Sumber Ceceran Minyak di Pesisir Indramayu Masih Diteliti
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu masih meneliti sumber ceceran minyak di pesisir Indramayu. Ceceran minyak ini mencemari tanaman mangrove di sekitarnya.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu masih meneliti sumber ceceran minyak di pesisir Indramayu. Meskipun telah dibersihkan, ceceran minyak itu telanjur mencemari tanaman mangrove.
Berdasarkan pantauan Kompas, Jumat (23/10/2020) siang, ceceran minyak berwarna hitam dan lembek tampak di Pantai Indah Balongan. Di sejumlah titik, minyak itu mencemari tanaman mangrove yang tingginya masih di bawah 30 sentimeter.
Ceceran minyak yang berukuran seperti ibu jari itu juga ditemukan di pesisir Karangsong dan Tambak. Temuan tersebut dilaporkan sejak Rabu (21/10/2020). Masyarakat setempat dan petugas PT Pertamina RU VI Balongan telah membersihkannya.
”Minyaknya sedikit, paling 200 liter atau delapan kantong,” kata Unit Manager Communication Relations dan CSR Pertamina RU VI Cecep Supriyatna. Menurut dia, meskipun sumber dan jenis minyak belum diketahui, pihaknya berkomitmen membersihkan pesisir Indramayu dari ceceran minyak.
Berdasarkan pemeriksaan fasilitas penyaluran minyak Pertamina RU VI, lanjutnya, tidak ada kebocoran. Selama ini minyak disalurkan dari kapal tanker ke single point mooring (SPM) yang berjarak sekitar 14 kilometer dari pesisir. Selanjutnya, minyak dikirim melalui pipa ke kilang Pertamina RU VI.
”Semua fasilitas dan sarana kami baik-baik saja. Perairan juga bersih, tidak ada minyak,” ucapnya. Untuk mengantisipasi kebocoran, pihaknya rutin memantau peralatan sehari sekali. Bahkan, saat ini, pengecekan dilakukan tiga kali dalam sehari.
Untuk mengetahui sumber ceceran dan jenis minyak, pihaknya bersama DLH Indramayu telah mengambil sampel minyak untuk diteliti di laboratorium. Hasilnya, bisa diperoleh paling cepat dua hari. Saat ditanya apakah hasilnya bakal dirilis, Cecep mengatakan akan berkoordinasi dengan DLH Indramayu.
Pihaknya selalu berupaya agar kebocoran minyak sekitar 120 ton di pesisir Indramayu pada 2008 tidak terjadi. Pertamina saat itu menanggung biaya pemulihan dan penanggulangan Rp 141 miliar dan ganti rugi sekitar Rp 97 miliar.
”Kami sudah belajar dan tidak ingin kebocoran minyak terulang,” katanya. Pihaknya juga memastikan temuan minyak di pesisir Lamarantarung dan Pulau Biawak, beberapa bulan lalu, bukan berasal dari Pertamina RU VI Balongan.
Kalau tidak segera dibersihkan, mangrove bisa mati dan ekosistem di sekitarnya terganggu.
Ketua Kelompok Pantai Lestari, Ali Sodikin, mendorong Pertamina RU VI Balongan dan DLH Indramayu segera meneliti sumber ceceran minyak. ”Ini penting agar tidak ada informasi simpang siur di masyarakat, termasuk yang memanfaatkan kondisi untuk kepentingannya sendiri,” katanya.
Pihaknya belum menerima laporan warga yang terdampak ceceran minyak tersebut. Meskipun hanya sedikit, ceceran minyak mencemari mangrove yang menjadi destinasi wisata andalan Indramayu. ”Kalau tidak segera dibersihkan, mangrove bisa mati dan ekosistem di sekitarnya terganggu,” kata Ali yang turut mengembangkan pesisir Karangsong.