Jembatan Teluk Kendari, dari Teluk Penuh Ranjau hingga Menjadi Ikon Sultra
Jembatan Teluk Kendari sepanjang 1,34 kilometer segera diresmikan Presiden RI Joko Widodo pada Kamis (22/10/2020). Jembatan yang dikerjakan total lima tahun lebih ini mengalami banyak kendala, salah satunya ranjau laut.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·5 menit baca
Jembatan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, segera diresmikan Presiden RI Joko Widodo pada Kamis (22/10/2020). Dengan panjang 1,34 kilometer dan model bentangan kabel, jembatan ini dikerjakan selama lebih dari lima tahun. Jembatan panjang pertama di ”Bumi Anoa” tersebut segera difungsikan sekaligus menjadi ikon daerah dengan segala kendala di lapangan, mulai dari ranjau laut hingga lahan.
Dikerjakan dengan total anggaran Rp 800,9 miliar, Jembatan Teluk Kendari, yang dulunya disebut Jembatan Bahteramas, dikerjakan dengan tahun jamak. Total waktu pengerjaan struktur memakan waktu empat tahun tiga bulan. Pengerjaan konstruksinya terdiri dari pembangunan jalan pendekat atau oprit (602,5 m), approach span (357,7 m), side span (180 m), dan bentang utama atau main span (200 m). Jembatan dengan tipe cable stayed ini memiliki lebar 20 meter dengan empat lajur serta median dan trotoar.
Pekerjaan jembatan dilakukan konsorsium PT PP (Persero) dan PT Nindya Karya. Jembatan awalnya ditargetkan selesai empat tahun, tetapi molor karena berbagai kendala. Salah satunya, adanya ranjau laut sisa peninggalan Jepang yang tersebar di lokasi pembangunan jembatan.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XXI Kendari Yohanis Tulak Todingara menuturkan, pembersihan ranjau laut memerlukan waktu selama delapan bulan sejak 2015. Hal tersebut membuat pengerjaan terlambat dan baru bisa benar-benar dilakukan pada Juli 2016. Pembersihan ranjau laut dilakukan TNI-Angkatan Laut di 12 titik di sekitar pembangunan jembatan tersebut.
”Seharusnya selesai pada Juli 2019, tetapi karena adanya pembersihan ranjau laut menjadi tertunda. Kemudian, ada permasalahan lahan warga yang memerlukan waktu untuk penyelesaian,” ucap Tulak, awal Oktober lalu.
Pengerjaan lalu ditargetkan selesai pada Februari 2020. Akan tetapi, kendala lahan masih belum juga tuntas. Pengerjaan jembatan juga diketahui mengalami penyesuaian pada fondasi.
Penambahan waktu lalu diberikan hingga Juli 2020. Beberapa keterlambatan dikejar dengan model pengerjaan yang simultan. Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Jembatan Teluk Kendari Kementerian PUPR Armen Adekristi, yang menjabat hingga awal 2020, menuturkan, pengerjaan paralel tiang dan jembatan telah dilakukan sejak tiga bulan di akhir 2019. Hal itu dilakukan setelah mempertimbangan semua parameter pengerjaan yang berisiko tinggi.
”Jadi, ini semua high risk karena di atas tingginya lebih dari 50 meter (tiang) dan di bawah pembebanan beton sampai 450 ton. Itu semua harus dikontrol karena tiangnya belum kokoh sudah dibebani. Semua hal diawasi, apalagi baru pertama kali di Indonesia untuk pengerjaan paralel tiang dan lantai. Teknik ini juga sudah diadopsi di Kalimantan,” kata Armen, Jumat (20/12/2019).
Pengerjaan paralel terlihat di lokasi pengerjaan jembatan yang menghubungkan Kota Lama Kendari dengan wilayah seberang. Ratusan pekerja terus menyelesaikan pengerjaan jembatan yang total menghabiskan anggaran Rp 800,9 miliar ini.
Pekerja terlihat menyelesaikan pekerjaan dua tiang utama yang memiliki tinggi lebih dari 60 meter. Bahan dan barang diangkut memakai crane ke puncak tiang. Di bagian lantai jembatan pekerja bersiap melakukan pengecoran lantai jembatan.
Hingga April, pengerjaan jembatan baru mencapai 89 persen. Penyelesaian ditargetkan selesai pada Juli sekaligus penyelesaian lahan. Empat bidang lahan tersisa diselesaikan dengan konsinyasi. Penyelesaian lahan, yang awalnya dilakukan bersama antara BPJN XXI Kendari dan Pemprov Sultra, tidak berjalan mulus. Penyelesaian lahan yang tidak selesai lalu diambil alih semua BPJN XXI Kendari.
