Selain Bantuan Dana, Masyarakat Daerah Rawan Bencana Butuh Bekal Mitigasi
Warga terdampak banjir bandang di Garut, Jawa Barat, akan mendapatkan dana stimulan dari pemerintah pusat untuk perbaikan rumah yang rusak. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan warga mengungsi lebih lama.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Warga yang kediamannya terdampak banjir bandang di Garut, Jawa Barat, dijanjikan bantuan pemerintah untuk membangun kembali tempat tinggalnya. Ke depan, pengetahuan tentang mitigasi lokal harus dimiliki warga di daerah rawan untuk menekan tingginya potensi bahaya bencana alam.
Berdasarkan data sementara yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat ada 154 rumah rusak berat, 217 rumah rusak sedang, dan 628 rumah rusak ringan. Nantinya, jumlah bantuan yang akan diberikan pemerintah bervariasi menurut tingkat kerusakan. Rumah rusak berat akan dibantu Rp 50 juta, rusak sedang Rp 25 juta, dan rusak ringan Rp 15 juta.
Kepala BNPB Doni Monardo saat datang ke Garut, Kamis (15/10/2020), menuturkan, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk terus mendata rumah terdampak. Nantinya semua rumah itu akan segera diperbaiki. Dia menegaskan, hal itu harus segera dilakukan agar warga tidak mengungsi terlalu lama di tengah pandemi Covid-19.
”Sejauh ini, warga yang mengungsi tetap diminta meminimalkan kontak di pengungsian,” ujarnya.
Sebelumnya, 20 desa di Kecamatan Pameungpeuk, Cikalet, dan Cibalong dihantam banjir bandang, Senin (12/10/2020). Banjir merendam lebih kurang 2.180 rumah, 25 tempat ibadah, 10 fasilitas kesehatan, dan 12 fasilitas pendidikan.
Akibatnya, lebih dari 9.000 jiwa terdampak. Sebanyak 600 orang di antaranya bahkan harus mengungsi. Selain itu, banjir juga merusak 12 titik ruas jalan penghubung, terutama di selatan Garut.
Salah satu daerah terdampak bencana adalah Desa Sagara, Kecamatan Cibalong. Dalam kunjungannya ke Sagara, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Jabar Atalia Praratya mengatakan, banjir merusak berbagai infrastruktur, seperti jembatan, jalan raya, perumahan, dan area pertanian warga.
Salah satu infrastruktur penting yang rusak itu adalah jembatan gantung di Kampung Sakambangan. Jembatan ini menghubungkan Desa Sagara dan tetangganya, Desa Mekarwangi. ”Kami berharap akses vital itu segera diperbaiki. Semoga ada bantuan dari pemerintah agar kegiatan masyarakat dapat normal kembali,” ujar Atalia.
Tokoh masyarakat Desa Sagara, Enggan Burhanudin, menambahkan, jembatan penghubung yang rusak ini merupakan akses warga kedua desa dalam kegiatan ekonomi dan pendidikan. ”Banyak warga Mekarwangi menggunakan jembatan ini untuk menuju puskesmas dan madrasah serta sekolah di Sagara dan daerah lain di Kecamatan Pameungpeuk,” ujar Enggan, yang juga Pemimpin Pondok Pesantren Al Mannar Cibalong
Mitigasi
Doni menuturkan, ke depan, sistem mitigasi berbasis lokal sangat diperlukan, terutama untuk warga di daerah dengan kemiringan ekstrem dan pinggir sungai. Kawasan ini berpotensi tinggi terdampak bencana hidrometeorologis akibat cuaca ekstrem.
Garut, katanya, adalah salah satu daerah rawan bencana hidrometeorologi tinggi di Jabar. Dari 42 kecamatan, 30 kecamatan di antaranya berada pada kategori sedang hingga tinggi. Tercatat sebanyak 209.139 jiwa tinggal di daerah itu.
”Semua perangkat diminta waspada. Para kepala desa harus mengingatkan warga di sepanjang sungai. Hal ini menjadi langkah yang sangat bagus sebagai antisipasi sejak dini,” kata Doni.