Sudah Dinanti Petani, Irigasi Kedung Ombo Akhirnya Dibuka
Hingga Rabu (14/10/2020) pukul 06.00, tingkat elevasi Waduk Kedung Ombo adalah 80,62 meter dengan volume 308,3 juta meter kubik. Angka itu masih di bawah normal, tetapi cukup untuk dirilis guna memulai musim tanam I.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sistem irigasi Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah akan dibuka pada Kamis (15/10/2020) pagi. Meski di bawah normal, tingkat elevasi dan volume waduk itu dinilai sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan para petani yang hendak memulai musim tanam I.
Sistem irigasi Waduk Kedung Ombo mengalir secara berurutan melalui Bendung Sidorejo, Bendung Sedadi, dan yang utama adalah Bendung Klambu. Selain mengairi 60.000 hektar areal pertanian, waduk yang dikelola Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana ini juga digunakan untuk pembangkit listrik dan kebutuhan air baku.
Sejumlah daerah yang dilewati sistem irigasi Waduk Kedung Ombo ialah Kabupaten Grobogan, Kudus, Demak, dan Pati. Pada Kamis pagi, air irigasi akan dirilis dari Bendung Klambu, pada saluran Klambu Kiri dan Klambu Kanan. Sementara saluran Wilalung sudah sejak 8 Oktober.
Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juana Pemprov Jateng Agus Purwanto, dihubungi dari Semarang, Rabu (14/10/2020), mengatakan, pembukaan irigasi Waduk Kedung Ombo berdasarkan hasil kesepakatan para pemangku kepentingan, termasuk penerima manfaat.
”Sesuai dengan perkiraan cuaca BMKG, awal musim hujan di Seluna (Serang Lusi Juana) pada awal November 2020. Namun, secara umum di Jateng sudah masuk awal musim hujan. Dengan dasar itu serta tingkat elevasi yang ada, rilis dimungkinkan,” kata Agus.
Berdasarkan data sistem pemantauan Waduk Kedung Ombo, hingga Rabu (14/10/2020) pukul 06.00, tingkat elevasi adalah 80,62 meter dengan volume 308,3 juta meter kubik. Menurut Agus, angka itu masih di bawah normal, tetapi mencukupi untuk dibuka. Selain itu, angka tersebut lebih tinggi ketimbang tahun lalu.
Catatan Kompas, hingga pekan keempat Oktober 2019, tingkat elevasi Waduk Kedung Ombo adalah 78,9 meter, dengan volume 258,7 juta meter kubik. Lantaran terjadi kemarau panjang, sistem irigasi baru dibuka pada 1 November 2019 (Kompas, 1/11/2020).
Sementara pada 2020, kemarau cenderung diselingi hujan atau kemarau basah. ”Karena itu, cukup untuk dimulai, sampai nanti waduk akan terus terisi saat musim hujan,” ujar Agus.
Suratmin, perwakilan dari Federasi Perkumpulan Petani Pemakai Air Sistem Kedung Ombo, mengatakan, para petani sebenarnya sudah menanti dibukanya sistem irigasi Waduk Kedung Ombo. Namun, jika dibuka akhir September atau awal Oktober, dikhawatirkan ketersediaan tak mencukupi.
Secara umum, pembukaan sistem irigasi Waduk Kedung Ombo memang cenderung mundur. ”Sebelum era reformasi, irigasi dibuka 1 September. Tentu banyak faktor (yang membuat mundur), termasuk daya tampung yang berkurang karena sedimentasi dan lainnya,” katanya.
Mulai pembenihan
Ketua Gabungan Kelompok Tani ”Tani Makmur” di Desa Cabean, Demak, Sudarno (66) mengatakan, ketersediaan air pada kemarau 2020 lebih baik ketimbang 2019. Meski tak penuh, setidaknya embung-embung terisi, tak seperti tahun lalu yang kering.
”Tahun ini, Agustus-September sudah ada hujan sesekali. Dari embung, kami bisa memulai pembenihan. Untuk pembenihan cukup (dari embung), tetapi untuk mengairi keseluruhan, butuh dari sistem irigasi. Kami harap bisa secepatnya,” kata Sudarno. Selain sawah, terdapat juga sejumlah petani bawang merah yang bergantung pada irigasi.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang BMKG Achadi Subarkah Raharjo mengatakan, secara umum, beberapa wilayah di Jateng sudah sudah memasuki awal musim hujan, terutama di wilayah sekitar pegunungan (Kompas.id, 12/10/2020).
Tahun ini, Agustus-September sudah ada hujan sesekali. Dari embung, kami bisa memulai pembenihan.
Musim hujan tahun ini juga diiringi dengan adanya fenomena La Nina atau turunnya suhu muka laut di sekitar wilayah ekuator Samudra Pasifik. Kondisi atmosfer di sebagian besar wilayah akan memicu peningkatan akumulasi curah hujan dalam merespons fenomena La Nina tersebut.