Segmen terakhir jembatan Teluk Kendari tetap dikerjakan di tengah pandemi Covid-19. Penanggung Jawab Pelaksana Kegiatan Jembatan Teluk Kendari Kementerian PUPR Ichsan Permana Putra menuturkan, pengerjaan jembatan utama memasuki segmen terakhir dari total 10 segmen penampang jembatan sepanjang 1,34 kilometer ini. Waktu pengerjaan diperkirakan tuntas di akhir April.
”Saat ini mulai pembersihan untuk segmen terakhir dengan panjang 9 meter. Total tersisa 12 meter, di mana 3 meter merupakan bagian penutup. Kami optimistis pengerjaan bisa selesai di akhir April jika tidak ada kendala,” kata Ichsan di Kendari, Senin (6/4/2020).
Selain segmen terakhir, tambah Ichsan, semua cable stayed yang menopang jembatan utama telah terpasang. Dua tiang utama juga telah selesai dikerjakan. Semua pengerjaan tetap berdasar protokol keamanan dalam pandemi Covid-19. Setiap hari ada pemeriksaan kesehatan di pagi dan sore hari.
Penampang utama jembatan terlihat mulai tersambung dengan menyisakan 12 meter di bagian tengah. Sementara itu, bagian jembatan pendekat juga tengah dikerjakan yang akan memakan waktu sekitar dua bulan pengerjaan.
Menurut Ichsan, total progres mencapai 89 persen dengan target penyelesaian hingga Juli 2020. Meski demikian, progres ini masih di bawah target awal yang seharusnya berada di angka 97 persen.
”Hal ini karena keterlambatan proyek sebelumnya, di mana banyak kendala sejak awal dimulai. Selain itu, masih ada pula kendala empat petak lahan yang belum tuntas hingga saat ini,” ucap Ichsan.
Penyelesaian pembangunan lalu melesat dari jadwal. Penyelesaian tahap akhir baru dilakukan pada awal Oktober. Bersamaan dengan itu, uji pembebanan pun dilakukan.
Menurut Tulak, awal Oktober lalu, capaian pengerjaan jembatan sepanjang total 1.348 meter dengan lebar 20 meter tersebut telah mencapai 98 persen. ”Saat ini masuk tahap penyelesaian, seperti pengecatan akses dan lainnya. Kalau struktur sudah selesai. Saat Ini masuk uji statis dan pembebanan.”
Gubernur Sultra Ali Mazi menyampaikan, jembatan ini bisa membuat perekonomian Sultra semakin melejit. Sebab, jembatan ini menghubungkan wilayah Kendari bagian selatan, khususnya Kota Lama, dengan daerah Poasia dan Pulau Bungkutoko. Sebelumnya, masyarakat harus memutar lebih kurang 25 kilometer untuk mencapai kedua lokasi tersebut.
”Daerah Bungkutoko ini, menurut rencana, dikembangkan menjadi kawasan industri, pelabuhan, dan permukiman baru sehingga nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan regional di wilayah Sultra,” ucap Ali Mazi.
Jembatan Teluk Kendari, kata Ali Mazi, sekaligus juga menjadi ikon baru Bumi Anoa. Terlebih lagi, jembatan akan diresmikan Presiden RI Joko Widodo.
Kamis (22/10/2020) Presiden telah tiba di Sultra. Presiden akan meresmikan pabrik gula di Bombana milik PT Jhonlin Batu Mandiri. Setelah itu, Presiden bertolak ke Kendari sekaligus meresmikan jembatan tersebut.
Daerah Bungkutoko ini menurut rencana dikembangkan menjadi kawasan industri, pelabuhan, dan permukiman baru sehingga nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan regional di wilayah Sultra.
Hasyim (30), warga Bungkutoko yang beraktivitas di Kota Lama, berharap jembatan segera difungsikan agar bisa menyingkat waktu dan materi. Sebab, menggunakan kendaraan setiap hari juga menguras pengeluaran.
”Memang tidak terasa, tetapi kalau dihitung-hitung satu bulan banyak juga,” kata pekerja di kawasan pelabuhan ini.
Sementara itu, Rahmat (40), warga yang melayani penyeberangan dengan perahu kecil di Teluk Kendari ini berharap pemerintah juga memperhatikan warga kecil sepertinya yang mengais rezeki dari penyeberangan. Ia berharap ada modal usaha atau bantuan lain untuk mencari penghasilan lain.