Hiu paus kembali terdampar dan mati di kawasan pantai Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (26/10/2020). Pada Oktober 2019, dua ekor hiu paus juga terdampar dan mati di Pesisir Selatan.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Hiu paus kembali terdampar dan mati di kawasan pantai Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (26/10/2020). Pada Oktober 2019, dua ekor hiu paus juga terdampar dan mati di Pesisir Selatan. Terdamparnya satwa dilindungi itu diduga dipengaruhi faktor cuaca di akhir tahun.
Ketua Kelompok Nelayan Harapan Jaya Bagan Sutera Ramadhan (50), Senin, mengatakan, awalnya hiu paus sepanjang sekitar 7 meter itu terdampar di Pantai Lansano, Nagari Lansano Taratak, Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan. Namun, karena tidak terselamatkan, ikan bernama Rhincodon typus itu dibawa ke Tempat Pelabuhan Ikan (TPI) Surantih, Nagari Surantih, Kecamatan Sutera.
”Hiu paus itu ditemukan terdampar di pantai sekitar pukul 08.00. Nelayan sudah mencoba mendorongnya kembali ke tengah laut, tetapi kembali lagi ke tepi. Akhirnya dibawa ke TPI,” kata Ramadhan, Senin siang, ketika dihubungi dari Padang.
Ramadhan menjelaskan, hiu paus itu dibawa ke TPI Surantih sekitar pukul 09.30 dengan cara ditarik menggunakan perahu. Hiu paus itu dipindahkan karena masyarakat khawatir ikan raksasa tersebut mati dan menimbulkan bau busuk di sekitar lokasi. Dengan dibawa ke TPI, diharapkan ada solusi untuk menyelamatkannya atau menguburkannya.
Menurut Ramadhan, belum diketahui pasti pemicu hiu paus itu terdampar. Namun, Ramadhan menduga kejadian ini ada kaitannya cuaca buruk. Saat ini, ombak di perairan sekitar lokasi relatif tinggi sekitar 1,5-2 meter.
Hiu paus itu ditemukan terdampar di pantai sekitar pukul 08.00. Nelayan sudah mencoba mendorongnya kembali ke tengah laut, tetapi kembali lagi ke tepi. Akhirnya dibawa ke TPI. (Ramadhan)
Ramadhan menambahkan, ia sudah melaporkan kejadian ini kepada Dinas Perikanan Pesisir Selatan, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Teluk Bayur, dan lembaga terkait lainnya.
”Sekarang sedang dicarikan jalan keluarnya, apakah nanti dikuburkan atau bagaimana. Kondisi sekarang ikannya sudah mati,” ujar Ramadhan.
Secara terpisah, Koordinator Tim Respon Cepat BPSPL Padang Maldi mengatakan, pihaknya mendapatkan laporan hiu paus terdampar pada Senin sekitar pukul 12.00. BPSPL Padang sudah menurunkan tim beranggotakan dua orang ke lokasi untuk melihat kondisi hiu paus itu.
”Selanjutnya, kami tangani. Kalau masih bisa didorong ke laut, kami upayakan. Kalau tidak (sudah mati), akan kami lakukan tindak selanjutnya (dikubur ataupun tindakan lainnya),” kata Maldi, Senin siang.
Dari catatan Kompas, sudah tiga kali hiu paus terdampar di kawasan pantai Pesisir Selatan dalam dua tahun terakhir. Peristiwa pertama terjadi pada 7 Oktober 2019 di Pantai Taluak Batuang, Nagari IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas. Sementara itu, peristiwa kedua terjadi pada 19 Oktober 2019 di Pantai Tan Sridano, Nagari Taluak, Kecamatan Batang Kapas.
Menurut Maldi, memang sudah tiga kali hiu paus terdampar di Pesisir Selatan selama 2019-2020. Pada dua kejadian sebelumnya, hiu paus itu juga mati dan akhirnya dikuburkan.
Maldi menduga, ada kemungkinan seringnya hiu paus terdampar dipicu faktor cuaca di akhir tahun. Dugaan ini muncul karena ketiga peristiwa terjadi di akhir-akhir tahun, tepatnya pada Oktober. Namun, untuk lebih pastinya, harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
Gelombang tinggi
”Cuaca tidak stabil sekarang. Faktor cuaca akhir tahun mungkin berpengaruh karena kejadian sebelumnya juga di akhir-akhir tahun. Bisa jadi karena gelombang tinggi, karena suhu, atau karena makanan yang banyak di pinggir (pada kondisi cuaca saat ini) sehingga hiu paus kesulitan kembali ke tengah. Banyak faktor,” ujar Maldi.