Pesantren dan Rumah Tangga Jadi Dua Kluster Besar di Jawa Tengah
Pemerintah setempat meningkatkan pengawasan serta bantuan tes reaksi rantai polimerase atau PCR kepada daerah-daerah dengan kasus terbanyak. Pemimpin di semua level juga wajib memberi contoh penerapan protokol kesehatan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pondok pesantren dan rumah tangga menjadi dua kluster terbesar penularan Covid-19 di Jawa Tengah. Pemerintah setempat meningkatkan pengawasan serta bantuan tes reaksi rantai polimerase atau PCR kepada daerah-daerah dengan kasus terbanyak.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Kota Semarang, Senin (19/10/2020), mengatakan, total tercatat 923 kasus positif Covid-19 di kluster pondok pesantren dengan rincian 123 orang dirawat di ruang isolasi khusus, 446 orang isolasi mandiri, 82 orang dirawat di rumah sakit, dan 272 orang sembuh.
Pada kluster rumah tangga terdapat 815 kasus dengan rincian 615 orang isolasi mandiri, 77 orang dirawat, 101 orang sembuh, dan 22 orang meninggal. ”Pondok pesantren dan rumah tangga tertinggi, selanjutnya ada kluster tempat kerja dan pasar,” ujar Ganjar.
Dua kluster tersebut tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Jateng, yang membuat angka kasus di Jateng masih tinggi. Ganjar pun menurunkan tim untuk mendampingi daerah-daerah yang kesulitan menurunkan angka kasus.
”Kami bantu, termasuk yang tes PCR-nya rendah, seperti Banjarnegara dan Wonogiri. Selain itu, dioptimalkan juga konsep Jogo Tonggo, serta Kampung Tangguh (program kepolisian). Kami cek orang dengan penyakit darah tinggi dan gula (diabetes), dengan data dari puskesmas,” katanya.
Kami cek orang dengan penyakit darah tinggi dan gula (diabetes), dengan data dari puskesmas. (Ganjar Pranowo)
Menurut data laman informasi Covid-19 Pemprov Jateng yang dimutakhirkan pada Senin (19/10/2020) pukul 12.00, terdapat 30.279 kasus positif kumulatif dengan rincian 3.493 orang dirawat, 24.489 orang sembuh, dan 2.297 orang meninggal.
Selama ini, edukasi, sosialisasi, serta operasi yustisi sudah dilakukan di 35 kabupaten/kota di Jateng. ”Kalau itu sudah dilakukan semua, tetapi masih tinggi, ada apa? Kami akan lakukan pendampingan ke daerah, ditemani IDI (Ikatan Dokter Indonesia) untuk cek,” kata Ganjar.
Epidemiolog dari Universitas Diponegoro Semarang, dr Ari Udijono, menuturkan, dalam melakukan adaptasi kebiasaan baru, sebagian warga belum bisa menerapkannya dengan optimal. Di sisi lain, ada kejenuhan dari masyarakat sehingga merasa tertekan jika dipaksa patuh.
Oleh karena itu, setiap pemimpin di setiap level harus memberikan contoh dalam menerapkan protokol kesehatan sehingga akan diikuti. ”Hal ini yang benar-benar harus dikuatkan. Sebab, saat ini masih banyak warga yang tak menerapkan protokol kesehatan dengan baik,” lanjutnya.
Harus jadi contoh
Ganjar mengajak para kepala daerah di Jateng untuk menjadi contoh baik dalam menerapkan protokol kesehatan. Sebelumnya, ia mengingatkan Bupati Blora Djoko Nugroho dan calon wali kota Semarang, yang juga petahana, Hendrar Prihadi, yang bernyanyi tak menggunakan masker.
Pekan lalu, beredar video di media sosial, Djoko sedang bernyanyi dangdut tanpa menggunakan masker. Pada akhir pekan lalu, juga beredar video Hendrar sedang bernyanyi diiringi pemain musik yang juga tidak menggunakan masker.
”Sudah, sudah saya kontak Pak Wali Kota (Hendrar). Dia minta maaf dan bilang sebenarnya itu cuma sebentar. Saya katakan ya enggak, karena mestinya diingatkan juga. Sama dengan (Bupati) Blora juga gitu. Mari kita kasih contoh yang baik,” kata Ganjar.
Adapun Hendrar mengatakan, acara saat ia bernyanyi berasal dari internal tim pemenangannya yang jumlahnya tak lebih dari 50 orang. Acara berlokasi di posko pemenangannya. Ia mengaku spontan saat diminta menyanyi. Sementara peserta hanya dari internal dan tak ada warga.
Ia pun meminta maaf kepada Ganjar dan masyarakat. ”Saya sudah telepon Pak Ganjar dan sudah saya jelaskan. Saya juga dapat masukan dari beliau. Tak ada rencana untuk mau pentas atau nyanyi, enggak. Saya waktu itu juga enggak memperhatikan kalau pemain bandnya enggak pakai masker,” kata Hendrar, seperti dikutip dari Kompas.com.