Jawa Barat Kalkulasi Kesiapan Penyuntikan Vaksin Covid-19
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalkulasi kesiapan fasilitas dan tenaga kesehatan untuk penyuntikan vaksin Covid-19. Di tahap pertama, 3 juta warga Bodebek diajukan untuk disuntik vaksin yang dibeli pemerintah pusat.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalkulasi kesiapan fasilitas dan tenaga kesehatan untuk penyuntikan vaksin Covid-19. Pada tahap pertama, kurang lebih tiga juta warga di kawasan Bogor, Depok, dan Bekasi (Bodebek) diajukan untuk mendapatkan vaksin yang dibeli oleh pemerintah pusat.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, penyuntikan akan dilakukan kepada 60 persen warga berusia 18-59 tahun di provinsi itu. Kawasan Bodebek diprioritaskan karena sekitar 70 persen dari 32.600 kasus Covid-19 di Jabar berada di kawasan tersebut.
”Apakah penyuntikan untuk 60 persen warga Jabar akan beres dalam 14 hari, 30 hari, atau 3 bulan? Inilah yang sedang kami hitung supaya bisa mengambil keputusan,” ujarnya, Rabu (22/10/2020).
Kamil menuturkan, kalkulasi tersebut diperkirakan selesai minggu depan. Pihaknya perlu menghitung kesiapan fasilitas dan tenaga kesehatan di setiap kabupaten/kota.
Jika tak mencukupi, sejumlah skenario akan disiapkan. Beberapa di antaranya merekrut sukarelawan serta menggunakan gedung serbaguna dan olahraga sebagai tempat vaksinasi.
Kamil menghadiri simulasi penyuntikan vaksin Covid-19 di Kota Depok, Rabu siang. Menurut dia, dibutuhkan waktu sekitar 45 menit bagi setiap subyek untuk divaksin.
Ketika vaksinasi berjalan, Kamil mengimbau warga tetap mematuhi protokol kesehatan. Ia memperkirakan situasi baru kembali normal pada 2022.
Dari waktu subyek datang sampai penyuntikan diperkirakan butuh waktu 10-15 menit. Setelah itu, subyek diminta menunggu selama 30 menit untuk memantau reaksi tubuh setelah disuntik.
”Saya lebih khawatir pada skala Jabar. Kalau di Depok aman karena puskesmasnya bagus. Tetapi, kami punya kampung, dusun, dan desa yang puskesmasnya tidak semegah di Depok,” ujarnya.
Patuhi protokol kesehatan
Ketika vaksinasi berjalan, Kamil mengimbau warga tetap mematuhi protokol kesehatan. Ia memperkirakan situasi baru kembali normal pada 2022.
”Supaya kita menyiapkan mental. Kelihatannya tahun 2021 Covid-19 masih menyertai kita dengan segala dinamikanya,” ujarnya.
Oleh sebab itu, masyarakat diminta tetap disiplin memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dengan demikian, saat vaksinasi berjalan, penularan Covid-19 juga dapat ditekan.
Meskipun tidak semua warga disuntik vaksin, Kamil menilai, vaksinasi efektif untuk mencegah penularan Covid-19 di masyarakat. Sebab, 60 persen warga penerima vaksin akan membentengi warga lainnya dari penularan virus korona baru.
”Yang sudah divaksin menjadi benteng bagi yang belum. Inilah yang dinamakan kekebalan kelompok,” ujarnya.
Uji klinis
Sementara itu, penyuntikan dosis pertama calon vaksin Covid-19 produksi Sinovac, China, terhadap 1.620 sukarelawan di Bandung, telah rampung. Penyuntikan dosis kedua telah dilakukan terhadap 1.299 sukarelawan.
Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran (Unpad) Eddy Fadlyana menyampaikan, 832 sukarelawan telah menjalani pengambilan sampel darah pascapenyuntikan kedua. Hal ini dibutuhkan untuk meneliti reaksi imunitas tubuh.
Uji klinis vaksin produksi Sinovac di Bandung dimulai Agustus 2020 dan dijadwalkan rampung dalam enam bulan. Namun, pemeriksaan darah untuk 540 sukarelawan ditargetkan selesai Desember 2020.
Penelitian uji klinis dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan dan Balai Kesehatan Unpad. Selain itu, juga di Puskesmas Garuda, Sukapakir, Ciumbuleuit, dan Dago di Kota Bandung.
Secara umum sukarelawan tidak mengeluhkan gejala berat. Hanya beberapa sukarelawan mengalami demam dan nyeri di bagian bekas penyuntikan.
Jika uji klinis sukses, vaksin Covid-19 akan diproduksi oleh PT Bio Farma di Bandung pada kuartal I-2021. Bio Farma menargetkan kapasitas produksi hingga 250 juta dosis vaksin per tahun.