Kembalikan Kepercayaan Wisatawan Selam dengan Panduan Protokol Kesehatan
Pelaku usaha pariwisata selam di Sulawesi Utara diimbau menerapkan panduan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan yang disusun pemerintah. Ini diperlukan demi mengembalikan kepercayaan wisatawan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyosialisasikan buku panduan pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan usaha wisata selam di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (2/10/2020). Buku itu berisi panduan umum dan khusus bagi semua pelaku industri pariwisata, termasuk wisatawan.
MANADO, KOMPAS — Pelaku usaha pariwisata selam di Sulawesi Utara diimbau menerapkan panduan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan, yang disusun pemerintah. Ini diharapkan dapat menumbuhkan minat berwisata setelah enam bulan lebih pandemi Covid-19 merebak. Taman Nasional Bunaken diharapkan menjadi pelopor dengan membuat sistem pemesanan tiket dalam jaringan.
Panduan pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan (CHSE) ini dibuat dalam bentuk buku berilustrasi setebal 35 halaman yang versi elektroniknya dapat diunduh gratis. Buku ini memuat panduan umum pencegahan penularan Covid-19 serta panduan khusus bagi pekerja di sektor selam, wisatawan, dan pengelola tempat wisata selam.
Isi panduan pun seperti pelaksanaan protokol kesehatan yang umum diterapkan di tempat-tempat publik, seperti pengukuran suhu, kewajiban mencuci tangan, dan menjaga jarak. Ada pula imbauan di ranah, misalnya, latihan selam di kolam renang dengan membersihkan fasilitas dengan disinfektan minimal tiga kali sehari. Buku itu juga memuat cara pemeliharaan dan sterilisasi alat selam, hingga cara pembuatan cairan disinfektan.
Panduan ini disosialisasikan kepada pelaku industri selam di Manado, Sulut, Jumat (2/10/2020). Staf Khusus Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Bidang Digital dan Industri Kreatif Ricky Yoseph Pesik mengatakan, panduan CHSE dibuat untuk menyiasati pandemi di destinasi utama wisata selam.
”Kalau pandemi ini berkepanjangan, kemampuan kita secara ekonomi juga akan mengalami masalah. Pemerintah dan para pengusaha harus mengantisipasi secara serius dengan menyusun protokol kesehatan yang baik demi membangkitkan lagi pariwisata,” kata Ricky.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Beberapa wisatawan China bersiap untuk menyelam dangkal (snorkeling) didampingi seorang pemandu di perairan Pulau Gangga, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada Jumat (31/1/2020). Rombongan itu adalah yang terakhir mengunjungi Pulau Gangga sebelum penerbangan dari China ditutup untuk sementara.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 3,41 juta wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke Indonesia selama Januari-Agustus 2020. Jumlah ini turun drastis dari 10,71 juta pelancong yang berkunjung pada periode yang sama tahun lalu. Kunjungan juga turun di Sulut, dari 87.312 orang menjadi 15.876 orang.
Produksi domestik regional bruto (PDRB) Sulut dari bidang transportasi dan pergudangan selama semester pertama 2020 menyusut 17,62 persen dari semester pertama tahun 2019. Sementara sektor penyediaan akomodasi dan makan dan minum terkontraksi 34,43 persen. ”Pariwisata memang sektor yang terdampak paling keras oleh pandemi,” kata Ricky.
Wisata selam pun masuk dalam subsektor pariwisata yang harus dibangkitkan pemerintah lebih dulu karena potensi pariwisata bawah air yang besar di Indonesia. Selain itu, penyelam adalah salah satu segmen wisatawan dengan pengeluaran terbesar, meski belum dihitung angka tepatnya.
Karena itu, kata Ricky, pemerintah melibatkan berbagai pelaku usaha wisata selam dan organisasi selam, seperti Divers Alert Network (DAN), untuk menyusun panduan CHSE. Tim penyusun pun sepakat pada pembuatan panduan yang sifatnya tidak wajib, tetapi dinilai mudah dipenuhi.
