dengan perbaikan irigasi, pengoperasian pompa air di sawah, penggunaan varietas yang tahan air, serta pemaksimalan asuransi tani.
Saya berharap semua gubernur dan bupati memastikan ketersediaan pangan rakyat satu tahun ini dengan mempersiapkan lumbung-lumbung pangan.
”Kalau (kesiapan dini) ini kita miliki, kita tidak terserang secara terdadak dengan suasana bencana yang sudah diprediksi,” ujar Syahrul.
Syahrul pun mengapresiasi gubernur dan para bupati di Sumbar yang dinilai relatif berhasil dalam mengakselerasi produktivitas beras. Menurut dia, produktivitas beras di Sumbar lebih baik dari tahun ke tahun.
Pada Juni 2020, Kementan memasukkan Sumbar dalam 10 besar provinsi penghasil beras di Indonesia. Daftar itu disusun berdasarkan data produksi beras 2019 yang dirilis Badan Pusat Statistik. Secara nasional, Sumbar berada pada peringkat kesembilan dengan luas panen 311.671 hektar dan menghasilkan 1.482.996 ton gabah kering giling atau setara 850.794 ton beras.
Di Sumbar, Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah satu daerah penghasil beras. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Padang Pariaman Yurisman Yakub mengatakan, daerahnya mengalami surplus beras setidaknya sepuluh tahun terakhir dan sejak 2015 besaran surplus di atas 100.000 ton.
Yurisman menyebutkan, luas lahan tanaman padi di Padang Pariaman sebesar 22.856 hektar. Dengan indeks pertanaman 2,8 pada 2019, Padang Pariaman memproduksi 165.000 ton beras. Kebutuhan kabupaten sekitar 45.000 ton dengan penduduk sekitar 450.000 orang membuat Padang Pariaman surplus beras sekitar 120.000 ton.
”Padang Pariaman surplus beras 120.000 ton setiap tahun dengan luas lahan 22.856 hektar dan indeks pertanaman 2,8. Beras itu tidak hanya dijual ke kabupaten/kota lain di Sumbar, tetapi juga ke luar daerah, seperti Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi,” katanya.
Menurut dia, keberhasilan surplus beras dicapai dengan penggunaan bibit unggul, perbaikan infrastruktur irigasi, mekanisasi pertanian, pemberdayaan sumber daya penyuluh dan petani, serta perhitungan musim tanam. Pemkab juga berkomitmen menjaga lahan produktif dari alih fungsi yang dilakukan sembarangan dengan adanya Peraturan Daerah Padang Pariaman Tahun 2019 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.