Perkuat Peranan Keluarga untuk Cegah Penyalahgunaan Narkoba di Masa Pandemi
Penyalahgunaan narkoba berpotensi menurun, atau bahkan justru meningkat di masa pandemi Covid-19. Peranan keluarga harus diperkuat demi pencegahan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Dalam kondisi yang serba sulit dan adanya pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, tingkat penyalahgunaan narkoba di tengah masyarakat bisa jadi menurun. Namun, tak menutup kemungkinan yang terjadi sebaliknya, yakni tingkat penyalahgunaan justru meningkat. Peranan keluarga harus diperkuat untuk pencegahan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Siti Khalimah mengatakan, pandemi Covid-19 mendorong banyak perubahan dari sisi ekonomi, psikologi, dan sosial. Kondisi itu bisa berdampak secara langsung dan tidak langsung terhadap penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif berbahaya lainnya (napza).
Masa pandemi di satu sisi bisa membuat penyalahgunaan narkoba berkurang karena orang-orang tak bisa berinteraksi secara langsung. Di sisi lain, tekanan psikologis karena dampak pandemi bisa membuat orang mencari pelampiasan dengan menggunakan narkoba. Dengan adanya dua kemungkinan itu, setiap keluarga harus menjaga agar tak ada anggotanya yang terpapar narkoba.
”Setiap keluarga, terlebih orangtua, harus menjaga anak-anaknya agar tidak coba-coba memakai narkoba. Di samping mengawasi penggunaan gawai pada anak, orangtua hendaknya membangun interaksi yang positif dengan anak,” kata Siti dalam acara Penyuluhan dan Edukasi Bahaya Narkoba yang diselenggarakan Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan secara virtual, Rabu (7/10/2020).
Menurut Siti, anak-anak usia sekolah menjadi salah satu kelompok yang rentan terpapar narkoba. Dari 3,37 juta jiwa penyalah guna napza di Indonesia pada 2017, lebih kurang 24 persen adalah pelajar. Kebanyakan dari mereka berawal dari coba-coba memakai narkoba hingga akhirnya menjadi pencandu narkoba.
”Untuk mencegah penyalahgunaan, perlu meningkatkan upaya deteksi dini di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat kerja. Harus diperhatikan ketika anak mengalami perubahan perilaku dan penurunan prestasi,” ujarnya.
Olivia Zalianty, artis yang juga Duta Antinarkoba, mengatakan, penyalahgunaan narkoba bisa membuat generasi muda Indonesia menjadi lemah dan hancur. Padahal, kualitas anak muda masa kini dan masa nanti sangat menentukan kemajuan bangsa ketika Indonesia mendapat bonus demografi yang besar dari kaum muda.
”Jika kualitas anak muda masa kini rendah dalam berbagai parameternya, itu tidak hanya menjadi bencana yang mengerikan, tetapi bisa menjadi sumber chaos (kekacauan) dalam seluruh lapisan kehidupan secara sosial, kultural, dan spiritual,” katanya.
Menurut Olivia, penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan nomor satu di dunia yang tidak bisa diberantas habis. Namun, kejahatan itu tetap bisa ditekan pertumbuhannya. ”Sebagai anak muda, kita bisa menekan pertumbuhan kejahatan narkoba ke titik yang paling rendah. Caranya dengan tidak memakai narkoba,” ujarnya.
Sebagai anak muda, kita bisa menekan pertumbuhan kejahatan narkoba ke titik yang paling rendah. Caranya dengan tidak memakai narkoba.
Kepala Polda Kalsel Inspektur Jenderal (Pol) Nico Afinta mengemukakan, ada sekitar 59.000 atau 1,4 persen penduduk Kalsel yang menjadi pemakai narkoba. Orang-orang itu harus diwaspadai karena mereka ada di sekitar kita. ”Penanggulangan narkoba dengan upaya preventif (pencegahan) di dalam satuan lingkungan terkecil, yaitu keluarga, menjadi sangat penting,” katanya.
Menurut Nico, upaya preventif tidak kalah penting daripada upaya represif atau penegakan hukum dalam penanggulangan bahaya narkoba. Untuk upaya represif, Polda Kalsel telah menggagalkan peredaran sabu sebanyak 515 kilogram sejak Maret 2020. ”Untuk pencegahan, kita perlu terus melakukan penyuluhan dan edukasi kepada semua kalangan,” ujarnya.