Pemprov Jatim Mitigasi Hulu-Hilir Bencana Hidrometeorologi di 22 Daerah
Sebanyak 22 kabupaten dan kota di Jatim berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi. Hal itu terjadi karena dampak La Nina dan gangguan atmosfer lain yang akan meningkat di atas normal sebesar 25-40 persen.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Petugas BPBD Jatim menyiapkan mesin pompa perahu untuk penanggulangan bencana banjir, Rabu (21/10/2020).
SIDOARJO, KOMPAS — Sebanyak 22 kabupaten dan kota di Jawa Timur berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi hingga akhir Oktober. Hal itu terjadi karena dampak La Nina dan gangguan atmosfer Madden Julian Oscillation yang akan meningkatkan curah hujan di atas normal 25-40 persen.
Mengantisipasi dampak buruk bencana hidrometeorologi tersebut, Pemerintah Provinsi Jatim meningkatkan kewaspadaan dan memulai mitigasi bencana secara menyeluruh di hulu dan di hilir sejak dini. Hal itu dilakukan untuk meminimalkan dampak bencana dan mencegah jatuhnya korban jiwa.
Hal itu mengemuka dalam rapat koordinasi bencana hidrometeorologi di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jatim, Rabu (21/10/2020). Rapat dipimpin Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawangsa serta diikuti sejumlah instansi terkait dan BMKG Jatim.
Selain itu, bencana hidrometeorologi berpotensi melanda Kota Madiun, Kabupaten Magetan, Pacitan, Ngawi, Bondowoso, Blitar, dan Situbondo. (Taufik Hermawan)
Kepala BMKG Tanjung Perak Taufiq Hermawan mengatakan, anomali iklim La Nina menyebabkan musim hujan menjadi lebih awal dan peningkatan curah hujan diatas normal 25-40 persen. Selain itu, terdapat pula beberapa gangguan atmosfer yang memengaruhi peningkatan curah hujan, seperti Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Ekuator Rossby, dan pertemuan massa udara (konvergensi) di Jatim.
Dampak dari La Nina dan terjadinya gangguan atmosfer lain tersebut terjadi curah hujan lebih tinggi disertai petir dan angin kencang di 22 kabupaten dan kota di Jatim. Sebanyak 22 daerah itu, antara lain, Kabupaten dan Kota Malang, Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Banyuwangi, Trenggalek, Kota Batu, Kabupaten Jember, Jombang, Madiun, dan Nganjuk.
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawangsa memimpin rapat koordinasi penanganan bencana hidrometeorologi di Kantor BPBD Jatim, Rabu (21/10/2020).
”Selain itu, bencana hidrometeorologi juga berpotensi melanda Kota Madiun, Kabupaten Magetan, Pacitan, Ngawi, Bondowoso, Blitar, dan Situbondo,” ujar Taufiq.
Selatan Jatim
Dampak yang ditimbulkan adalah terjadi bencana banjir bandang, longsor, angin kencang, sambaran petir hingga gelombang tinggi. Gelombang setinggi lebih dari 3,5 meter diprediksi melanda perairan selatan Jatim dan Samudra Hindia selatan Jatim.
Menurut Taufiq, cuaca buruk akan terjadi di wilayah Laut Jawa bagian utara Bawean, Laut Jawa bagian selatan Bawean, perairan Tuban dan Lamongan, perairan Gresik dan Surabaya, serta perairan di Kepulauan Sapudi dan Kangean. Gelombang tinggi dan cuaca buruk di wilayah perairan akan berdampak besar pada aktivitas nelayan tradisional.
Menyikapi ancaman bencana tersebut, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawangsa meminta BMKG merinci daerah rawan dan potensi bencana yang terjadi di setiap daerah. Selama menunggu analisis lanjutan dari BMKG Jatim, Pemprov Jatim memulai mitigasi dengan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
”Koordinasi dengan bupati dan wali kota 22 daerah rawan bencana tersebut terus diintensifkan. Selain itu, akan digelar apel siaga bencana untuk memastikan kesiapan personel dan sarana pendukung penanggulangan bencana,” kata Khofifah.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Ruas Jalan Tol Kertosono-Ngawi Kilometer 603-Kilometer 604 terputus banjir di Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis (7/3/2019).
Penanganan kesehatan
Bersamaan dengan persiapan apel siaga bencana yang dilakukan BPBD Jatim dan BPBD kabupaten/kota, Khofifah juga meminta dinas kesehatan memastikan kesiapan penanganan kesehatan masyarakat terdampak bencana di masa pandemi Covid-19 ini. Penanganan bencana di tengah pandemi ini memiliki tantangan tersendiri yang tidak ringan.
Selain dinkes, instansi lain, seperti dinas sosial, dinas pekerjaan umum pengairan, dan dinas perikanan, juga dilibatkan agar antisipasi dan penanganan bencana lebih maksimal. Dinas perikanan, misalnya, diminta menyosialisasikan potensi gelombang tinggi dan memitigasi nelayan tradisional yang terdampak.
Khofifah juga mengajak para kepala daerah, terutama di daerah rawan, untuk berperan aktif mendesiminasikan informasi dari BMKG kepada masyarakat. Informasi itu menjadi peringatan dini agar mereka waspada, tetapi tidak perlu panik karena upaya mitigasi telah dilakukan sejak dini.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Jatim Yanuar Rachmadi menambahkan, bencana di wilayahnya didominasi bencana hidrometeorologi. Banjir menempati urutan tertinggi diikuti angin kencang dan tanah longsor. Hingga 20 Oktober ini, total terjadi 197 bencana dengan rincian 117 bencana banjir, 46 bencana angin kencang dan puting beliung, 15 bencana tanah longsor, serta 19 bencana lain.
Sementara itu, Bupati Madiun Ahmad Dawami menyusuri aliran sungai sepanjang 10 kilometer untuk melihat langsung kondisi sungai menghadapi curah hujan tinggi. Madiun merupakan daerah rawan bencana banjir dan angin kencang.
Penyusuran dilakukan dari Sungai Tempursari, Kecamatan Wungu, hingga Pintu Air Desa Glonggong, Kecamatan Balerejo. Aliran sungai ini kerap meluap di musim hujan dan menyebabkan banjir di daerah sekitar. Banjir besar selama lebih dari sepekan merendam Madiun 2019.
”Hasilnya terdapat banyak sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai oleh masyarakat. Hal itu berpotensi mengurangi kapasitas sungai dan menghambat laju aliran air,” ucap Ahmad Dawami.