Kekhasan Daerah Harus Jadi Ujung Tombak Wisata di Nusa Tenggara Timur
Penetapan Labuan Bajo, dengan 11 kabupaten di Flores, Lembata, Alor, dan Bima sebagai destinasi wisata premium perlu didesain secara lebih jelas agar mudah dipahami seluruh elemen masyarakat. Wisata premium tidak sekeda
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·2 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS-Pembangunan kawasan wisata di Nusa Tenggara Timur diharapkan disesuaikan dengan kekhasan daerah masing-masing. Tujuannya, agar bisa memberi ruang bagi semua pihak untuk terlibat membesarkan kawasan wisata itu bersama-sama.
Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat dalam rapat Forum Koordinasi Flores, Lembata, Alor dan Bima (Floratama) 2020 di Labuan Bajo, Rabu (7/10/2020) mengharapkan, penataan kawasan wisata dilakukan sesuai dengan keunikan daerah. Selain menonjolkan kekhasannya, metode itu potensial memudahkan pelibatan semua kalangan masyarakat menjaga kawasan itu.
"Jangan bicara wisata premium tetapi masyarakat tidak paham. Semua harus bersinergi dan saling melengkapi,” kata Laiskodat.
Masyarakat daratan Flores misalnya, bisa didampingi menyediakan produk pertanian, peternakan, hingga perikanan. Hasil panennya, nanti bisa menyuplai kebutuhan wisatawan di Labuan Bajo atau pariwisata di daerah itu. Daerah lain juga bisa melatih warganya menjadi penyedia jasa perjalanan, pengelola hotel, hingga nahkoda kapal untuk mendukung geliat wisata daerah lainnya.
Rapat Forum Floratama 2020, tentang pengembangan pariwisata wilayah koordinatif Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) ini dihadiri para bupati dan kepala dinas pariwisata di daratan Flores, Lembata, Alor, dan Bima.
Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina mengatakan, pertemuan itu menjadi wadah pendekatan terpadu dan komprehensif, melibatkan semua pemangku kepentingan baik pusat dan daerah. Tujuannya, kata dia, agar bisa terbangun komunikasi dan koordinasi aktif untuk pariwisata.
“Semua informasi, masukan, ide, dan gagasan pengembangan pariwisata kelas dunia dan berkelanjutan, sangat diharapkan melalui pertemuan itu. Masukan-masukan itu menjadi bahan kajian, analisa, dan penyusunan kebijakan pembangunan pariwisata premium di bawah koordinasi kami,” kata Fatina.
Anggota Komisi X DPR Andreas Hugo Parera meminta BOPLBF memperhatikan pembangunan destinasi pariwisata terintegrasi. Namun, ia mengingatkan agar penataannta tidak tumpang tindih.
“Perlu ada peta jalan yang memungkinkan orang untuk tidak hanya datang ke Labuan Bajo atau Pulau Komodo tetapi juga ke Waerebo, Riung, Bena, Kelimutu, Taman Laut Maumere, Semana Santa Larantuka, Lembata, Alor, dan Bima. Semua daerah ini punya potensi wisata yang luar biasa,”kata Hugo.