Tingkat Kesembuhan di Maluku Meningkat, Kematian Menurun
Hingga Jumat (16/10/2020), angka kesembuhan Covid-19 di Maluku mencapai 71,1 persen, meningkat dibandingkan dua bulan sebelumnya yang berkisar 68 persen. Persentase kematian pun menurun.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Jumlah pasien sembuh dari Covid-19 di Provinsi Maluku dalam empat hari terakhir mencapai 431 orang. Secara keseluruhan, hingga Jumat (16/10/2020), angka kesembuhan mencapai 71,1 persen, meningkat dibandingkan dua bulan sebelumnya yang berkisar 68 persen. Sementara persentase kematian juga menurun. Warga pun diminta tak melonggarkan disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan agar kasus bisa terus ditekan.
Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku, hingga Jumat, jumlah pasien yang sembuh sebanyak 2.470 orang atau 71,1 persen dari 3.471 kasus. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dua bulan sebelumnya yang berkisar 68 persen. Sementara itu, angka kematian sebanyak 42 kasus atau setara dengan 1,2 persen. Persentase kematian ini menurun jika dibandingkan dua bulan sebelumnya yang sempat melampaui 2 persen.
Jumlah pasien sembuh berturut-turut dalam empat hari terakhir hingga Jumat (16/10/2020) adalah 180 pasien, 22, 109, dan 120, sehingga totalnya 431. Sementara itu, dalam rentang hari yang sama, penambahan kasus konfirmasi mulai dari 15 kasus, 2, 6, dan 13. Total penambahan kasus dalam empat hari terakhir 36.
”Kenaikan jumlah pasien Covid-19 yang sembuh ini menjadi kabar gembira. Harapan semakin besar. Mereka yang sembuh kebanyakan orang tanpa gejala. Ke depan, berharap tren kesembuhan terus meningkat,” kata Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang lewat sambungan telepon.
Namun, Kasrul mengingatkan masyarakat agar tetap patuh pada protokol Covid-19. Ia melihat longgarnya protokol kesehatan di ruang publik, seperti aktivitas di ruang terbuka, kafe, dan pasar. Puncaknya adalah pada saat unjuk rasa penolakan pengesahan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja yang disetujui DPR pekan lalu. Ratusan orang menggelar demonstrasi yang mengabaikan protokol Covid-19.
Kondisi itu berpotensi menimbulkan kluster baru yang jika meledak akan ketahuan dalam beberapa hari mendatang. Saat unjuk rasa itu, polisi menangkap 13 orang yang dianggap terlibat dalam kericuhan. Mereka lalu menjalani pemeriksaan tes cepat dan hasilnya nonreaktif. Sebagai daerah dengan transmisi lokal tinggi, kerumunan orang berisiko tinggi terjadi penularan Covid-19, terutama orang tanpa gejala.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada 12 Oktober lalu, Presiden Joko Widodo meminta agar 12 kabupaten/kota di Indonesia mendapat perhatian nasional dalam hal penanggulangan Covid-19 lantaran menyumbang 30 persen total kasus aktif nasional. Perhatian penuh itu akan diberikan selama dua pekan ke depan, salah satunya adalah Kota Ambon.
Sementara itu, Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Baharudin Djafar mengajak organisasi kepemudaan (OKP) agar menjadi pelopor penerapan protokol Covid-19. Baharudin menyampaikan hal itu saat menerima kunjungan sejumlah pengurus OKP pada Jumat. OKP dimaksud, antara lain, Pemuda Pancasila, Pemuda Panca Marga, dan Komite Nasional Pemuda Indonesia.
”Terkait dengan Covid-19, (ada survei) bahwa masyarakat Maluku urutan pertama yang tidak percaya dengan kasus ini. Saya harapkan melalui perpajangan tangan rekan-rekan agar menyampaikan kepada masyarakat bahwa Covid ini ada dan banyak yang sudah meninggal,” kata Baharudin sebagaimana yang tertulis dalam keterangan pers.
Ia mengatakan, pihak Polda terlibat aktif dalam penanganan Covid-19. Seperti contoh, Satuan Brigade Mobil terus melakukan penyemprotan disinfektan ke berbagai permukiman penduduk dan tempat pelayanan publik.
Pada Kamis, penyemprotan dilakukan di sejumlah ruangan Kantor Gubernur Maluku. Kantor itu merupakan salah satu kluster penularan. Pada Jumat, penyemprotan dilakukan di Gereja Protestan Efrata.