Kluster penularan baru muncul dari sebuah kantor yang bergerak dalam bidang telekomunikasi, di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY. Perkantoran menjadi tempat dengan risiko tinggi penularan Covid-19.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Kluster penularan baru muncul dari sebuah kantor yang bergerak di bidang telekomunikasi, di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelusuran kontak erat masih terus berlangsung. Hingga kini, perkantoran masih menjadi salah satu tempat dengan risiko tinggi penularan Covid-19.
”Ada tambahan kluster baru. Ada satu perkantoran yang karyawannya berjumlah 500 orang lebih. Diawali satu karyawan yang batuk, pilek, dan demam. Dia swab mandiri, ternyata positif Covid-19,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo saat ditemui di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakata, Senin (12/10/2020).
Kasus pertama dari kluster perkantoran di Sleman diawali seorang perempuan asal Sleman berusia 23 tahun. Kasus tersebut diumumkan pada 8 Oktober 2020. Temuan itu ditindaklanjuti dengan penelusuran kontak erat dari pasien pertama itu. Saat ini, total terdapat 62 pasien positif Covid-19 dari kluster perkantoran.
Joko mengungkapkan, pasien positif dari kluster tersebut tidak hanya berasal dari Kabupaten Sleman. Ada yang berasal dari kabupaten dan kota lainnya di DIY. Untuk itu, penelusuran kontak erat dilakukan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DIY.
”Tetapi, karena lokasinya (kantor) ada di Kabupaten Sleman, kami bertanggung jawab membersihkan dan menerapkan protokol kesehatannya,” kata Joko.
Joko menambahkan, walaupun ditemukan kasus positif Covid-19, pihaknya tidak menutup kantor tersebut. Kebijakan yang diambil hanya membatasi jumlah karyawan dalam satu ruangan. Satu ruangan hanya boleh diisi 50 persen dari kapasitasnya. Di satu sisi, sebagian karyawan itu juga sudah ada yang menerapkan bekerja dari rumah.
”Kantor itu bergerak di bidang telekomunikasi. Mereka bekerja 4 jam. Jadi, karena pertimbangan tertentu, tidak kami tutup penuh. Hanya kami batasi,” kata Joko.
Selanjutnya, Joko menyampaikan, perkantoran tergolong salah satu tempat dengan risiko tinggi. Dari laporan yang diterima, ia menduga penularan terjadi akibat kurang ketatnya penerapan protokol kesehatan. Kerap ditemukan karyawan yang tidak mengenakan masker dengan benar, seperti hanya dipakai di dagu.
”Ini terus kami lakukan evaluasi. Kadang-kadang, kami bisa tahu protokol kesehatannya kurang ketat setelah ada kasus. Ternyata, cara kerjanya seperti itu,” kata Joko.
Riris Andono Ahmad, ahli epidemiologi dari Universitas Gadjah Mada, menyampaikan, protokol kesehatan ketat merupakan cara paling efektif menghindari penularan Covid-19.
”Kunci agar penularan tidak meluas terdapat pada kesadaran menerapkan protokol kesehatan. Setiap individu harus memberi kontribusi dalam menerapkan protokol kesehatan. Jangan pula kita berasumsi teman yang sudah kita kenal sehat sehingga protokol tidak diterapkan,” tutur Riris.