Penerapan protokol kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di Kabupaten Sidoarjo tidak boleh kendur agar kluster baru penularan Covid-19 tidak kembali terjadi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Penerapan protokol kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya di Kabupaten Sidoarjo tidak boleh kendur agar kluster baru penularan Covid-19 tidak kembali terjadi. Sebanyak 56 warga binaan pemasyarakatan dinyatakan sembuh dan diperbolehkan kembali ke blok hunian masing-masing, Selasa (6/10/2020).
Kepala Lapas Kelas I Surabaya Gun Gun Gunawan mengatakan, total warga binaan pemasyarakatan dan pegawai lapas yang terkonfirmasi positif dalam rentang waktu kurang dari dua bulan mencapai 117 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 115 orang dinyatakan sembuh, sedangkan dua lainnya meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit rujukan.
”Upaya mencegah sebaran Covid-19 di lingkungan lapas terus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Selain itu meningkatkan imunitas dengan rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan,” ujar Gun Gun.
Gun Gun mengatakan, pada pertengahan September lalu, pihaknya mengadakan uji usap massal dengan menyasar 400 warga binaan pemasyarakatan dan petugas lapas. Dari pengetesan yang merupakan kerja sama dengan Pemprov Jatim dan RSUD dr Soetomo itu diperoleh hasil sebanyak 56 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Semua warga binaan dan petugas lapas yang terkonfirmasi positif itu kemudian menjalani karantina di dalam lapas karena mayoritas merupakan orang tanpa gejala (OTG). Karantina itu merupakan bagian dari upaya penyembuhan dan mencegah agar sebaran virus korona galur baru yang menjadi penyebab Covid-19 tidak semakin meluas.
Setelah menjalani karantina selama 14 hari dengan pemantauan kesehatan secara rutin dari tim kesehatan lapas dibantu Dinkes Jatim dan Dinkes Sidoarjo, sebanyak 56 warga binaan yang terkonfimasi positif dinyatakan sembuh. Mereka pun menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum dikembalikan ke blok hunian masing-masing.
Kepala Seksi Perawatan Lapas Kelas I Surabaya Prayogo Mubarok menambahkan, sebelum dikembalikan ke blok hunian, para warga binaan menerima pembagian masker dan mendapat penyuluhan kesehatan tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah Covid-19. Mereka juga diminta agar tidak lupa menerapkan protokol kesehatan, terutama memakai masker.
Dua hari sebelumnya, dua warga binaan Lapas Kelas I Surabaya, yakni WW dan R, dinyatakan sembuh dari Covid-19 setelah dirawat selama tiga pekan di RS rujukan. Kesembuhan para warga binaan itu menjadi motivasi dan penyemangat bagi seluruh penghuni lapas untuk segera terbebas dari ancaman Covid-19.
”Selain protokol kesehatan, kegiatan pengetesan, penelusuran kontak erat, dan perawatan juga dioptimalkan. Hal itu penting untuk meningkatkan angka kesembuhan, mencegah kematian, dan mengendalikan sebaran penyakit,” kata Prayogo.
Sebaran Covid-19 di Lapas Kelas I Surabaya merebak pada pertengahan Agustus lalu. Saat itu, lima warga binaan dirujuk ke rumah sakit daerah untuk menjalani pengobatan rutin karena menderita penyakit bawaan, seperti jantung dan kolesterol. Dalam pengobatan itulah diketahui ada dua warga binaan yang positif Covid-19 sehingga dilakukan uji usap massal beberapa hari kemudian.
Sementara itu, Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengatakan, kesehatan masyarakat menjadi salah satu indikator keberhasilan program pembangunan di daerah. Dalam konteks pandemi, keberhasilan pengendalian sebaran Covid-19 dan percepatan penanganan menentukan tingkat keberhasilan pembangunan di Sidoarjo.
Pemda Sidoarjo terus fokus memperbaiki rapor kinerja penanganan Covid-19.
Oleh karena itu, seluruh organisasi perangkat daerah diminta membantu upaya-upaya untuk mengendalikan sebaran penyakit agar jumlah penambahan kasus baru semakin kecil. Dinkes Sidoarjo juga diminta meningkatkan angka kesembuhan pasien dan menekan tingkat kematian.
”Pemda Sidoarjo terus fokus memperbaiki rapor kinerja penanganan Covid-19 yang ditandai dengan perubahan dari zonasi peta epidemi merah (risiko tinggi) menjadi oranye (risiko sedang). Bahkan, diharapkan segera berubah kuning (risiko rendah),” ucap Hudiyono.
Hudiyono menargetkan penambahan kasus baru dan tingkat kematian pasien Covid-19 dalam sepekan tidak lebih dari lima kasus. Sebelumnya, penambahan kasus baru di Sidoarjo bisa mencapai 180 kasus dalam sehari dan beberapa pekan belakangan mulai turun menjadi 30-40 kasus baru per hari.
Tingkat kematian Covid-19 di Sidoarjo saat ini 4,72 persen. Untuk pencatatan kematian ini, ada kebijakan baru dari Pemprov Jatim, yakni hanya melaporkan kematian murni karena Covid-19. Kematian pasien Covid-19 yang disebabkan oleh penyakit penyerta atau komorbid tidak dilaporkan sebagai kematian Covid-19.
Direktur RSUD Sidoarjo Atok Irawan mengatakan, pihaknya merawat pasien Covid-19 sejak 14 Maret lalu. Total pasien terindikasi Covid-19 yang dirawat menembus angka 2.603 orang, sebanyak 1.584 di antaranya terkonfirmasi positif. Tingginya jumlah pasien yang ditangani ini sempat menempatkan RSUD Sidoarjo pada peringkat ketiga nasional rumah sakit yang terbanyak merawat pasien Covid-19.
”Meskipun penambahan kasus baru belakangan ini cenderung turun, masyarakat harus tetap waspada sebab perkembangan Covid-19 ini sangat pesat. Provinsi DKI Jakarta, contohnya, sekarang kasusnya naik lagi, padahal sempat turun,” kata Atok.