Stasiun Klimatologi Yogyakarta memprediksi terjadinya peningkatan curah hujan hingga 40 persen di Kabupaten Sleman, DIY. Peningkatan curah hujan itu disebabkan oleh fenomena alam La Nina.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Stasiun Klimatologi Yogyakarta memprediksi terjadinya peningkatan curah hujan hingga 40 persen di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Peningkatan curah hujan itu disebabkan fenomena alam La Nina. Ancaman bencana hidrometeorologi pun muncul.
”Dengan fenomena alam La Nina, yang berdampak pada peningkatan intensitas curah hujan hingga 40 persen ini, tentu akan menambah terjadinya potensi bencana hidrometeorologi,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Yogyakarta Reni Kraningtyas setelah bertemu dengan jajaran Pemerintah Kabupaten Sleman, Rabu (14/10/2020).
Reni menyampaikan, peningkatan curah hujan tersebut diperkirakan terjadi pada dasarian II (tanggal 11-20) Oktober. Daerah yang bakal memasuki musim hujan pertama kali adalah wilayah Kabupaten Sleman bagian utara. Adapun puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Januari-Februari 2021.
Kemudian, Reni menjelaskan, curah hujan selama Oktober mencapai 100-150 milimeter (mm) per bulan. Dengan adanya fenomena La Nina, ia menyatakan, cuaca ekstrem berpotensi lebih sering terjadi. Dalam cuaca ekstrem, curah hujan bisa mencapai 50 mm per jam. Belum lagi kecepatan angin yang bisa mencapai 45 km per jam dalam cuaca ekstrem itu.
”Curah hujan sebesar itu bisa membuat genangan air setinggi ban mobil. Jadi, (dalam fenomena La Nina) hujan ekstrem bisa sering terjadi dan berakumulasi menjadi curah hujan bulanan yang di atas normal,” kata Reni.
Reni menambahkan, ancaman bencana hidrometeorologi yang menyertai fenomena alam tersebut adalah banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Ada pula potensi ancaman bencana berupa gelombang tinggi. Ancaman itu disebabkan tumbuhnya badai tropis di wilayah Laut Selatan Jawa.
”Namun, kami belum bisa memprediksi apakah potensi badai tropis ini akan mendekat ke perairan selatan Jawa seperti tahun 2017. Saat itu ada Badai Cempaka yang posisinya sangat dekat dengan Laut Selatan Jawa,” kata Reni.
Menanggapi ancaman bencana itu, Bupati Sleman Sri Purnomo meminta kepada jajarannya untuk bersiap mengantisipasi. Saluran irigasi perlu dipastikan bersih dari sampah agar tak meluap saat diguyur hujan deras. Tampungan air berupa embung juga hendaknya bisa menampung air dalam jumlah banyak.
”Saya juga minta inventarisasi pohon-pohon tua yang lapuk dan punya potensi tumbang. Ini harapannya bisa diidentifikasi dengan baik sehingga ancaman pohon tumbang bisa dicegah,” kata Sri.
Sri menambahkan, pihaknya meminta masyarakat agar tidak panik dengan ancaman bencana yang ada. Meski begitu, masyarakat harus senantiasa menjaga kewaspadaan. Keselamatan menjadi hal yang perlu diutamakan.