Kelompok Bregada Apel Siaga Dukung Yogyakarta Damai
Para pelaku seni keprajuritan tradisional atau bregada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar apel siaga, Minggu (11/10/2020) sore. Acara itu digelar untuk mendukung terwujudnya kedamaian di DIY.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Para pelaku seni keprajuritan tradisional atau bregada di Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar apel siaga, Minggu (11/10/2020) sore, untuk mendukung terwujudnya kedamaian di DIY. Apel siaga itu digelar sebagai respons terhadap kericuhan dan aksi anarkistis yang terjadi dalam demonstrasi menolak Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja di Kota Yogyakarta beberapa hari lalu.
Apel siaga yang digelar Paguyuban Bregada Rakyat DIY itu berlokasi di halaman Gedung DPRD DIY di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta. Acara tersebut diberi tajuk Gelar Siyaga Hangrekso Tentreming Praja atau Apel Siaga Jaga Yogyakarta Damai.
Apel siaga itu diikuti sekitar 100 orang yang berasal 36 kelompok bregada di DIY. Mereka datang mengenakan kostum prajurit tradisional. Dalam acara tersebut, para peserta bersama-sama membaca deklarasi untuk menjaga kedamaian Yogyakarta. Setelah itu, mereka melakukan kirab di kawasan Malioboro.
Salah seorang penggagas Apel Siaga Jaga Yogyakarta Damai, Widihasto Wasana Putra, mengatakan, acara itu digelar sebagai bentuk keprihatinan terhadap tindakan anarkistis yang terjadi dalam aksi unjuk rasa menolak RUU Cipta Kerja di Gedung DPRD DIY pada Kamis (8/10/2020).
Aksi unjuk rasa tersebut memang diwarnai kericuhan dan perusakan terhadap sejumlah kendaraan dan fasilitas di Gedung DPRD DIY. Selain itu, sebuah kafe di dekat Gedung DPRD juga terbakar.
”Acara ini digelar sebagai bentuk rasa keprihatinan teman-teman paguyuban bregada rakyat atas kejadian anarkisme yang beberapa hari lalu terjadi di tempat ini,” kata Widihasto yang juga Koordinator Sekretariat Bersama Keistimewaan DIY.
Widihasto menuturkan, aksi anarkistis dan perusakan dalam unjuk rasa tersebut sangat disesalkan. Hal ini karena tindakan-tindakan semacam itu dinilai bertentangan dengan karakter masyarakat Yogyakarta yang cinta damai. ”Kami sangat menyesalkan kejadian anarkisme massa itu. Kami berharap, itu menjadi kejadian yang pertama dan terakhir di Yogyakarta,” ujarnya.
Menurut Widihasto, selama ini, berbagai kelompok masyarakat kerap menggelar aksi unjuk rasa di Yogyakarta untuk menyampaikan aspirasi mengenai aneka macam isu. Namun, aksi-aksi unjuk rasa tersebut biasanya berlangsung aman dan tertib, tidak disertai kekerasan dan perusakan.
”Selama ini di Yogyakarta sering ada unjuk rasa atau penyampaian aspirasi melalui demonstrasi dengan berbagai macam isu, tapi selama ini berjalan dengan baik, aman, dan lancar,” ungkap Widihasto.
Widihasto berharap, selanjutnya, unjuk rasa yang digelar di Yogyakarta tidak lagi diwarnai dengan aksi anarkistis. Sebab, apabila para peserta demonstrasi melakukan tindakan anarkistis, hal itu dikhawatirkan akan memicu gesekan dengan kelompok masyarakat lain yang ingin menjaga ketenteraman Yogyakarta.
”Kami berharap, teman-teman yang di kemudian hari akan melakukan demonstrasi, silakan saja demonstrasi, tapi jangan melakukan anarkisme. Kalau melakukan anarkisme, akan muncul potensi konflik horizontal dengan masyarakat yang lain,” papar Widihasto.
Kami sangat menyesalkan kejadian anarkisme massa itu. Kami berharap, itu menjadi kejadian yang pertama dan terakhir di Yogyakarta.
Proses hukum
Adapun Ketua Paguyuban Bregada Rakyat DIY Nur Sukiyo mengatakan, paguyuban tersebut mengecam tindakan-tindakan anarkistis yang dilakukan sekelompok orang dalam unjuk rasa beberapa waktu lalu. Dia menambahkan, Paguyuban Bregada Rakyat DIY juga mendukung proses hukum terhadap para pelaku anarkistis tersebut.
”Kami menolak keras aksi anarkistis yang terjadi di DIY. Selain itu, kami juga mendukung pengusutan para pelaku anarki di DIY secara tuntas dan transparan,” ujar Nur.
Menurut Nur, sebagai pelaku seni tradisional, Paguyuban Bregada Rakyat DIY terus mendorong terwujudnya kerukunan dan keguyuban di antara masyarakat DIY. Kerukunan itu harus terwujud tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan.
”Kami juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga ketenteraman dan kenyamanan di wilayah DIY,” lanjut Nur.
Dalam kesempatan sebelumnya, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menyesalkan kericuhan dalam demonstrasi di Gedung DPRD DIY. Sultan pun meminta kepolisian memproses hukum para pelaku yang melakukan perusakan saat demonstrasi tersebut.
”Saya menyesalkan kejadian anarkistis itu. Saya ingin mereka (pelaku perusakan) dipidana,” ujar Sultan HB X yang juga Raja Keraton Yogyakarta.
Sultan juga menyebut, tindakan perusakan yang terjadi saat demonstrasi pada Kamis lalu diduga sengaja dilakukan oleh kelompok tertentu. Meski begitu, Sultan enggan menyebut kelompok yang diduga melakukan tindakan perusakan tersebut.
”Itu by design (dengan sengaja), saya yakin. Kenapa saya mengatakan itu? Karena yang dari mahasiswa, pelajar, dan buruh sudah selesai (demonstrasi) di DPRD, tapi ada sekelompok orang yang tidak mau pergi. Kita enggak mengenal mereka siapa,” tutur Sultan.