Gempa M 2,7 Guncang Banjarnegara, Belum Ada Laporan Kerusakan
Gempa bumi kembali mengguncang wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (13/10/2020) pagi. Belum ada laporan kerusakan, sedangkan masyarakat diimbau tetap waspada dan tenang.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 2,7 mengguncang wilayah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (13/10/2020) pukul 06.08. Pusat gempa berada 12 kilometer sebelah timur Banjarnegara dengan kedalaman 14 km. Belum ada laporan kerusakan bangunan. Masyarakat diimbau tenang dan waspada.
”Kejadian tersebut merupakan gempa bumi tektonik dangkal yang dipicu aktivitas sesar lokal,” kata Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.
Setyoajie mengatakan, berdasarkan hasil observasi dan analisis Stasiun Geofisika Banjarnegara, tidak tercatat adanya gempa bumi susulan (aftershock) di kawasan itu sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Merujuk Katalog Gempa Nasional, katanya, sesar tersebut masuk kategori blind fault, artinya belum teridentifikasi atau belum masuk katalog.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto mengatakan, hingga Selasa siang belum ada laporan kerusakan. ”Gempa tidak terlalu besar dan tidak menimbulkan kerusakan. Saya terasa, tetapi hitungannya kecil. Urug-urug begitu suaranya,” kata Aris.
Masyarakat, kata Aris, diimbau untuk waspada dan tidak panik. Masyarakat diimbau waspada dan mengikuti prosedur keamanan saat gempa. Saat terjadi gempa, jika di dalam gedung segera berlindung di bawah meja. Jika tidak ada meja, segera lari keluar rumah atau bangunan.
Warno (38), warga Desa Wanacipta, Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara, menyampaikan, getaran gempa terasa selama 3 detik dan membuatnya kaget. ”Dinding seperti bunyi urug-urug selama 3 detik. Otomatis kaget. Alhamdulillah tidak ada kerusakan,” kata Warno.
Selain gempa di darat, pada Selasa ini juga tercatat gempa di laut selatan pukul 10.35. Episentrum gempa berada pada 91 km barat daya Cilacap, Jateng, dengan kedalaman 17 km. Gempa dengan kekuatan M 3,2 ini tidak berpotensi tsunami.
Sebelumnya juga tercatat beberapa kali gempa di wilayah Jawa Tengah bagian tengah dan selatan. Gempa bumi berkekuatan M 2,2 terjadi di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis (3/9/2020) pukul 05.00. Gempa itu termasuk dalam gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Gempa ini juga tidak menyebabkan kerusakan (Kompas.id, 3/9/2020).
Selain itu, gempa bumi yang terjadi di utara Jepara dirasakan hingga wilayah Jawa Tengah bagian selatan pada Selasa (7/7/2020) pagi dirasakan di wilayah selatan Jawa Tengah. Dari laporan BMKG, gempa bumi tektonik M 6,1 di Laut Jawa itu tidak berpotensi tsunami. Saat itu, gempa dirasakan di Kebumen, Banyumas, Cilacap, dan Banjarnegara (Kompas.id, 7/7/2020).
Sebelumnya, kajian terbaru menunjukkan potensi tsunami di selatan Jawa mencapai ketinggian 20 meter. Ini agar diwaspadai dengan penguatan mitigasi di wilayah itu melalui tata ruang dan sistem peringatan dini tsunami (InaTEWS).
Zona subduksi di selatan Pulau Jawa diketahui menyimpan potensi gempa besar. Kajian terbaru menunjukkan, ketinggian tsunami yang diakibatkan gempa bumi di zona ini dapat mencapai 20 meter dan rata-rata 4,5 meter di sepanjang pantai selatan Jawa. Temuan ini perlu menjadi perhatian mengingat pesatnya pembangunan di pesisir selatan Jawa (Kompas.id, 19/9/2020).
Kajian ini dipublikasikan di jurnal internasional, Nature, Kamis (17/9/2020), oleh tim peneliti dengan penulis pertama S Widiantoro dari Global Geophysics Research Group, Institut Teknologi Bandung (ITB). Tim peneliti lain terdiri dari E Gunawan, A Muhari, N Rawlinson, J Mori, NR Hanifa, S Susilo, P Supendi, H A Shiddiqi, AD Nugraha, dan HE Putra.
Dalam studi ini, peneliti menggunakan data relokasi gempa bumi yang dicatat oleh BMKG dan inversi data sistem penentuan posisi global (GPS) untuk menyelidiki celah seismik di selatan Pulau Jawa. Hasil relokasi gempa itu menunjukkan adanya zona memanjang di antara pantai selatan Jawa dan palung Jawa, yang tidak memiliki kegempaan. Zona diidentifikasi sebagai celah seismik, yaitu zona kegempaan aktif yang tengah menyimpan tenaga dan berpotensi terjadi gempa besar di masa depan.