Indonesia butuh aksi nyata dari pemuda. Sebagai bagian dari penduduk usia produktif, pemuda semestinya bisa berperan besar saat Indonesia masih berjuang untuk mengendalikan pandemi Covid-19.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tahun ini genap 92 tahun peringatan Sumpah Pemuda. Menjelang peringatan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober mendatang, sejumlah pemuda berpandangan, mereka harus mampu memberikan kontribusi nyata kepada negerinya.
Sebagai bagian dari kategori penduduk usia produktif, pemuda semestinya bisa berperan besar saat Indonesia masih berjuang untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Pemuda setidaknya bisa menjadi pionir dalam mempraktikkan protokol kesehatan, bukan malah menjadi penular virus dengan aktivitasnya.
Menurut Nur Hafizah (21), mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sumpah Pemuda bisa diperingati dengan berbagai hal. Yang berstatus mahasiswa bisa belajar dan menambah pengetahuan dengan mengikuti kegiatan sosial.
Hafizah pernah menjadi ketua pelaksana Charity for Sympathy, acara untuk membantu rakyat Palestina. Acara yang dilaksanakan di pengujung 2019 itu menerima donasi berupa baju laik pakai, buku, serta uang tunai.
”Selain itu, sebagai generasi muda, kita juga harus lebih peka dan peduli dengan kondisi di sekitar kita, apalagi pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta, Minggu (25/10/2020).
Selain dengan membantu penegakan protokol kesehatan, mahasiswa harus serius belajar meskipun tanpa pembelajaran tatap muka. Ini agar studi mahasiswa tak kedodoran selama pandemi Covid-19. ”Kita generasi muda harus membuktikan bahwa kita bisa mempertahankan, membanggakan, dan membawa nama baik bagi bangsa Indonesia,” tambahnya.
Indonesia memiliki 52 juta pemuda berumur 16-30 tahun. Jumlah ini hampir setara jumlah penduduk Myanmar. Keberadaan pemuda menjadi modal sekaligus energi besar untuk meraih kemajuan bangsa.
Peri Irawan (27), jurnalis media lokal di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, menyebutkan, tugas sederhana pemuda adalah membantu penanganan Covid-19. Ini bisa dengan membatasi diri untuk tidak mengikuti kegiatan yang mengumpulkan banyak orang.
Pemuda juga bisa turut mengampanyekan cara menggunakan masker dengan baik serta mencuci tangan pakai sabun.
”Yang tak kalah penting, pemuda harus tetap produktif bekerja. Jangan malas agar roda perekonomian tetap berputar. Jangan terlalu menggantungkan harapan pada bantuan pemerintah,” ujarnya.
Tugas sederhana pemuda adalah membantu penanganan Covid-19. Ini bisa dengan membatasi diri untuk tidak mengikuti kegiatan yang mengumpulkan banyak orang.
Hasil jejak pendapat Kompas 14-16 Oktober 2020 terhadap 529 responden dengan usia minimal 17 tahun menunjukkan, dua pertiga responden menilai bahwa pemuda peduli terhadap pencegahan Covid-19. Ada tiga jenis kegiatan anak muda yang menonjol di lingkungan sekitar rumah, di antaranya pembagian bantuan (23 persen), menyosialisasikan pencegahan Covid-19 (20,79 persen), dan menjaga lingkungan selama pembatasan sosial berskala besar atau PSBB (24,95 persen).
Anak muda asal Solok, Sumatera Barat, Ferdy Andika (28), berpendapat, pemuda bisa berkontribusi dengan memasarkan produk usaha mikro, kecil, dan menengah di wilayahnya. Apalagi, kelompok penduduk usia muda sangat familiar dengan internet. Dengan begitu, mereka bisa memasarkan produk lokal di pasar daring.
”Namun, ini juga ada kendalanya. Berdasarkan pengalaman di Solok, belum semua paham, misalnya, cara memasang iklan di Instagram dan Facebook. Jadi, butuh pencerahan juga di bagian itu,” ujar Ferdy, yang memutuskan jadi petani sejak April 2020 lalu.
Sebelumnya, Ferdy sempat merantau ke Jakarta. Dia berdagang pakaian dengan teman sekampung. Namun, pandemi Covid-19 membuat usaha kian seret. Saat itu, dia mengambil keputusan untuk pulang kampung dan bertani.
Selain menanam tanaman keras, lulusan Universitas Negeri Padang ini juga berencana menanam tanaman muda, seperti jahe. ”Jadi petani menarik juga. Tentu dengan cara pengelolaan yang berbeda. Kadang cukup menanam sampel dan di-posting di media sosial. Jika ada yang tertarik, malah bisa mendatangkan investor,” katanya.
Reorientasi
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (PB HMI-MPO) Zuhad Aji Firmantoro, pemuda harus meninjau kembali perannya. Semangat untuk berkumpul dan berhimpun adalah untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia.
”Kesadaran pemuda sebagai pelopor dan pembaru harus dibarengi dengan kepemilikan visi keindonesiaan yang kuat. Tanpa itu, pemuda hanya akan menjadi makelar penjual bangsanya sendiri,” ujarnya.
Tantangan menjadi lebih berat karena pemuda mengalami krisis keteladanan. Oleh sebab itu, pemuda, terutama mahasiswa, harus menjaga hubungan baik dengan kampus sekaligus mendengar aspirasi masyarakat bawah.
”Ini adalah cara merawat dan memperjuangkan harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Sekali lagi, sebagai apa pun, seorang pemuda harus berorientasi pada rakyat Indonesia,” ucapnya.