Banjir Kalteng Mulai Surut, Ribuan Warga Masih Mengungsi
Banjir di Kalimantan Tengah sudah melanda selama lebih dari tiga minggu. Banjir juga berdampak pada tertutupnya akses jalan sehingga bantuan diberikan menggunakan helikopter. Kini banjir mulai surut.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah sudah mulai surut. Dari delapan kabupaten, kini banjir hanya melanda di dua kabupaten saja. Meskipun demikian, masih ada 2.808 orang yang mengungsi, baik di tenda-tenda pengungsian maupun rumah kerabat.
Sebelumnya dilaporkan jumlah pengungsi bencana banjir di Kalteng sebanyak 4.391 orang, lalu meningkat menjadi 5.339 orang. Jumlah itu merupakan akumulasi dari warga terdampak banjir yang mulai mengungsi sejak awal September lalu.
Kami masih akan terus memantau perkembangan apalagi saat ini musim pancaroba, jadi keadaan bisa berubah begitu cepat. (Alpius Patanan)
Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalimantan Tengah Alpius Patanan menjelaskan, kini beberapa wilayah yang terendam banjir sudah mulai surut. Sebelumnya dilaporkan banjir melanda delapan kabupaten, kini tersisa dua kabupaten yang masih terendam banjir, yakni Kabupaten Lamandau dan Katingan.
Total pengungsi di dua kabupaten itu sebanyak 2.808 orang. Menurut Alpius, para pengungsi tidak hanya tinggal di tenda-tenda pengungsian, tetapi juga pindah ke rumah kerabat.
”Memang di data kami tulis jumlah seluruh pengungsi, tetapi sebagian besar sudah kembali karena sudah mulai surut,” kata Alpius di Palangkaraya, Rabu (30/9/2020).
Alpius menjelaskan, banjir di beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Murung Raya, Kapuas, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Gunung Mas, dan Kabupaten Seruyan, sudah mulai surut. Bahkan, dari laporan tim di lapangan, belasan ribu rumah yang terendam banjir saat ini sudah mulai ditinggali warga.
”Kami masih akan terus memantau perkembangan apalagi saat ini musim pancaroba, jadi keadaan bisa berubah begitu cepat,” ungkapnya.
Di Kabupaten Katingan, terdapat beberapa desa yang akses jalannya masih tertutup banjir dengan ketinggian beragam. Hal itu membuat pemerintah kesulitan memberikan bantuan logistik.
Memberi bantuan
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalteng Komisaris Besar Hendra Rochmawan mengungkapkan, pihaknya juga membantu pemerintah daerah memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok dan logistik bagi para korban banjir menggunakan helikopter.
Hendra mengatakan, bantuan untuk korban banjir berupa paket bahan pokok telah diserahkan kepada masyarakat Desa Keruing di Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, Rabu siang.
”Desa Keruing terendam banjir akibat luapan sungai selama beberapa waktu yang lalu. Karena tidak bisa ditembus lewat jalur darat, Kapolda memerintahkan untuk menggunakan helikopter,” ungkapnya.
Hendra menambahkan, situasi di lokasi desa tersebut sudah mulai kondusif. Tinggi muka air akibat luapan Sungai Katingan perlahan surut. Meskipun demikian, beberapa ruas jalan masih digenangi banjir.
”Kami tidak hanya membawa bantuan kebutuhan pokok, tetapi juga membawa masker untuk mencegah penyebaran Covid-19 di desa itu, apalagi di situasi banjir ini agar protokol kesehatan tetap dijaga,” ungkap Hendra.
Cuaca ekstrem
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Rahmat Alfandy, mengungkapkan, saat ini Kalimantan Tengah sedang memasuki peralihan musim atau pancaroba. Hal itu akan berdampak pada cuaca ekstrem di beberapa wilayah.
”Prakiraan kami, Kalteng akan mulai memasuki musim hujan pada Oktober dasarian kedua, jadi masih ada potensi banjir gelombang berikutnya,” kata Rahmat.
Ramhat menjelaskan, beberapa wilayah yang saat ini dilanda curah hujan dengan intensitas tinggi adalah Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara. Kedua wilayah ini merupakan lokasi hulu-hulu sungai besar yang ada di Kalteng.
Beberapa sungai yang bagian hulunya berada di dua kabupaten itu, di antaranya Sungai Barito sepanjang lebih kurang 890 kilometer, Sungai Paku, dan Sungai Katingan. Sungai-sungai tersebut melintasi setidaknya melintas di dua provinsi, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, yang kerap menjadi pemicu banjir karena luapan airnya.
”Kami selalu memberikan peringatan dini karena koordinasinya jalan terus dengan pemerintah daerah setempat,” ungkap Rahmat.