Pasien Kluster Pesantren di Banyumas Bertambah 76 Orang
Kluster penularan Covid-19 di pondok pesantren Banyumas, Jawa Tengah, bertambah 76 orang menjadi total 415 pasien. Aktivitas santri dan penghuninya perlu diperketat untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Kluster penularan Covid-19 di lingkungan pondok pesantren di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, meluas dengan penambahan 76 pasien positif dari satu pondok pesantren di Purwokerto Utara. Secara keseluruhan, terdapat 415 kasus positif dari tiga pesantren. Untuk mencegah penyebaran terus meluas, aktivitas penghuni pondok pesantren diperketat.
Juru bicara Forum Komunikasi Pondok Pesantren Banyumas, Enjang Burhanudin Yusuf, di Purwokerto, Banyumas, Jumat (16/10/2020), mengatakan, dari 76 pasien positif, 66 orang di antaranya yang dalam kondisi sehat sudah dievakuasi ke rumah karantina di Wisma Wijayakusuma, Baturraden. ”Sisanya, 10 orang, karena ada yang memiliki komorbid, dirawat di rumah sakit,” katanya.
Enjang menyampaikan, hingga kini, terdapat tiga pondok pesantren yang penghuninya terpapar Covid-19. Sebelum kasus terbaru ini, penularan Covid-19 sudah terjadi di satu pondok pesantren di Kecamatan Sumbang dan satu pesantren lain di Kecamatan Purwokerto Utara.
Secara keseluruhan, terdapat 415 pasien positif Covid-19 dari kluster pondok pesantren dan 195 orang telah dinyatakan sembuh. ”Rata-rata santri itu sehat secara fisik. Namun, karena positif, maka dikarantina supaya tidak menyebar ke yang lain,” kata Enjang.
Menurut Enjang, penambahan kasus terbaru di pondok pesantren ini karena ada santri yang pulang dari luar kota dan termasuk zona merah. Mereka yang terkonfirmasi positif rata-rata berusia 19-20 tahun. ”Saat masa normal baru, pesantren ini mendatangkan santri dengan agak longgar. Jadi, santri dari Surabaya atau zona-zona merah diizinkan pulang ke pesantren. Mungkin kecolongannya di situ,” tuturnya.
Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren Banyumas Mohammad Roqib menyampaikan, untuk menekan penyebaran, 198 pondok pesantren di Banyumas telah diimbau memperketat aktivitas keluar-masuk santri dan penghuninya. ”Ustaz yang dari luar, ngajinya daring. Tidak ada lagi ustaz yang masuk pondok,” kata Roqib.
Untuk menekan penyebaran, 198 pondok pesantren di Banyumas telah diimbau memperketat aktivitas keluar-masuk santri dan penghuninya. (Mohammad Roqib)
Roqib juga menyampaikan, santri yang datang dari luar kota perlu mengikuti tes cepat dan kedatangan mereka diatur secara bertahap. Roqib mencontohkan, di Pondok Pesantren An Najah, Purwokerto, yang diasuhnya, dari total 300 santri, baru 150 orang yang pulang ke pesantren. Mereka pulang secara bertahap dan menjalani karantina dulu selama dua minggu untuk selanjutnya bisa masuk ke pesantren.
Seperti diberitakan Kompas.id, Rabu (7/10/2020), Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin saat meninjau protokol kesehatan di pondok pesantren di Banyumas menyampaikan, kerja sama antara pemerintah dan para tokoh agama, termasuk ulama dan kiai, diharapkan menjadi kunci untuk bisa menekan penyebaran Covid-19.
Sinergi komunikasi dalam mendorong disiplin protokol kesehatan perlu diperkuat guna menekan penyebaran virus korona jenis baru, terutama di masyarakat akar rumput dan pondok pesantren.
”Kami berharap para ulama di Provinsi Jawa Tengah ini bisa bersinergi. Ketika pondok pesantren mengampanyekan atau mengimbau masyarakat lewat protokol kesehatan, masyarakat di sekitar pondok pesantren harus lebih patuh atau lebih banyak mengikutinya,” ucap Yasin.