Festival Film Purbalingga Digelar Virtual, Regenerasi Sineas Terhambat
Pandemi Covid-19 membuat pergelaran Festival Film Purbalingga 2020 dilaksanakan secara virtual. Sejumlah kendala, termasuk regenerasi, menjadi tantangan. Kreativitas pelajar dan sineas muda ditempa saat pandemi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Festival Film Purbalingga 2020 akan digelar secara virtual sebagai dampak pandemi Covid-19. Dalam kondisi terbatas, regenerasi sineas muda di tingkat pelajar terhambat karena lokakarya yang biasanya digelar di sejumlah sekolah ditiadakan.
”Karena pandemi, semuanya diselenggarakan virtual, mulai dari pemutaran film hingga diskusi. Nanti ada penonton, tetapi terbatas. Kapasitas Bioskop Misbar Purbalingga ini hanya diisi 50-75 orang dengan menerapkan jaga jarak,” kata Direktur Festival Film Purbalingga (FFP) Bowo Leksono di Purbalingga, Jawa Tengah, Selasa (20/10/2020).
Bowo menyampaikan, akibat pandemi, waktu penyelenggaraan festival yang biasanya dilaksanakan sepanjang Juli selama sebulan penuh akhirnya diundur menjadi Oktober ini. Selain itu, kegiatan juga digelar hanya sepekan, 24-31 Oktober.
Program yang menghadirkan banyak warga juga ditiadakan, seperti program Layar Tanjleb keliling desa di Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Kebumen.
”Program kompetisi film untuk pelajar, yang paling membahayakan, bisa dibilang terkait regenerasi. Sebab, untuk pelajar, praktis seharusnya ada generasi baru, yaitu kelas 1 sudah masuk Agustus lalu. Kami yang biasanya memberi workshop ke beberapa sekolah praktis sudah tidak ada. Semua ekstrakurikuler juga ditiadakan,” kata Bowo.
Dengan begitu, menurut Bowo, guru dan pihak sekolah berperan penting mendorong siswanya tetap kreatif membuat film. Pada FFP 2020 ini, tema yang diangkat adalah Pandemi Covid-19.
Guru dan pihak sekolah berperan penting mendorong siswanya tetap kreatif membuat film.
”Kami fasilitasi bahwa kompetisi film tahun ini tentang pandemi. Kami mengira akan lahir banyak film dokumenter karena pandemi ini memengaruhi semua lini kehidupan. Apa pun bisa dibikin, tidak harus ke mana-mana. Cukup keluar rumah, depan-belakang, kanan-kiri, pasti ada subyek yang bisa dibuat film. Tetapi, secara kuantitas, jumlah film dokumenter (yang didaftarkan) hanya lima buah,” papar Bowo.
Tahun ini, FFP memasuki penyelenggaraan yang ke-14 kali. Ajang ini menjadi salah satu wadah kreativitas sineas-sineas remaja di wilayah Banyumas Raya. Munculnya sejumlah film pendek dari wilayah Banyumas Raya yang berulang kali masuk nominasi Festival Film Indonesia atau bahkan memenangi sejumlah sayembara tak lepas dari peran FFP.
Pegiat FFP, Nur Muhammad Iskandar, menyebutkan, selain lima film dokumenter, ada pula 14 film fiksi pelajar yang didaftarkan pada FFP 2020.
”Film-film kompetisi pelajar yang masuk meja pengelola festival selanjutnya dikurasi dan hanya tujuh film fiksi dan lima film dokumenter yang akan diputar secara langsung di akun Youtube Misbar Purbalingga,” kata Nur.
Manajer FFP Nanki Nirmanto menambahkan, penyelenggaraan festival kali ini difokuskan di Bioskop Misbar yang berada di kompleks Usman Janatin City Park Purbalingga. Dia berharap lewat penayangan virtual, pergelaran festival film bisa dijangkau masyarakat luas.