Tingkat Kesembuhan di Cirebon Tinggi, tetapi Pasien Meninggal Bertambah
Tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mencapai 73 persen. Namun, tingkat kematian pasien juga di atas rata-rata tingkat kematian di Jabar.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mencapai 73 persen. Tingginya angka kesembuhan tersebut seiring masifnya pelacakan kontak. Namun, pasien yang meninggal juga terus meningkat.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon, Sabtu (17/10/2020), jumlah kasus Covid-19 di daerah berpenduduk sekitar 2,2 juta jiwa itu mencapai 1.007 orang. Adapun pasien yang dilaporkan sembuh mencapai 735 orang.
Tingkat kesembuhan hingga 73 persen tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata tingkat kesembuhan Jabar yang berkisar 66 persen. Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon Nanan Abdul Manan mengatakan, hal itu disebabkan masifnya pelacakan kontak kasus.
”Kami memenuhi standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dalam pencapaian rasio kontak erat per kasus konfirmasi,” katanya. Rasio kontak erat ialah upaya mencari kontak erat antara warga yang terpapar Covid-19.
Standar WHO, petugas harus menemukan minimal 20 orang yang kontak erat dengan seorang kasus positif atau rasionya 1:20. Semakin banyak menemukan kontak erat kasus terkonfirmasi, penyebaran Covid-19 dapat segera diantisipasi.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Jabar, pada 5-11 Oktober, hanya Kabupaten Cirebon yang memenuhi rasio kontak erat, yakni dari 1 kasus positif ditemukan 30 orang yang pernah kontak erat. ”Kami akan mempertahankan prestasi ini,” ucapnya.
Pelacakan kontak erat dan tes masif ini yang membuat kasus positif di Cirebon terus meningkat.
Selain rasio kontak erat yang ideal, pihaknya juga telah memenuhi rasio tes usap tenggorokan, yakni 1 persen dari jumlah penduduk. Hingga kini, sebanyak 26.838 orang telah menjalani tes usap. Angka ini berkisar 1,2 persen dari total penduduk Cirebon.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengatakan, tes usap akan terus dilakukan untuk mendeteksi penyebaran Covid-19. Dengan lima mesin pemeriksaan sampel berdasarkan rantai reaksi polimerase (PCR) dan satu mesin ekstraksi, pihaknya mampu memeriksa hingga 1.000 sampel per hari.
”Pelacakan kontak erat dan tes masif ini yang membuat kasus positif di Cirebon terus meningkat,” ucapnya. Saat ini, Cirebon menjadi daerah dengan kasus positif tertinggi dibandingkan empat daerah di Jabar bagian timur.
Meski angka kesembuhan terus meningkat, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal juga bertambah. Hingga kini tercatat 57 orang meninggal. Artinya, tingkat kematian pasien di Cirebon mencapai 5,7 persen. Angka ini jauh di atas tingkat kematian pasien Jabar, yakni 1,9 persen.
Eni mengatakan, hampir seluruh pasien Covid-19 yang meninggal memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes melitus, jantung, gagal ginjal, hingga kanker. Terkait fasilitas kesehatan, pihaknya telah mempersiapkan 11 rumah sakit.
Kapasitas ruang isolasi dengan ventilator di fasilitas kesehatan untuk penanganan kondisi pasien yang memburuk juga masih tersedia. Pada Sabtu pagi, misalnya, dari 14 tempat tidur, yang terisi enam unit.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Cirebon Sartono mengatakan, pihaknya masih meneliti penyebab tingginya tingkat kematian pasien Covid-19. ”Apakah karena pasien terlambat dibawa ke rumah sakit atau seperti apa? Kami masih mengumpulkan data dari rumah sakit terkait berapa lama pasien ditangani sebelum meninggal,” katanya.