Dorong serta Gencarkan Sosialisasi dan Edukasi Protokol Kesehatan
Hasil survei BPS tentang perilaku masyarakat di masa pandemi Covid-19 menunjukkan masih ada warga yang berkeyakinan tidak mungkin terinfeksi atau tertular Covid-19. Sosialisasi dan edukasi protokol kesehatan penting.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS —Masih ada warga yang meyakini bahwa mereka sangat tidak mungkin dan tidak mungkin tertular atau terinfeksi Covid-19. Hal ini terungkap dari hasil survei Badan Pusat Statistik tentang perilaku masyarakat di masa pandemi Covid-19. Persepsi ini muncul diperkirakan karena penyakit Covid-19 masih belum dikenali dengan baik.
Oleh karena itu, sosialisasi dan edukasi mengenai informasi Covid-19 dan tata cara pencegahan penularan penyakit Covid-19 menjadi penting serta perlu didorong dan digencarkan.
Hal itu katakan Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi. Sonny menyampaikan hal tersebut dalam acara rapat kerja dan pengarahan Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional Doni Monardo, di Denpasar, Jumat (9/10/2020), secara daring.
Rapat kerja itu juga diikuti Gubernur Bali Wayan Koster, Panglima Kodam IX/Udayana Mayor Jenderal Kurnia Dewantara, Kepala Polda Bali Inspektur Jenderal Petrus Reinhard Golose, dan Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra serta kalangan Satgas Penanganan Covid-19 di Bali.
Pekan lalu, Senin (28/9/2020), BPS mengumumkan rilis hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 periode 7-14 September 2020. BPS menyebutkan kepatuhan masyarakat dalam pencegahan penyakit Covid-19 sudah membaik. Dari 90.960 lebih responden yang disurvei, mayoritas responden menyatakan sudah menerapkan protokol kesehatan, misalnya memakai masker, mencuci tangan, menggunakan pembersih tangan, dan menjaga jarak.
Akan tetapi, terkait persepsi kemungkinan terinfeksi atau tertular Covid-19, sekitar 17 persen responden yang disurvei BPS pada periode 7-14 September 2020 itu menyatakan sangat tidak mungkin dan tidak mungkin terinfeksi atau tertular Covid-19.
Terkait hal tersebut, Sonny menyebutkan, kondisi serupa juga dicerminkan kalangan masyarakat di Bali. Hasil survei BPS mengindikasikan sekitar 20,8 persen responden di Bali yakin tidak tertular atau terinfeksi Covid-19.
”Salah satu kemungkinan karena belum mengenal secara baik penyakit Covid-19,” kata Sonny.
Sonny menambahkan, hasil survei BPS tentang perilaku masyarakat di masa pandemi Covid-19 itu mengindikasikan masih perlunya edukasi dan sosialisasi tentang Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan.
Disiplin dan patuh
Dalam siaran pers Pemerintah Provinsi Bali disebutkan, Doni meminta upaya dan langkah memutus mata rantai penyebaran penyakit Covid-19 perlu ditingkatkan. Sosialisasi dan edukasi protokol kesehatan merupakan hal mendesak yang harus menjadi prioritas setiap kepala daerah. Doni menyatakan, memakai penutup hidung dan mulut (masker), mencuci tangan, serta menjaga jarak menjadi prioritas. ”Untuk saat ini, vaksin terbaik adalah patuh dan disiplin,” kata Doni, seperti disebutkan dalam rilis Pemprov Bali.
Terkait hal itu, dalam rapat kerja dan pengarahan secara daring, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Indra menyatakan perlu upaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat, khususnya di Bali, mengenai penyakit Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Untuk saat ini, vaksin terbaik adalah patuh dan disiplin.
Adapun situasi pandemi Covid-19 di Provinsi Bali digambarkan masih dinamis. Dalam rapat kerja itu disebutkan, jumlah keseluruhan kasus positif Covid-19 di Bali hingga Kamis (8/10/2020) 9.759 kasus. Berdasarkan laporan harian pada Jumat (9/10/2020), terdapat penambahan 138 kasus positif sehingga kumulatif kasus positif di Bali menjadi 9.897 kasus.
Jumlah pasien sembuh hingga Jumat (9/10/2020) sebanyak 8.455 orang. Jumlah kasus meninggal di Bali secara kumulatif 317 kasus.
Dalam rapat kerja secara daring itu, juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, mengatakan, jumlah kasus Covid-19 di Bali naik 6,3 persen dalam satu pekan terakhir. Terdapat empat daerah di Bali dengan perkembangan kasus Covid-19 tertinggi dalam kurun waktu satu minggu periode 27 September-4 Oktober 2020, yaitu Kota Denpasar dengan kenaikan 56,8 persen; Kabupaten Badung (54,2 persen); Kabupaten Tabanan (16,7 persen); dan Kabupaten Klungkung (23,8 persen).
Wiku juga menyebutkan tingkat kesembuhan kasus Covid-19 di Bali 85,2 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi nasional.
Sementara persentase kasus meninggal akibat Covid-19 di Bali 3,2 persen, lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang mencapai 3,6 persen. Wiku menyebutkan, kasus meninggal di Bali ataupun nasional lebih tinggi dibandingkan dengan kasus meninggal akibat Covid-19 di dunia, yakni 2,9 persen.
Adapun Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan akan berupaya penuh untuk menekan pertambahan kasus positif Covid-19 di Bali dan meningkatkan angka kesembuhan. Koster mengatakan akan terus melaksanakan upaya menangani pandemi Covid-19, baik dengan melaksanakan upaya teknis sesuai dengan arahan Satgas Penanganan Covid-19 maupun melalui langkah lain yang sesuai dengan kearifan lokal di Bali.
Dihubungi secara terpisah, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta menyatakan, dirinya bersama seluruh pihak terkait di Klungkung berupaya mencegah penyebaran wabah Covid-19. Suwirta mengungkapkan, Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Klungkung sudah dan terus memberikan pemahaman tentang penyakit Covid-19 serta pentingnya menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 kepada masyarakat.
Kepada Kompas, Suwirta menyatakan sudah mengikuti instruksi pemerintah dan terus mengedukasi masyarakat agar bersama-sama patuh serta taat protokol kesehatan.