Lebih dari Seperempat Penduduk Sulut Yakin Tak Akan Tertular Covid-19
Survei BPS membuktikan, lebih dari seperempat penduduk Sulawesi Utara yakin tidak akan tertular Covid-19. Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mendorong pentingnya kepatuhan kepada protokol kesehatan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Survei Badan Pusat Statistik menunjukkan, lebih dari seperempat penduduk Sulawesi Utara yakin tidak akan tertular Covid-19. Ketua Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo pun mendorong pemerintah daerah bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk menyosialisasikan pentingnya kepatuhan kepada protokol kesehatan.
Dalam kunjungan kerja di Manado, Rabu (7/10/2020), Doni mengatakan, setidaknya 27 persen dari 2,6 juta penduduk Sulut menyatakan yakin dan sangat yakin tidak akan terinfeksi Covid-19. Angka itu lebih tinggi daripada rata-rata nasional yang mencapai 17 persen.
Survei dilakukan secara nasional oleh Badan Pusat Statistik (BPS) selama 7-14 September dengan melibatkan 90.967 responden di seluruh Indonesia. ”Coba bayangkan, jika penduduk Indonesia sekitar 270 juta, artinya ada 44,9 juta orang yang yakin tidak akan terpapar Covid-19. Di Sulut, angkanya (702.000) pun sangat besar,” kata Doni.
Padahal, perkembangan kasus Covid-19 di Sulut dinilai masih mengkhawatirkan. Hingga Selasa (6/10/2020) malam, telah tercatat 4.630 kasus Covid-19 secara kumulatif. Angka kesembuhan cukup tinggi, yaitu 82,44 persen, lebih tinggi daripada rata-rata nasional 76 persen. Namun, angka kematian mencapai 3,86 persen, lebih tinggi daripada 3,7 persen secara nasional dan 2,93 persen secara global.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, Kota Manado merupakan wilayah paling rawan dengan proporsi 40,63 persen dari semua kasus di Sulut. Manado pun menjadi kota dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak ke-17 secara nasional.
Sebanyak 64,04 persen dari kematian akibat Covid-19 di Sulut pun terjadi di Manado. Dari setiap 100.000 penduduk di Manado, ada 24,09 orang yang meninggal karena Covid-19. Statistik itu menempatkan Manado di posisi ke-7 kota/kabupaten yang penduduknya paling berisiko meninggal karena virus SARS-CoV-2.
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Sonny Harmadi mengatakan, keadaan ini tak lantas membuat warga Sulut takut terhadap Covid-19. Padahal, kasus positif tak bergejala mendominasi di Sulut.
Protokol ini penting karena mau tidak mau kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19.
”Warga belum sadar 100 persen karena, mungkin, belum ada orang terdekatnya yang terkena Covid-19. Ini menunjukkan potensi bahaya sekaligus keharusan untuk menggencarkan edukasi dan sosialisasi tentang protokol kesehatan. Protokol ini penting karena mau tidak mau kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19,” tutur Sonny.
Ada tiga strategi Satgas Covid-19 untuk mendorong perubahan perilaku, yaitu edukasi, sosialisasi, dan mitigasi. Edukasi dilaksanakan di institusi pendidikan. Semua peserta didik, dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai perguruan tinggi, harus mendapatkan pendidikan protokol kesehatan.
Sosialisasi akan dikerjakan petugas di lapangan melalui penyuluhan kepada keluarga. Adapun mitigasi dilaksanakan dengan mengalokasikan sumber daya, seperti petugas keamanan dan petugas ketertiban masyarakat, untuk mendidik warga di lingkungan yang tingkat kepatuhannya terhadap protokol kesehatan rendah.
Di sisi lain, kata Doni, ada perkembangan yang baik pula di Sulut. Selama 28 September-4 Oktober, jumlah zona oranye atau risiko sedang menjadi delapan kota/kabupaten saja, menurun dari 12 kota/kabupaten pada pekan sebelumnya. Adapun zona kuning atau risiko rendah meningkat menjadi tujuh dari tiga pada pekan sebelumnya.
Namun, risiko penularan belum dapat ditekan karena belum ada obat yang efektif untuk melawan Covid-19, sedangkan vaksin masih dalam uji coba tahap ketiga. Jutaan vaksin yang telah didapat Pemerintah Indonesia juga akan dialokasikan terutama untuk tenaga kesehatan. Perilaku masyarakat yang menerapkan protokol kesehatan pun untuk sementara menjadi penangkal virus terampuh.
”Inilah tantangan kita. Kita harus mendapatkan strategi yang efektif untuk memengaruhi masyarakat agar patuh pada protokol kesehatan. Perubahan perilaku adalah keharusan karena kita tidak tahu kapan Covid-19 berakhir,” kata Doni.
Doni pun berharap warga Sulut dapat mengedepankan kearifan lokal. Semua tokoh masyarakat, mulai dari kecamatan hingga RT dan RW, perlu diajak bekerja sama dengan pemerintah agar dapat menekan penularan Covid-19. Warga harus saling memahami bahwa penularan virus terjadi karena kontak antarmanusia.
”Ini harus dijelaskan kepada masyarakat dengan cara yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Dengan begitu, pada survei perilaku masyarakat selanjutnya warga yang yakin tidak akan tertular Covid-19 pasti jauh berkurang,” kata Doni.
Kepala Subbidang Tracking Satgas Covid-19 Kusmedi Priharto mengatakan, ke depan, ada 100 puskesmas di Sulut yang akan mendapatkan dukungan pemeriksaan Covid-19 seiring dengan keberadaan reagen tes usap serta obat-obat tertentu. Hal ini masih sebatas rencana, tetapi segera direalisasikan.