Penerapan Protokol Kesehatan Minim, Kewaspadaan Warga NTT Mengendur
Kewaspadaan warga Nusa Tenggara Timur secara umum dalam menyikapi penularan Covid-19 dinilai mulai mengendur. Salah satu hal yang membuat warga terlena yakni jumlah kasus sembuh yang lebih banyak ketimbang kematian.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Kewaspadaan masyarakat Nusa Tenggara Timur secara umum dalam menyikapi penularan Covid-19 dinilai mulai mengendur. Salah satu hal yang membuat warga terlena yakni jumlah kasus sembuh yang lebih banyak ketimbang kematian pasien.
Di NTT, transmisi lokal telah terjadi di 10 kabupaten/kota. Adapun jumlah kasus per 3 Oktober 2020, sebanyak 464 termasuk tambahan 16 kasus baru. Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) Hyron Fernandes di Kupang, Minggu (4/10/2020) mengatakan, perkembangan kasus Covid-19 di NTT tidak bisa dihentikan, selama masyarakat masih melakukan perjalanan ke luar NTT dan mengabaikan protokol kesehatan.
Menurut Fernandes, masa normal baru dengan sasaran mengembalikan ekonomi warga tidak bisa dihindari. Namun, yang tak bisa ditinggalkan, bagaimana masyarakat dan pemerintah daerah bisa menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
“Kita harus berpikir sedang dalam masa kedaruratan seperti sedang berperang melawan musuh yang tidak kelihatan. Tetapi masyarakat lebih siap menghadapi kasus Covid-19 pada awal kemunculannya, yakni bulan Maret-Mei. Saat itu warga jarang ke luar rumah. Jika terpaksa ke luar pun pasti mengenakan masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumuman," ungkap Fernandes.
Padahal, saat itu, jumlah kasus Covid-19 hanya belasan pasien. Namun, ketika Pemda memberlakukan masa normal baru pada 15 Juni 2020, masyarakat justru dinilai kurang peduli pada protokol kesehatan.
Dia mencontohkan, banyak pesta digelar tanpa memperhatikan protokol kesehatan. Demikian pula aktivitas masyarakat di luar rumah, tidak menjaga jarak, tetap berkerumun, dan masih cukup banyak orang tak mengenakan masker.
Menurut Fernandes, kluster penularan baru seperti fasilitas kesehatan dan perkantoran mulai terjadi di Kota Kupang. Namun, aktivitas bersama yang digelar melalui sistem tatap muka masih saja terjadi seperti kegiatan peribadatan bersama.
Beberapa sekolah juga menggelar sistem pendidikan tatap muka. Bahkan, pembayaran pajak di Samsat pun memicu kerumunan orang yang duduk berdekatan tanpa memperhatikan protokol kesehatan. Pusat-pusat hiburan juga masih dibuka untuk masyarakat umum.
"Aktivitas masyarakat di pasar-pasar tradisional, swalayan, dan pusat perbelanjaan masih mengabaikan protokol kesehatan. Sebagian warga mengenakan masker tetapi tidak menjaga jarak dan menghindari kerumunan," tambah Fernandes.
Beberapa sekolah juga menggelar sistem pendidikan tatap muka. Bahkan, pembayaran pajak di Samsat pun memicu kerumunan orang yang duduk berdekatan tanpa memperhatikan protokol kesehatan.
Sementara kasus penyebaran virus korona melalui transmisi lokal telah merambat di 10 kabupaten/kota, yakni Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Ende, Sikka, Manggarai, Manggarai Barat, Sumba Barat Daya, Timor Tengah Utara, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Fernandes berpendapat, kewaspadaan yang mulai mengendur ini akibat pemahaman masyarakat terkait dampak Covid-19 yang masih terbatas pada kasus kematian pasien. "Mereka cenderung membandingkan jumlah korban meninggal dunia akibat Covid-19 dengan jumlah pasien yang berhasil sembuh di rumah sakit," terangnya.
Sejak pandemi Covid-19 melanda NTT pada bulan Maret, jumlah pasien meninggal dunia sebanyak tujuh orang dari total 464 kasus. Adapun pasien sembuh sebanyak 306 orang.
Kepala Dinas Kesehatan NTT Messe Ataupah meminta warga tidak meremehkan penularan Covid-19 di masa normal baru sekalipun. "Termasuk mereka yang dengan sistem imun tubuh kuat sekali pun, karena mereka sudah bisa menyebarkan virus kepada orang lain,” kata dia.
Messe mengatakan, pihaknya terus mengimbau masyarakat agar tetap menjalankan protokol kesehatan saat berada di luar rumah. Mengenakan masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan adalah tatanan hidup baru yang patut dijalankan semua warga tanpa kecuali.
Adapun posisi kasus per Sabtu (3/10/2020) naik dari 448 menjadi 464 orang, termasuk 16 kasus baru. Kasus baru tersebut, yakni sebanyak enam orang di Kota Kupang dari transmisi lokal dan 11 orang di Flores Timur yang merupakan pelaku perjalanan dari Denpasar, Bali.
“Sebanyak 16 kasus baru ini diperoleh dari 282 spesimen, termasuk 162 pasien lama. Terdapat 78 spesimen dari Kota Kupang dan 84 spesimen dari Flores Timur," jelasnya. Messe menambahkan, masih ada 70 spesimen dari Kota Kupang yang belum diperiksa.
Adapun pasien sembuh pada Sabtu (3/10/2020) bertambah 27 orang, yakni 11 orang dari Kabupaten Sikka dan 16 orang dari Kabupaten Manggarai Barat. Pasien dalam perawatan sebanyak 151 orang tersebar di 14 kabupaten.