Warga Terdampak Kericuhan Demonstrasi di Yogyakarta Mendapat Bantuan
Kericuhaan saat demonstrasi di Yogyakarta, Kamis (8/10/2020), menimbulkan dampak ekonomi bagi sejumlah warga. Untuk meringankan beban warga terdampak itu, sejumlah pihak memberi bantuan berupa barang kebutuhan pokok.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS – Kericuhaan saat demonstrasi menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja di Yogyakarta, Kamis (8/10/2020), tidak hanya menimbulkan korban luka dan kerusakan barang. Sejumlah warga juga terkena dampak ekonomi akibat kericuhan tersebut. Untuk meringankan beban warga terdampak itu, sejumlah pihak memberi bantuan berupa barang kebutuhan pokok.
Bantuan itu diberikan oleh Gugus Tugas Jogja Economic Resiliance for Covid-19 (JERCovid) dengan dukungan dunia perbankan dan dunia usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). JERCovid merupakan gugus tugas penanganan dampak Covid-19 yang dibentuk oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DIY dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) DIY.
Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis pada Senin (12/10/2020) sore di Gedung DPRD DIY di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta. Dalam acara tersebut, hadir sejumlah pejabat dan tokoh, misalnya Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji, Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto, serta perwakilan Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu.
Koordinator JERCovid, Wawan Hermawan, mengatakan, pemberian bantuan itu merupakan wujud keprihatinan atas peristiwa kericuhan yang terjadi saat demonstrasi di Gedung DPRD DIY pada 8 Oktober lalu. Wawan menyebut, akibat kericuhan yang terjadi itu, sejumlah pekerja informal di kawasan Malioboro terkena dampak ekonomi karena mereka kehilangan pendapatan saat kericuhan terjadi.
Mereka yang terkena dampak itu antara lain pedagang kaki lima (PKL), tukang parkir, tukang becak, dan sebagainya. Selain itu, sejumlah pekerja di Restoran Legian di kawasan Malioboro juga terkena dampak karena restoran tersebut terbakar saat kericuhan terjadi.
Kondisi itulah yang membuat JERCovid memutuskan untuk memberikan bantuan kepada warga terkena dampak akibat kericuhan tersebut. “Kami ingin memberikan bantuan sebagai bentuk empati kepada para pekerja informal yang terkena dampak,” ujar Wawan.
Bantuan yang diberikan itu berupa barang kebutuhan pokok, misalnya beras, gula, minyak goreng, teh, kopi, susu, gandum, roti, mi instan, dan vitamin C. Total bantuan yang diberikan itu sebanyak 200 paket.
Wawan menyebut, kericuhan yang terjadi saat demonstrasi itu sangat memprihatinkan karena menimbulkan sejumlah kerusakan dan korban luka. Apalagi, peristiwa tersebut terjadi di kawasan Malioboro yang menjadi destinasi wisata favorit di Yogyakarta. “Malioboro itu kan merupakan simbol ekonomi dan simbol budaya Yogyakarta,” tuturnya.
Oleh karena itu, kericuhan tersebut diharapkan tidak lagi terulang di kemudian hari agar citra Yogyakarta sebagai wilayah yang aman dan tenteram tidak tercoreng. “Mari kita bangkit bersama. Jangan sampai citra Yogyakarta yang berhati nyaman tercoreng oleh kejadian ini,” papar Wawan.
Apresiasi
Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, Pemerintah Daerah DIY memberikan apresiasi kepada JERCovid yang menginisiasi pemberian bantuan kepada warga yang terkena dampak kericuhan beberapa hari lalu. Bantuan itu merupakan wujud kepedulian kelompok masyarakat di Yogyakarta terhadap pihak lain yang membutuhkan bantuan.
“Pemda DIY memberikan penghargaan dan apresiasi kepada teman-teman JERCovid yang sudah menginisiasi, mengumpulkan, dan mengoordinasikan berbagai pihak untuk peduli terhadap korban kerusuhan yang terjadi beberapa hari lalu,” ungkap Kadarmanta.
GKR Hayu mengatakan, warga Yogyakarta yang resah dengan aksi anarkistis saat demonstrasi beberapa waktu lalu tidak perlu melakukan aksi balasan dengan kekerasan. Hayu menyebut, ada banyak cara lain untuk “melawan” aksi anarkistis tersebut, misalnya dengan melakukan bersih-bersih di kawasan Malioboro seusai kericuhan berlangsung.
“Warga Yogyakarta itu spesial. Kita tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, tapi bisa mencari cara lain yang lebih mengena, misalnya dengan kegiatan bersih-bersih kemarin. Itu sebenarnya sangat mengena,” ujar Hayu yang merupakan putri keempat Raja Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X.
Warga Yogyakarta itu spesial. Kita tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, tapi bisa mencari cara lain yang lebih mengena (GKR Hayu)
Sementara itu, sejumlah warga yang menerima bantuan mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan. Salah seorang karyawan Restoran Legian, Okta Fitri (50), mengaku bersyukur dengan pemberian bantuan tersebut. Bantuan itu diharapkan bisa ikut mencukupi kebutuhan sehari-hari karena Okta belum bisa bekerja lagi. Hal ini karena restoran tempatnya bekerja itu terbakar saat kericuhan terjadi.
“Alhamdulillah ya sudah dapat bantuan lagi. Mudah-mudahan restoran segera kembali normal lagi karena banyak barang yang terbakar, seperti kursi dan meja yang hancur semua,” ujar Okta.