Delegasi Terinspirasi Pemberdayaan Ekonomi di Bekas Lokalisasi Dolly
Kalangan delegasi peserta peringatan Hari Habitat Dunia terinspirasi upaya pemberdayaan perekonomian masyarakat oleh pemerintah di bekas lokalisasi Dolly di Putat Jaya, Sawahan, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kalangan delegasi peserta peringatan Hari Habitat Dunia terinspirasi upaya pemberdayaan perekonomian masyarakat di bekas lokalisasi Dolly di Putat Jaya, Sawahan, Kota Surabaya, Jawa Timur. Dukungan pemerintah menjadi salah satu kunci utama perubahan pola pikir masyarakat menjadi lebih ideal.
Kalangan delegasi dari 193 negara diajak aparatur Pemerintah Kota Surabaya untuk melihat pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di kawasan bekas lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu, Selasa (6/10/2020).
Di sini, delegasi diperlihatkan proses produksi sepatu, sandal, dan alas kaki untuk hotel oleh kalangan warga dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mampu Jaya. Produksi berlangsung di suatu gedung besar dan tinggi yang dahulu merupakan tempat lokalisasi Gang Dolly.
Selanjutnya, rombongan perutusan mengunjungi Dolly Saiki (DS) Point, galeri penjualan berbagai produk UMKM dari kampung bekas lokalisasi Dolly. Di sini, para duta mencicipi kudapan dan minuman produksi masyarakat Dolly.
Setelah itu, rombongan delegasi mengunjungi Rumah Batik Dolly. Pemenang Scroll of Honour Award 2020, Jose David Alvarez Maldonado, dari ECOCASA-Meksiko mencoba belajar membatik. Dalam pandangannya, membatik merupakan proses kreatif yang amat bagus.
”Anak perempuan saya sekolah desain. Ketika membatik, saya teringat dirinya. Ini momen yang amat spesial,” katanya.
Menurut Jose, inisiatif Pemkot Surabaya memberdayakan perekonomian warga di bekas lokalisasi perlu dicontoh kota-kota lain di dunia yang menghadapi persoalan yang sama. Perubahan di Dolly mencerminkan sinergitas kegiatan ekonomi dan budaya masyarakat sehingga menjadi produktif.
”Pengembangan UMKM di sini bagus juga karena dukungan dari pemerintah sehingga menurut saya berhasil memperbaiki kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.
Sebelum ke Dolly, rombongan delegasi berkunjung ke Mangrove Wonorejo. Di sini, mereka mencoba rute lari. Kawasan bakau di Wonorejo terbangun dari kondisi alami dan ditumbuhkan. Para duta memahami konsep pelestarian lingkungan bukan sekadar mempertahankannya, melainkan juga merehabilitasi wilayah yang rusak.
Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia Nairobi di Kenya, Pradono Anindito, menilai pemberdayaan di bekas lokalisasi Dolly diwujudkan secara utuh. Program ini tidak akan berhasil jika tidak direncanakan secara matang dan diwujudkan sejak awal hingga akhir. Penekanan yang penting pada pemberdayaan masyarakat agar tidak lagi tergantung dari aktivitas seks komersial, tetapi perekonomian.
”Penerapan kebijakan di sini telah dipikirkan awal sampai akhir, tidak hanya menutup, tetapi menyediakan jalan keluar, yakni pemberdayaan sehingga ada solusi kehidupan yang berkelanjutan,” kata Pradono.