UMKM Sidoarjo Bakal Nikmati Kredit Usaha Berbunga Rendah
Pelaku UMKM di Sidoarjo segera menikmati stimulus untuk pemulihan ekonomi. Pemda akan menyalurkan kredit usaha rakyat dengan suku bunga ringan, yakni hanya 3 persen per tahun, dengan plafon pembiayaan hingga Rp 240 juta.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, segera menikmati dana stimulus untuk pemulihan ekonomi. Pemerintah daerah akan menyalurkan kredit usaha rakyat dengan suku bunga ringan 3 persen per tahun dengan plafon pembiayaan hingga Rp 240 juta.
Sekretaris Daerah Sidoarjo Achmad Zaini mengatakan, penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) daerah diprediksi mulai dilakukan pertengahan bulan ini. Peraturan bupatinya sudah disetujui DPRD Sidoarjo untuk lantas disahkan. ”Dengan program kredit usaha daerah, pelaku UMKM bisa memulihkan kembali usaha yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Bangkitnya UMKM akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi makro di Sidoarjo,” ujar Achmad Zaini, Jumat (9/10/2020).
Zaini mengatakan, Pemkab Sidoarjo memberikan perhatian pada dampak pandemi di sektor kesehatan dan ekonomi. Di sektor ekonomi, ada tiga program stimulasi yang disiapkan. Salah satunya KUR daerah dengan sistem subsidi bunga kredit dengan bank pelaksana PT BPR Delta Artha, yang merupakan badan usaha milik daerah.
Selama ini, BPR Delta Artha menyalurkan kredit UMKM dengan suku bunga 10 persen per tahun. Dengan program stimulasi, pemda memberikan subsidi suku bunga 7 persen kepada kreditor sehingga mereka hanya menanggung beban bunga 3 persen. Beban bunga yang ringan itu diharapkan menarik minat UMKM untuk menggeliatkan kembali usahanya.
Maksimal plafon kredit yang diberikan Rp 240 juta dan setiap bulan disiapkan alokasi pembiayaan Rp 4 miliar. Program ini hanya berlaku sampai akhir tahun karena pendanaannya bersumber dari APBD tahun berjalan. Oleh karena itu, pihaknya berharap kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku UMKM.
Dengan plafon kredit atau pembiayaan hingga Rp 240 juta, diharapkan program KUR daerah ini bisa membantu pelaku usaha kecil dan menengah yang selama ini belum tersentuh bantuan. Bansos UMKM yang disalurkan pemerintah pusat sebesar Rp 2,4 juta hanya menyasar usaha mikro, seperti pedagang kaki lima.
Padahal, di Sidoarjo banyak UMKM berskala kecil menengah, seperti perajin topi di Desa Punggul; produsen makanan olahan, seperti bandeng asap; dan perajin tas koper kulit di Tanggulangin. Data pemda, jumlah UMKM ini 240.000 usaha dan mereka menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo Heri Soesanto mengatakan, selain subsidi bunga KUR daerah, stimulus untuk mempercepat pemulihan ekonomi juga ditempuh dengan memberikan bantuan sosial modal kerja untuk usaha mikro. Bantuan akan disalurkan melalui pemerintah desa. Sasarannya, usaha mikro yang belum tersentuh bansos dari pemerintah pusat.
”Untuk program bansos usaha mikro ini dialokasikan anggaran Rp 31 miliar sampai akhir tahun. Pemerintah desa akan mengusulkan para calon penerima bantuan, baru dananya dicairkan,” kata Heri.
Masih dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi dan mencegah resesi, Pemkab Sidoarjo juga merancang program proyek padat karya. Proyek ini akan ditangani oleh pemerintah desa. Setiap desa bisa mengajukan usulan kegiatan yang beragam sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
Sementara tujuan dari proyek padat karya tidak lain membuka lapangan kerja baru di tengah sulitnya mencari lapangan pekerjaan di masa pandemi Covid-19. Program ini akan memberikan penghidupan bagi warga yang belum bekerja ataupun yang baru terkena pemutusan hubungan kerja agar mereka tetap berpenghasilan.
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Sidoarjo Noer Rochmawati mengatakan, alokasi untuk program padat karya ini sebesar Rp 37 miliar. Targetnya paling lambat akhir Oktober ini dana sudah cair.
”Berapa jumlah keluarga dan pelaku usaha yang akan menerima manfaat dari tiga program stimulus ekonomi tersebut sudah dirinci pemda supaya tepat sasaran. Namun, saya tidak hafal datanya,” ucap Rochmawati.
Ketua Asosiasi Makanan dan Minuman (Asmaminda) Sidoarjo Sulaihan mengatakan, pelaku usaha kecil dan menengah memang sangat berharap ada sentuhan bantuan modal. Alasannya, tabungan mereka tergerus habis untuk mempertahankan usaha selama delapan bulan pandemi Covid-19.
Dia mengatakan, di Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati, yang menjadi sentra produksi makanan olahan berbahan bandeng, seperti bandeng asap, bandeng presto, dan bandeng otak-otak, saat ini pelaku usahanya kesulitan bertahan. BUMDes Kalanganyar bahkan menjadi penjamin agar pelaku usaha tetap mendapatkan pasokan bahan baku dari para pemasok.