Menurut Ricky, selama dan pascapandemi, penerapan protokol kesehatan dan fasilitas penunjangnya akan menjadi acuan utama wisatawan dalam memilih penyedia jasa wisata selam. ”Memang kita harus lakukan ini untuk mendapatkan kepercayaan wisatawan. Butuh dukungan semua pelaku industri wisata selam untuk menciptakan kondisi yang lebih baik.”
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Para wisatawan asal China menikmati wahana donut boat di perairan Pulau Gangga, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada Jumat (31/1/2020). Rombongan itu adalah yang terakhir mengunjungi Pulau Gangga sebelum penerbangan dari China ditutup untuk sementara.
Anggota tim penyusun buku panduan, Abimanyu Carnadie, mengatakan, penerapan ketat protokol kesehatan dalam wisata selam memang akan menyebabkan biaya yang ditanggung wisatawan semakin tinggi. Namun, senada dengan Ricky, ia mengatakan, kepercayaan konsumen akan diiringi kemauan untuk membayar lebih demi rasa aman dan nyaman.
”Memang harus ada perubahan dari sebelumnya. Tujuannya tidak lain adalah melindungi industri ini dari Covid-19,” kata dia.
Dengan menerapkan panduan ini, industri wisata selam juga akan menopang upaya pemerintah dalam mengatasi Covid-19. Sebab, semua pelaku industri diwajibkan mencatat data pribadi, nomor telepon, dan suhu tubuh pengunjung dan karyawan. Dengan begitu, pelacakan kontak erat akan lebih mudah.
Bayu Wardoyo, anggota tim penyusun panduan lain, mengatakan, pedoman dan rekomendasi fasilitas dibuat sesederhana mungkin agar dapat diakses semua pelaku industri. Ia mencontohkan, bahan disinfektan peralatan selam, seperti natrium hipoklorit, alkohol, dan klororoxilenol, dipastikan mudah didapat di mana pun di Indonesia.
”Jadi, rekomendasi bahan yang kami berikan itu paling efektif dan terjangkau. Ini kami pikirkan baik-baik untuk mempertimbangkan para pelaku usaha di tempat seperti Wakatobi, Raja Ampat, dan lain-lain,” kata dia.
KOMPAS/AGNES RITA SULISTYAWATY
Menyelam dan snorkeling di Bunaken, Sulawesi Utara, menjadi kegiatan wisata yang menyenangkan. Terumbu karang dan aneka jenis ikan menjadi daya tarik kawasan ini.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Balai Taman Nasional Bunaken Farianna Prabandari mengatakan, selama 2019, kurang lebih 20.000 wisatawan mengunjungi Bunaken dan 90 persen di antaranya wisman. Pemasukan negara bukan pajak dari tiket masuk saja sudah mencapai Rp 3,2 miliar, belum lagi biaya selam dan snorkeling Rp 15.000 untuk wisnus dan Rp 150.000 untuk wisman.
Setelah lima bulan bulan TN Bunaken ditutup, Farianna berencana menerapkan sistem pemesanan tiket secara daring. Pengunjung dapat memilih hari dan jam berkunjung yang telah ditentukan pengelola TN Bunaken. Namun, hingga kini sistem itu belum terealisasi karena kendala terkait infrastruktur digital. Farianna pun menyatakan akan segera mengupayakan pembuatan sistem itu.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pariwisata Sulut Henry Kaitjily mengatakan, pemerintah provinsi sedang mengupayakan promosi destinasi selam baru, antara lain di Pantai Mangatasik, Tombariri, Minahasa Selatan. Pantai ini diupayakan menjadi ”The New Bunaken”, mengingat tempatnya yang masih masuk area Bunaken.
Pemprov Sulut telah menggelar kompetisi foto bawah laut untuk mempromosikannya. Animo disebut bagus karena lebih dari 100 orang mendaftar, tetapi yang diterima hanya 53 orang. ”Ke depan kami butuh bantuan dari Kemenparekraf untuk promosi dengan event. Ini juga untuk menghindari penumpukan wisatawan di satu tempat, apalagi potensi wisata selam kita besar,” kata Henry.