Ruas Jalan Penghubung Enam Desa di Kabupaten Kupang Terancam Putus
Ruas jalan yang menghubungkan kota kecamatan Nekamese dengan enam desa di pantai selatan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, nyaris putus, terutama ketika musim hujan tiba.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
OELAMASI, KOMPAS — Ruas jalan yang menghubungkan kota kecamatan Nekamese dengan enam desa di pantai selatan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, nyaris putus. Warga enam desa di wilayah itu khawatir, memasuki musim hujan, jalan bakal putus total.
Selain itu, ruas jalan Ikan Foti di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, pun terancam putus. Pemerintah Kabupaten Kupang diminta segera menangani ruas jalan itu agar bisa diakses warga. Markus Nenosaban, warga Dusun Empat, Desa Usapisonbai, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, di Oelamasi, Kamis (15/10/2020), mengatakan, jalan itu masih berupa jalan tanah.
Masyarakat enam desa di Kecamatan Nekamese dengan dukungan dana desa secara gotong royong berhasil menimbun ruas jalan sepanjang 30 kilometer itu dengan pasir dan batu. Padahal, jalan tersebut merupakan jalan kabupaten.
Warga enam desa gotong royong dengan memanfaatkan dana desa yang ada untuk menimbun sepanjang ruas jalan itu dengan pasir dan batu.
Semestinya perbaikan jalan mendapat perhatian dari Pemkab Kupang. Namun, selama ini hanya sekali dilakukan pengerasan, lalu berhenti sampai jalan itu kembali rusak. ”Warga enam desa gotong royong dengan memanfaatkan dana desa yang ada menimbun sepanjang ruas jalan itu dengan pasir dan batu,” kata Nenosaban.
Ruas jalan itu pun nyaris putus di Km 27 dari Nekamese, ibu kota kecamatan, akibat longsor. Longsor itu menggerus badan jalan sekitar 1 meter dari total 3 meter lebar jalan. Sisa 2 meter masih dilewati kendaraan dengan sangat hati-hati, terutama pada malam hari. Di sepanjang jalan itu juga tidak ada satu pun lampu.
Warga enam desa di pantai selatan Nekamese yang berjumlah sekitar 15.000 jiwa setiap hari melintasi jalan itu untuk akses pasar. Itulah jalan satu-satunya menuju Pasar Nekamese dan kantor pemerintahan Kecamatan Nekamese, tembus ke Kota Kupang. Keenam desa itu adalah Oenif, Usapisonbai, Taloitan, Bone, Tasikona, dan Desa Oepaha.
Desa-desa ini terkenal dengan hasil pertanian dan perkebunan, seperti jagung, umbi-umbian, kelapa, dan pisang. Dua desa di antaranya juga menjadi penghasil ikan karena berada di pesisir selatan Kabupaten Kupang. Setiap hari, mereka pergi ke pasar tradisional di Naikoten, Kota Kupang, untuk berjualan sekaligus belanja bahan kebutuhan pokok. Mereka harus menempuh perjalanan sekitar 70 km untuk berjualan.
Jalan alternatif
”Jika titik longsor itu putus total, warga tidak bisa akses ke Kota Kupang. Kami tidak bisa bangun jalan alternatif karena sisi kiri-kanan badan jalan tidak layak dibangun jalan alternatif, apalagi terdapat ladang dan rumah warga,” ujarnya.
Kepala Dusun V, Desa Usapisonbai, Kecamatan Nekamese, Mikhael Bana (54) mengatakan, ruas jalan itu pernah ditimbun pasir dan batu oleh Pemkab Kupang tahun 2018, termasuk di lokasi longsor itu. Akan tetapi, awal 2019 terjadi hujan dan badai sehingga terjadi longsor di Km 27 itu. Lokasi longsor belum diperbaiki sampai hari ini.
”Kepada anggota DPRD Kabupaten Kupang yang datang berkunjung ke Usapisonbai telah kami sampaikan (perihal longsor di lokasi itu), tetapi belum ada tindak lanjut. Kami berharap sebelum musim hujan, yang kemungkinan Desember 2020-Februari 2021 ini, titik longsor itu sudah diperbaiki,” kata Bana.
Sejumlah truk dari Kota Kupang setiap hari melewati jalan itu untuk mengambil pasir di Desa Oepaha, 70 km dari Kupang. Bahan galian C di desa itu diminati penduduk Kota Kupang untuk pembangunan.
Longsor serupa terjadi di kawasan Ikan Foti, yang menghubungkan Kota Kupang dengan Baun, ibu kota Kecamatan Amarasi. Di Baun terdapat situs Kerajaan Amarasi yang telah menjadi salah satu destinasi wisata di Baun.
Setiap hari, warga dari Kota Kupang dan turis asing sering melintasi jalan Ikan Foti yang nyaris putus itu. Longsor di Ikan Foti sangat membahayakan kendaraan yang melintas. Beberapa kali terjadi kecelakaan kendaraan di lokasi itu.
Tokoh masyarakat Desa Baun, Agus Naben (59), mengatakan, ruas jalan itu mengalami kerusakan sejak tahun 1990-an, tetapi sulit diperbaiki. Kontur tanah selalu bergerak atau tidak stabil sehingga setiap dilakukan perbaikan, tidak lama rusak.
Tidak mungkin memindahkan posisi ruas jalan tersebut karena ada jurang di sisi kiri-kanan jalan. Pemerintah hanya bisa membangun ruas jalan sepanjang 700 meter itu dengan kualitas tinggi, yang bisa dipahami tim teknis, sehingga jalan itu bisa bertahan.
Anggota staf DPD Asita NTT, Johanes Rumat, meminta pemerintah segera memperbaiki jalan yang menghubungkan Kota Kupang-Baun atau Amarasi sepanjang 30 km tersebut. Wisatawan yang berkunjung ke situs Kerajaan Baun di Amarasi kesulitan ke sana karena jalan buruk.
”Selain beberapa titik di jalan Ikan Foti itu nyaris putus karena longsor, kondisi jalan pun berlubang,” ujar Rumat.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Kupang Johni Nomseo mengatakan, Pemkab Kupang akan segera memperbaiki jalan di titik longsor yang menghubungkan Nekamese dengan enam desa di pantai selatan Kabupaten Kupang. Perbaikan hanya dilakukan di titik longsor yang nyaris putus sehingga tidak bertambah parah saat musim hujan tiba.
Mengenai jalan Ikan Foti, status jalan itu tanggung jawab Pemprov NTT. Jalan itu menghubungkan beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Kupang dan sentra-sentra produksi pertanian dan perkebunan di beberapa kecamatan di Kabupaten Kupang. ”Kondisi tanah di situ sangat labil sehingga sampai kapan pun tetap bermasalah,” katanya.