Kemunculan Buaya Muara di Tanggamus Resahkan Warga
Kemunculan kawanan buaya muara di aliran Sungai Way Semaka, Kabupaten Tanggamus, meresahkan warga. Dalam dua minggu terakhir, dua warga terluka akibat digigit buaya.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kemunculan kawanan buaya muara (Crocodylus porosus) di aliran Sungai Way Semaka, Kabupaten Tanggamus, meresahkan warga. Dalam dua minggu terakhir, dua warga terluka akibat digigit buaya.
Kasus terakhir menimpa Bakarudin (45), warga Pekon (Desa) Kampung Baru, Kecamatan Pematang Sawa, Tanggamus. ”Korban mengalami luka di bagian paha dan betis kanan,” ujar Kepala Kepolisian Sektor Pematang Sawa Inspektur Dua Ahmad Junaidi saat dihubungi dari Bandar Lampung, Kamis (15/10/2020).
Korban digigit buaya saat sedang mencari udang di muara di Kecamatan Wonosobo, Tanggamus, Senin (12/10/2020) pagi. Saat mendapat laporan adanya warga yang diserang buaya, aparat kepolisian segera membantu mengevakuasi korban ke puskesmas terdekat. Selain luka robek pada bagian kaki, korban juga mengalami lecet di bagian tangan kanan.
Pekan lalu, Rafelis Amin (23), warga Pekon Tugupapak, Kecamatan Semaka, Tanggamus, juga terluka akibat digigit buaya. Korban diserang buaya saat sedang mengecek jaring yang dipasang korban di area persawahan dekat aliran sungai pada Senin (5/10/2020) pagi. Akibat insiden itu, korban mengalami luka di bagian telapak tangannya.
Kepala Pekon Banjarsari, Kecamatan Wonosobo, Gunarti menuturkan, dua warga desanya juga pernah diserang buaya liar pada Maret 2020. Saat itu, warga sedang mencuci pakaian di aliran Sungai Way Kunyit saat buaya berukuran sekitar 3 meter muncul dan menyerang. Beruntung, warga bisa menyelamatkan diri.
Menurut dia, aparat desa sudah memperingatkan warga agar tidak beraktivitas di sungai pada pagi hari. Warga juga diimbau berhati-hati saat memancing di sungai.
Terkait hal itu, Kepala Seksi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu Hifzon Zawahiri mengatakan, pihaknya telah berupaya melakukan evakuasi buaya muara yang meresahkan warga. Namun, luasnya aliran Sungai Way Semaka membuat petugas masih kesulitan menangkap buaya liar tersebut.
Diduga, kemunculan buaya liar itu disebabkan adanya kerusakan di habitatnya akibat aktivitas penambangan pasir. Kendati begitu, BKSDA Lampung belum dapat memastikan secara pasti wilayah sungai yang mengalami kerusakan.
BKSDA mendapat laporan kemunculan buaya di sekitar aliran Sungai Way Semaka sejak 2019. Kawanan predator yang awalnya hanya di sekitar muara, kini mulai masuk ke anak-anak sungai dekat permukiman dan berani menyerang warga.
Untuk sementara, petugas BKSDA sudah memasang imbauan agar warga tidak beraktivitas di aliran sungai, terutama saat pagi hari. Pasalnya, saat itu buaya biasa mencari mangsa di sekitar aliran sungai.
Petugas juga masih terus berupaya mencari keberadaan buaya. Menurut rencana, buaya yang tertangkap akan dievakuasi ke aliran sungai di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur.
Selain buaya, kawanan gajah liar juga kerap masuk ke permukiman warga di Kecamatan Semaka, Tanggamus. Konflik antara manusia dan gajah liar sudah berlangsung sejak 2016.
Saat ini, kawanan gajah liar itu sudah dipasangi GPS collar. Dengan begitu, warga dibantu tim gabungan dari TNBBS, Dinas Kehutanan Lampung, BKSDA, serta mitra konservasi dapat memantau pergerakan gajah liar. Setiap pekan, warga bergotong royong menghalau gajah liar agar tidak masuk ke perkebunan dan permukiman.