Pembongkaran disertai pemindahan warga bukan merupakan pendekatan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, untuk menangani permukiman kumuh. Penataan kawasan dan pemberdayaan ekonomi diyakini sebagai jalan keluar terbaik.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pembongkaran disertai pemindahan warga bukan merupakan pendekatan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, untuk menangani permukiman kumuh. Penataan kawasan dan pemberdayaan ekonomi diyakini sebagai jalan keluar terbaik.
Demikian diutarakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat lokakarya perayaan internasional Hari Habitat Sedunia secara virtual dari Balai Kota Surabaya, Selasa (6/10/2020). Rangkaian Hari Habitat Sedunia dengan Surabaya sebagai tuan rumah resmi berakhir hari ini, Rabu (7/10/2020).
Dalam forum campuran antara virtual dan kehadiran pesta secara terbatas karena penerapan protokol kesehatan terkait wabah Covid-19, Risma menekankan keberadaan kawasan kumuh bukan sebagai pengganggu wajah peradaban kota. Kampung sebagai tinggalan lama dari perjalanan kota seharusnya dilihat sebagai pertama dan modal kemajuan.
Mungkin mudah berpikir kawasan kumuh dibongkar dan direlokasi, tetapi tidak bisa diabaikan keberadaan manusia di sana. (Tri Rismaharini)
”Mungkin mudah berpikir kawasan kumuh dibongkar dan direlokasi, tetapi tidak bisa diabaikan keberadaan manusia di sana,” kata Risma yang juga menjabat Presiden Asosiasi Pemerintah Daerah (United Cities and Local Goverment Asia Pacific/UCLG ASPAC).
Sebelum dilantik sebagai Wali Kota Surabaya, 28 September 2010, lanjut Risma, pemerintah era terdahulu telah menyusun rencana pembangunan Surabaya dengan tidak menyingkirkan kampung. Kampung lama meski kumuh tetap perlu dilindungi sebagai bagian dari cagar budaya.
”Semangat ini yang melandasi Surabaya menekan penggusuran permukiman untuk memberikan jalan bagi pembangunan baru yang, misalnya, lebih modern, mewah, dan prestisius,” ujarnya.
Penataan dan penyempurnaan
Solusi yang ditempuh ialah penataan, penyempurnaan prasarana dan sarana publik, serta berbagai program pemberdayaan dengan tetap berusaha melibatkan masyarakat. Dalam situasi wabah Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2), satuan permukiman didorong menjadi kampung tangguh dalam penerapan protokol kesehatan, antisipasi, pencegahan, dan penanganan pagebluk.
”Penyadaran dengan mengedukasi mereka tentang kebersihan, keindahan, dan kenyamanan tempat tinggal menjadi amat penting,” ujar Risma.
Pemberdayaan ekonomi tetap penting untuk memuliakan warga, khususnya para ibu rumah tangga. Pemberdayaan ditempuh dengan pengadaan pelatihan, pendampingan, pemberian pinjaman modal, dan membuka jalan ke pasar, termasuk dalam dunia perdagangan secara virtual.
Khusus untuk warga pemukim tepi sungai yang terpaksa harus pindah disediakan rumah susun sederhana sewa dengan tarif murah. Risma mengatakan, tarif itu 5 dollar AS per bulan atau Rp 72.500 dengan kurs 1 dollar AS setara dengan Rp 14.500.
Saat memulai jabatan, Risma mendapat kenyataan bahwa hampir 35 persen warganya berkemampuan ekonomi lemah, sementara 18 persen ekonomi tinggi. Sampai akhir 2019, Risma mengklaim kelompok lemah tersisa 5 persen, sementara separuh populasi Surabaya yang 3,2 juta jiwa berkemampuan ekonomi tinggi.
Direktur Eksekutif UN Habitat Maimunah Mohd Sharif berterima kasih kepada semua negara dan kota yang tergabung dalam forum Hari Habitat Sedunia, terutama Surabaya selaku tuan rumah.
Maimunah mengatakan, forum telah membawa dampak positif, antara lain banyak peserta yang telah berkomitmen untuk bekerja dalam kemitraan untuk penataan wilayah. ”Sektor swasta juga amat berperan untuk mempercepat implementasi agenda perkotaan baru dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” katanya.
Bertukar ide
Hari Habitat Sedunia menjadi kesempatan bagus bagi kota-kota untuk bertukar ide, berbagi pengalaman, dan bekerja sama menemukan cara untuk meningkatkan solusi perkotaan.
Apalagi tantangan perumahan lebih mendesak, terutama tahun ini ada pandemi global Covid-19. Setiap penyelenggara pemerintahan harus memastikan warga memiliki rumah layak untuk melindungi keluarga dari penyakit.
Di pengujung kehadirannya di Surabaya, pemenang Scroll of Honour Award 2020 dari Meksiko, Jose David Alvarez Maldonado, berkunjung ke Gedung Siola di Jalan Tunjungan. Di gedung berlantai enam itu, Jose langsung mulai ke Museum Surabaya yang berisi berbagai koleksi tentang masa lalu Surabaya.
Setelah puas melihat berbagai koleksi museum, dia diajak untuk melihat kecanggihan Command Center 112. Dia pun mendapatkan penjelasan tentang operasional CC 112, sekaligus menyaksikan beberapa monitor CCTV yang ada di ruang komando kedaruratan itu.
Sektor swasta juga amat berperan untuk mempercepat implementasi agenda perkotaan baru dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. (Maimunah Mohd Sharif)
Selanjutnya, Jose ke Koridor Coworking Space, tempat para pelaku usaha rintisan mengembangkan ide dan usahanya. Di tempat tersebut, ia disambut oleh salah satu start up dan diberi penjelasan tentang Koridor beserta berbagai start up yang ada di tempat tersebut.
Seusai melihat Koridor, Jose mengatakan bahwa Siola adalah tempat yang menakjubkan untuk dijadikan referensi kebudayaan Kota Surabaya. Bahkan, tempat itu disebutnya sebagai upaya untuk menggabungkan kebutuhan publik dengan pelaku usaha muda. ”Tempat ini juga memberikan kesempatan yang bagus untuk perkembangan pelaku usaha rintisan,” katanya.
Jose juga menilai, Siola ini sebagai tempat yang inspiratif dan punya lingkungan yang baik untuk terus berkembang. Ia juga mengaku bahwa tempat ini sangat menarik karena Pemkot Surabaya mengedepankan ekonomi lokal. Tentu dengan harapan bisa menaikkan perekonomian warganya.