Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Batu Diprediksi Anjlok Sekitar 4 Juta Orang
Di tengah situasi pandemi, Pemerintah Kota Batu berharap jumlah wisatawan tahun 2020 bisa mencapai 3 juta orang. Angka ini lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 7 juta orang.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur, menargetkan 3 juta wisatawan mengunjungi wilayah itu selama 2020. Target tersebut berkurang lebih dari 4 juta orang dibandingkan dengan jumlah kunjungan tahun 2019 sekitar 7,25 juta orang. Meski demikian, angka itu dinilai realistis di tengah situasi pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Arif As Sidiq, Selasa (20/10/2020), mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan selama 2020 hingga September 1,6 juta orang. Jumlah tersebut diharapkan bertambah menjadi 1,9 juta orang pada akhir Oktober. Kunjungan diharapkan terdongkrak dengan libur panjang akhir pekan bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW.
”Harapannya sampai akhir 2020 bisa tembus 3 juta orang. Memang tidak ada separuh dari tahun lalu akibat pengaruh pandemi. Di mana-mana jumlah kunjungan wisatawan turun,” ucapnya.
Menurut Arif, pihaknya bersyukur dunia pariwisata di Batu bisa eksis kembali dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Dibukanya lagi sejumlah obyek wisata di sekitar Batu, seperti Gunung Bromo dan Semeru, turut menjadi peluang memikat wisatawan.
Apalagi, tiga hari lalu, baru saja diluncurkan bus Damri yang bisa mengangkut wisatawan dari Batu menuju Bromo. ”Kami meminta penyelenggaraan pariwisata, destinasi, hotel, dan jasa wisata menggunakan protokol kesehatan, tertib, dan disiplin. Semangatnya agar wisatawan percaya datang ke Batu,” katanya.
Menurut Arif, saat ini memang ada sedikit pergeseran minat wisatawan. Mereka lebih banyak mengunjungi obyek wisata alam dan sentra tanaman hias. Sejumlah destinasi, seperti air terjun Coban Talun, Paralayang Gunung Banyak, desa wisata, dan sentra bunga hias, banyak menyedot wisatawan hingga terjadi kemacetan di sejumlah titik.
Saat ini ada sedikit pergeseran minat wisatawan. Mereka lebih banyak mengunjungi obyek wisata alam dan sentra tanaman hias.
Pemesanan akhir tahun
Pelaku wisata di Batu juga optimistis kondisi wisata akan terus membaik setelah sebelumnya terpuruk akibat pandemi Covid-19. Hal ini bisa dilihat dari pemesanan kamar saat libur panjang akhir Oktober ataupun libur panjang akhir tahun 2020 yang cukup ramai.
Optimisme itu tidak hanya disampaikan pihak hotel, tetapi juga pemilik homestay dan vila. Penyedia homestay, vila, dan hotel menyatakan, mereka telah menerima pemesanan atau booking dari wisatawan, tidak hanya untuk libur akhir Oktober, tetapi juga libur akhir tahun. Wisatawan tidak hanya berasal dari seputaran Jawa Timur tetapi juga luar daerah yang berencana tinggal beberapa hari di Batu.
”Ada satu rombongan wisatawan yang booking untuk 30 Oktober. Mereka hendak menuju Bromo, tetapi singgah dulu di Batu,” ujar Maman Adi Saputro, pemilik homestay Syariah Cempaka di Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Junrejo.
Meski libur panjang, menurut Maman, dirinya tidak menaikkan harga sewa homestay, tetapi justru menurunkannya. Ia mematok tarif sewa Rp 600.000 per malam untuk tiga kamar. Kebijakan ini diterapkan lantaran pandemi. ”Jika tidak pandemi, harga sewanya bisa mencapai Rp 750.000-Rp 1 juta per malam,” ucapnya.
Selain libur panjang pada Oktober, menurut Maman, juga sudah ada wisatawan yang memesan kamar untuk akhir Desember 2020. Ia mencontohkan, ada satu rombongan wisatawan asal Tangerang, Banten, yang memesan kamar untuk 25-28 Desember.
”Soal protokol kesehatan tetap berlaku. Dinas Pariwisata Kota Batu sudah membekali kami untuk tetap menjaga kebersihan dan kenyamanan vila dan homestay dengan mengutamakan protokol kesehatan,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu Muklas Rofik membenarkan, ada sejumlah wisatawan yang telah memesan kamar untuk libur panjang akhir pekan dan akhir tahun. PHRI sendiri masih menerapkan diskon 50 persen tarif normal.
”Target okupansi saat ini 50-60 persen dari kapasitas protokol kesehatan. Sebelumnya, okupansi baru sekitar 30 persen. Dunia pariwisata saat ini, kan, restart lagi, memulai dari awal. Bukan pause (istirahat) terus berlanjut,” katanya.
Menurut Rofik, wisatawan yang berkunjung ke Batu masih didominasi pelancong lokal, seperti Surabaya dan sebagian kecil dari Jakarta. Sebagian besar merupakan wisatawan keluarga. Untuk pelancong perusahaan (korporat) dan sekolah belum ada.