Pengelola Borobudur Harapkan Tambahan Kuota Kunjungan
Tahun depan, Candi Borobudur diusulkan dapat menerima pengunjung tanpa batasan jumlah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Rencana vaksinasi untuk mengatasi pandemi Covid-19 mendorong semangat PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko untuk terus menambah usulan alokasi jumlah pengunjung di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Rencana itu juga mendorong optimisme bahwa kondisi akan terus membaik sehingga kunjungan bisa kembali dibuka normal pada 2021.
”Tahun depan, kami akan mengusulkan agar kunjungan di Candi Borobudur dibuka free flow, bebas mengalir berapa pun jumlahnya, sama seperti kondisi normal,” ujar Direktur Utama (Dirut) PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Edy Setijono, Sabtu (17/10/2020).
Optimisme untuk membuka kunjungan tanpa batasan jumlah muncul karena saat ini vaksin Covid-19 sudah tersedia dan sedang diujicobakan pada sejumlah sukarelawan. Diharapkan, dalam waktu dekat, vaksin sudah bisa didistribusikan untuk disuntikkan kepada masyarakat umum.
Edy mengatakan, pihaknya berharap pembatasan kunjungan bisa dihentikan karena hal itu berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar. ”Kami adalah bagian yang ikut bertanggung jawab terhadap perputaran ekonomi masyarakat sekitar dan kami pun sedih karena pandemi dan aliran wisatawan yang dibatasi membuat banyak warga mengalami penurunan pendapatan,” tuturnya.
Sejak dibuka pada akhir Juni 2020, batasan pengunjung Taman Wisata Candi Borobudur telah tiga kali diubah, dengan tren terus ditambah. Pada tahap awal, hanya dibuka dengan batasan 1.500 orang per hari, kemudian ditambah menjadi 2.000 orang per hari, dan selama dua minggu terakhir ditambah menjadi 3.500 orang per hari.
Pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung Taman Wisata Candi Borobudur memang masih berkisar 1.000-1.500 orang per hari. Namun, pada akhir pekan, jumlah pengunjung sudah mencapai 3.000 orang per hari, bahkan sempat didatangi lebih dari 3.500 orang per hari. ”Kami sudah pernah menolak wisatawan karena jumlah yang datang sudah melebihi kuota,” ujarnya.
November mendatang, Edy mengatakan, pihaknya akan kembali mengajukan usulan penambahan kuota pengunjung menjadi 5.000 orang per hari. Dia berharap usulan itu bisa disetujui, setidaknya pada musim liburan Natal dan Tahun Baru, Desember mendatang. ”Akhir tahun adalah harapan terakhir kami untuk bisa mendapatkan banyak kunjungan wisatawan tahun ini,” ujarnya.
Terkait dengan rencana tersebut, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Balai Konservasi Borobudur (BKB) membicarakan tentang penentuan kuota pengunjung yang naik ke pelataran candi di kawasan zona 1. Namun, dia pun berharap bangunan Candi Borobudur bisa kembali dibuka secara bertahap.
”Mungkin, setidaknya, bangunan candi bisa dibuka hingga tiga lantai pertama,” ujarnya. Dia pun sangat memahami ditutupnya bangunan candi untuk kunjungan memang diperlukan demi menjaga protokol kesehatan dan mencegah munculnya kluster baru.
Kepala BKB Wiwit Kasiyati mengatakan, sikap hati-hati dari BKB diharapkan bisa dipahami karena tatanan kunjungan yang tidak mematuhi protokol kesehatan bisa berisiko fatal dan berujung pada terbentuknya kluster Covid-19 baru, kluster Candi Borobudur. ”Jika sampai terbentuk kluster, Taman Wisata Candi Borobudur nantinya juga akan berisiko ditutup total bagi wisatawan,” ujarnya.
Batasan daerah paling aman di bangunan candi yang bisa dikunjungi wisatawan, menurut dia, adalah selasar yang berada di lantai dua. Selasar adalah area terbuka cukup luas, dengan jarak antara dinding hingga tepian bangunan candi berjarak 4-6 meter. Hal itu memungkinkan pengunjung untuk mengambil jarak aman. Namun, kemungkinan membuka area kunjungan hingga selasar saat ini juga masih terus dikaji ulang.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Sinung N Rachmadi mengatakan, selama masa pandemi, pembatasan pengunjung di destinasi pariwisata akan tetap diberlakukan. Namun, jika kondisi sudah berangsur membaik, tidak tertutup kemungkinan kebijakan itu akan dikaji ulang.