Kluster Pesantren Picu Penambahan Kasus Covid-19 di Karawang
Penyebaran Covid-19 di lingkungan pondok pesantren memicu peningkatan kasus terkonfirmasi di Karawang, Jabar. Pengelola diminta untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak fisik antaranggota.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Penyebaran Covid-19 di pondok pesantren ikut memicu peningkatan kasus terkonfirmasi di Karawang, Jawa Barat. Pengelola diminta disiplin menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak guna mencegah penularan semakin meluas.
Hingga Kamis (15/10/2020) pukul 16.00, total kasus Covid-19 di Karawang mencapai 1.046 orang. Ada 252 orang masih dirawat, 758 orang sembuh, dan 36 orang meninggal. Selain pesantren, kluster kawasan industri dan lingkungan keluarga juga masih mendominasi di Karawang.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Karawang, Fitra Hergyana, mengatakan, penambahan hari ini merupakan yang tertinggi sejak kasus pertama muncul di Karawang. Jumlahnya mencapai 51 orang. Dari jumlah tersebut, 26 orang di antaranya dari pondok pesantren.
Kasus pertama adalah seorang santri yang sakit dan memeriksakan diri ke Rumah Sakit Umum Daerah Karawang. Dia memiliki gejala demam dan batuk. Untuk memastikan jenis penyakitnya, dokter meminta dia mengikuti tes usap tenggorokan.
Keesokan harinya, diketahui bahwa hasil tes santri tersebut positif Covid-19. Tim Satgas pun segera melakukan pelacakan kontak erat pasien terhadap teman-temannya di lingkungan pesantren. Hasilnya, ada 25 orang lainnya tertular Covid-19.
Pihaknya akan menggelar tes massal untuk seluruh penghuni di dalam pesantren, Jumat (16/10/2020). Hal ini guna memutus rantai penyebaran virus yang berada di lingkungan tempat tinggal itu.
Pada akhir Juli 2020, kluster pesantren pertama kali muncul di Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang. Total ada 21 orang tertular dari sejumlah orang yang melakukan perjalanan ke luar kota. Kasus berawal dari tujuh orang yang bepergian ke Surabaya, Jawa Timur. Mayoritas dari mereka menderita batuk dan keluhan pernapasan.
”Kami mengimbau kepada para pengelola pondok pesantren untuk melakukan dan melaksanakan protokol kesehatan dengan baik dan benar,” ucap Fitra.
Bukan hal mudah untuk menerapkan disiplin menjaga jarak fisik di lingkungan pondok pesantren dan sekolah asrama. Potensi penyebaran rentan terjadi karena penghuninya tinggal dan berinteraksi bersama setiap harinya. Kewaspadaan dan kedisiplinan setiap anggota sangat penting demi menjaga kesehatan satu sama lain.
Di Purwakarta, sejumlah pondok pesantren tidak menerima kunjungan tamu atau wali dari luar kota guna mencegah penularan Covid-19. Mereka juga menambah fasilitas cuci tangan dan pengurangan keterisian peserta kegiatan.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus Muhamad Mahmud menyampaikan, pihaknya sudah memasang sekitar 150 wastafel yang tersebar di berbagai sudut pesantren seluas 15 hektar ini. Hal ini untuk memudahkan para santri tetap menjaga kebersihan tangan di kawasan pesantren.
Kegiatan pengajian juga hanya boleh dihadiri dihadiri 50 persen atau 20 anak dari kondisi normal. Untuk sementara, santri tak boleh dikunjungi rombongan keluarga, terutama dari zona risiko tinggi. Setelah di dalam asrama, mereka dilarang keluar kawasan jika tak ada keperluan khusus.
”Kami berupaya meminimalkan pergerakan orang dari luar yang masuk ke dalam. Tidak boleh ada tamu dari luar, bahkan orangtua santri sekalipun. Kami harus tegas demi menjaga kesehatan para santri,” kata Mahmud.