Memasuki Masa Pancaroba, Waspadai Cuaca Buruk di Jawa Timur
Angin kencang dan hujan lebat berpotensi melanda sejumlah wilayah di Jatim sepekan ini. Hal itu harus diantisipasi masyarakat untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Memasuki musim peralihan atau pancaroba, angin kencang dan hujan lebat berpotensi melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur dalam sepekan ini. Sejumlah pemerintah daerah, termasuk Kabupaten Sidoarjo, terus mengantisipasi berbagai penyebab yang bisa memicu bencana banjir.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, musim hujan di Jatim sebenarnya diprediksi baru terjadi pada November-Desember mendatang. Kini, Jatim masa pada musim peralihan atau pancaroba. Meski demikian, ada potensi terjadi cuaca ekstrem, seperti angin kencang dan hujan lebat disertai petir.
”Hal tersebut disebabkan terjadinya Madden Julian Oscilation (MJO). Dampaknya akan dirasakan kuat di wilayah utara Jatim,” ujar Teguh, Senin (19/10/2020).
Teguh mengatakan, terdapat dua fenomena yang berpotensi memengaruhi cuaca di Jatim hingga akhir tahun. Pertama, terjadinya MJO yang berpotensi menyebabkan hujan selama 2-3 hari di pesisir utara. Hal ini dipicu pusaran angin menumpuk di sekitar wilayah perairan.
Adapun fenomena lain yang berdampak pada cuaca di Jatim adalah La Nina. Salah satu dampaknya, musim hujan diprediksi datang lebih awal. Meski demikian, seluruh wilayah Jatim diperkirakan memiliki potensi terjadi angin kencang dan hujan yang perlu diwaspadai karena bisa memicu bencana hidrometeorologi.
Mengantisipasi bencana tersebut, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, misalnya, sejak sepekan lalu melakukan perantingan pohon. Perantingan itu menyasar pohon-pohon besar di sepanjang jalan utama dari Kota Surabaya menuju Sidoarjo. Juga dilakukan penebangan pohon berusia tua karena rawan roboh.
Sementara itu, mengantisipasi bencana banjir, Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengajak warga bergotong royong membersihkan selokan di lingkungan sekitar. Upaya itu ditempuh karena mayoritas selokan warga kondisinya dangkal dan penuh sampah.
Perantingan itu menyasar pohon-pohon besar di sepanjang jalan utama dari Kota Surabaya menuju Sidoarjo. Juga dilakukan penebangan pohon berusia tua karena rawan ambruk.
”Selokan yang dangkal dan penuh sampah tidak akan mampu menampung air secara maksimal. Selain itu, sampah juga akan menghambat aliran air sehingga menjadi tidak lancar dan meluap,” kata Hudiyono.
Salah satu contohnya, kondisi saluran air di sepanjang Jalan Raya Bringinbendo, Kecamatan Taman. Di tempat itu dijumpai tumpukan sampah rumah tangga yang berserakan. Sampah bahkan sudah memenuhi seluruh saluran air di tepi jalan hingga mengotori badan jalan.
Kondisi pembuangan sampah di Jalan Raya Bringin Bendo itu sangat parah. Menurut informasi warga sekitar, sampah-sampah itu dibawa orang luar yang melintasi jalan. Mereka sengaja membuang sampah pada tengah malam atau saat kondisi sepi. Pelakunya tidak hanya pengendara motor, melainkan banyak juga pengendara mobil.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Hudiyono meminta Camat Taman mengerahkan anggota satuan polisi pamong praja untuk melakukan patroli rutin. Dia juga meminta agar di jalan tersebut dipasang kamera pengawas untuk mengetahui pelaku pembuang sampah. Direncanakan, pelaku yang tertangkap akan disanksi tegas sesuai aturan.
Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Sidoarjo Sigit Setyawan mengatakan, untuk mengangkut sampah yang berserakan di Jalan Raya Bringinbendo, pihaknya mengerahkan satu unit truk. Namun, karena besarnya volume sampah, truk tidak bisa mengangkut dalam sekali jalan sehingga harus bolak-balik.
”Satu unit mobil pengangkut sampah milik DLHK Sidoarjo sudah diserahkan ke Kecamatan Taman untuk dipakai mengangkut sampah-sampah yang berhasil dikumpulkan oleh petugas,” ucap Sigit.
Rawan bencana
Sementara itu, Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi daerah rawan bencana angin kencang dan banjir. Daerah rawan bencana angin kencang tersebar di seluruh wilayah atau 18 kecamatan. Adapun bencana banjir berpotensi terjadi di Kecamatan Sedati, Gedangan, Waru, Sidoarjo, Tanggulangin, dan Porong.
Meski demikian, berdasarkan pengalaman musim hujan awal tahun lalu, banjir terparah terjadi di Desa Kedungbanteng dan Desa Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin. Untuk mengetahui penyebab banjir yang kala itu bertahan selama berbulan-bulan di daerah tersebut, pemda bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).