Pada 1996, sumber Api Abadi Mrapen juga pernah padam, tetapi masih terasa udara yang terbakar. Selain itu, 75 cm dari titik itu, ditemukan sumber api baru yang menyala lebih besar. Pada 2020, api sepenuhnya padam.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, padam untuk pertama kalinya sejak sepekan lalu. Penyebab terhentinya suplai gas di sumber api legendaris tersebut masih dikaji.
Kepala Seksi Energi Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto mengatakan, pada Minggu (20/9/2020), nyala api di Api Abadi Mrapen menurun. Pada Jumat (25/9/2020), api sepenuhnya padam.
”Saat ini kami masih di lokasi untuk mengecek dan memetakan titik-titik sumber gas. Sebab, berkisar 150-200 meter dari Mrapen, ada semburan gas. Kami masih mengkaji (apakah ada keterkaitan atau tidak),” ujar Sinung yang dihubungi dari Semarang, Jumat (2/10/2020).
Sebelumnya, pada pekan ketiga September 2020, muncul semburan gas bercampur air di salah satu titik di Desa Manggarmas, dekat dengan api abadi Mrapen. Menurut Sinung, di titik itu, warga sempat memanfaatkan dengan mengebor. Pada Jumat, semburan masih ada.
Api Abadi Mrapen padam karena tak ada lagi suplai gas. ”Api abadi itu, kan, di retakan. Pada 1990-an, pernah menurun (api dan gasnya), tetapi tidak sampai sepenuhnya padam. Kemudian dibor di sekitarnya,” kata Sinung.
Berdasarkan catatan Kompas, sumber api di kompleks tersebut pernah padam pada 1996. Kendati demikian, masih terasa adanya udara yang terbakar. Sekitar 75 cm dari titik itu, ditemukan sumber api baru yang menyala lebih besar (Kompas, 9 Mei 1996).
Dosen Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya, yang meneliti gas rawa di Grobogan, Handoko Teguh Wibowo, mengatakan, ada dua kemungkinan penyebab padamnya Api Abadi Mrapen.
”Pertama, karena gasnya habis. Namanya gas, ada kantong atau tempatnya. Jadi, mungkin memang habis. Kedua, pada selubungnya atau tempat keluarnya gas itu tertutup,” katanya.
Gas dangkal
Handoko mengatakan, di Grobogan, terutama di Godong dan sekitarnya, masih banyak terdapat gas rawa atau gas dangkal yang kedalamannya berkisar 0-100 meter. Bahkan, di Desa Rajek, Godong, sejumlah warga memanfaatkan gas rawa sebagai pengganti gas elpiji untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keberadaan gas dangkal pula yang memicu Api Abadi Mrapen selama ini bertahan menyala. ”(Api abadi karena) gas dangkal itu kena percikan api. Kebetulan di Mrapen banyak tumpukan batu sehingga ada ruang yang membuat api itu bertahan. Juga, faktor angin,” ujarnya.
Tak hanya di Grobogan, fenomena percikan api bersumber dari gas dangkal juga terdapat di sejumlah daerah lain di Indonesia, di antaranya Kayangan Api di Kabupaten Bojonegoro dan Api Tak Kunjung Padam di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
Namun, menurut Handoko, Api Abadi Mrapen terkenal karena apinya sejak lama digunakan untuk obor sejumlah acara olahraga bergengsi. Sumber api itu juga legendaris karena, dari cerita turun temurun, ada keterkaitan dengan Sunan Kalijaga, 400 tahun lebih silam.
Api Abadi Mrapen dikenal sebagai sumber api yang digunakan untuk menyalakan obor Pesta Olahraga Ganefo pada 1963. Selain itu, Api Abadi Mrapen juga menjadi tempat wisata. Namun, selama pandemi Covid-19, tempat itu ditutup untuk kunjungan wisata.
Catatan Kompas, Api Abadi Mrapen, antara lain, digunakan untuk obor pada Pekan Olahraga Nasional (PON) X di Jakarta, 19-30 September 1981. Sebelum upacara pengambilan api, pemugaran dilakukan dengan dana dari KONI Pusat dan Pemda Grobogan (Kompas, 3 September 1981).
Pada Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang, Api Abadi Mrapen dipersatukan dengan api dari Stadion Nasional Dhyan Chand, New Delhi, India. Penyatuan dilakukan legenda bulu tangkis nasional Susy Susanti yang membawa api abadi dari India dan legenda tenis nasional Yustedjo Tarik yang membawa Api Abadi Mrapen, di Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (18/7/2018) malam.
Selain itu, Api Abadi Mrapen juga digunakan pada peringatan Tri Suci Waisak Nasional. Api yang dimaknai semangat dan terang tersebut, antara lain, dibawa ke Candi Borobudur sebagai bagian prosesi peringatan Hari Raya Waisak.