Pemerintah Kota Tomohon mendorong petani bunga untuk kembali menanam bunga krisan dengan menghibahkan bibit. Peluang penjualan bunga terbuka seiring dengan keberadaan rute penerbangan kargo langsung Manado-Tokyo.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
TOMOHON, KOMPAS — Pemerintah Kota Tomohon, Sulawesi Utara, mendorong petani bunga untuk kembali menanam bunga krisan dengan menghibahkan bibit demi menggeliatkan sektor hortikultura. Kendati penjualan bunga menurun karena Festival Bunga Internasional Tomohon ditiadakan tahun ini, peluang lain tetap terbuka, yaitu ekspor langsung ke Jepang.
Didi Kaparang (52), petani bunga di Kakaskasen II, Kecamatan Tomohon Utara, menanam 24.000 tangkai bunga krisan (Chrysanthemum). Krisan asli Tomohon, yaitu krisan kulo berwarna putih dan riri berwarna kuning, butuh empat bulan sampai panen. Adapun krisan merah muda, merah, dan sebagainya yang didatangkan dari Bogor, Jawa Barat, dan Batu, Jawa Timur, butuh tiga bulan.
Menurut Didi, ada tiga masa panen besar tiap tahun, yaitu jelang Paskah pada April, Festival Bunga Internasional Tomohon (TIFF) pada Agustus, dan Natal pada Desember. ”Yang saya tanam sekarang jauh lebih banyak ketimbang untuk panen Agustus karena tidak ada TIFF,” katanya, Jumat (16/10/2020).
Awal 2020, Didi menanam 24.000 tangkai untuk persiapan panen paskah. Karena satu bibit bernilai Rp 600, ia mengeluarkan modal Rp 14,4 juta. Namun, pembatasan aktivitas sosial akibat pandemi Covid-19 membuatnya rugi besar. ”Saya tidak balik modal, Rp 5 juta pun tidak. Makanya tidak tanam banyak untuk panen Agustus,” ujarnya.
Ia berharap, penjualan pada perayaan Natal bisa jauh lebih bagus. Sebab, harga krisan bisa meningkat dari Rp 3.500 menjadi Rp 10.000 per batang. Jika tak ada penjual bunga yang memborong bunganya, ia akan merangkai dan menjualnya sendiri sehingga mudah dibawa di gereja, pekuburan, maupun diletakkan di rumah.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2017 saja Tomohon menghasilkan 5,95 juta tangkai krisan. Produksi bunga aster pada urutan kedua pun hanya mencapai 10 persen dari jumlah itu.
Meski demikian, Kepala Balai Perbenihan, Perbibitan, dan Agro Widya Wisata Tomohon Tony Polii mengatakan, ketiadaan TIFF menyebabkan banyak bunga tak terjual. Petani bunga pun enggan menanam sehingga penjual bunga tak mendapatkan pasokan. Akibatnya, putaran roda ekonomi bunga nyaris terhenti.
Karena itu, Dinas Pertanian dan Perikanan Tomohon, yang membawahkan balai yang dipimpinnya, berupaya menyiapkan bibit-bibit bunga dan membagikannya secara gratis. Dari 30 kelompok petani bunga, delapan sudah mendapat hibah masing-masing 5.000 batang bibit krisan.
Bibit yang dibagikan adalah hasil setek batang yang diambil dari tanaman induk milik balai. Dinas Pertanian dan Perikanan Tomohon tak memiliki cukup anggaran untuk membeli puluhan ribu bibit yang tiap batangnya bernilai Rp 500. Tahun-tahun sebelumnya, pemkot rutin menganggarkan Rp 105 juta untuk membeli 210.000 bibit krisan untuk dihibahkan pada 30 kelompok tani.
”Kami usahakan sendiri bibitnya. Langkah ini kami ambil untuk mendorong petani mengusahakan bunga lagi. Kalau tidak kami bantu, akan sangat berat untuk menggeliatkan sektor ini lagi karena daya beli masyarakat dan petani sedang menurun,” kata Tony.
Menurut Tony, sekalipun tak ada TIFF untuk menyerap semua produksi bunga, pintu penjualan tetap terbuka, salah satunya melalui ekspor langsung ke Jepang melalui jalur udara yang diinisiasi Pemprov Sulut sejak 30 September 2020 lalu. Kini pihaknya harus fokus memenuhi kriteria khusus yang ditetapkan negara tujuan.
Saya optimistis peluang ini bisa kita tangkap karena penerbangan Manado-Jepang sudah ada.
”Kami harus penuhi syarat kesehatan tanaman. Itu yang paling utama. Kalau ada virus yang ikut terbawa, tidak mungkin bisa lolos dari pemeriksaan karantina pertanian Jepang,” ujar Tony.
Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Manado Donni Musydayan Saragih mendorong para petani untuk mengekspor langsung krisan ke Jepang. Satu-satunya provinsi yang bisa mengekspor krisan ke Jepang hingga kini adalah Sumatera Utara. ”Saya optimistis peluang ini bisa kita tangkap karena penerbangan Manado-Jepang sudah ada,” katanya.
Karena itu, pihaknya akan berkolaborasi dengan Dinas Petanian dan perikanan Tomohon untuk mendampingi dan memfasilitasi para petani memenuhi persyaratan kekarantinaan demi menggenjot ekspor. Potensi Tomohon, yang dikenal sebagai sentra krisan Indonesia terbesar di luar Jawa, akan mampu memenuhi permintaan Jepang.
”Secara produksi pasti mencukupi. Balai Karantina Pertanian Manado akan memfasilitasi pemenuhan persyaratan 10.000 batang krisan putih lebih dulu,” katanya.
Sementara itu, dalam kunjungan ke Tomohon, Kamis (15/10), Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian Yesiah Ery Tamalagi berharap petani krisan di Tomohon dan Sulut konsisten mengembangkan komoditas primadona itu. Pemerintah akan menjamin ketersediaan bibit sekaligus distribusinya.