Lampu Kuning Keterisian Rumah Sakit, Jabar Siapkan 18 Hotel untuk Pasien Tanpa Gejala
Tingkat keterisian ruang isolasi rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Barat mencapai 56 persen atau sudah lampu kuning. Sebanyak 18 hotel disiapkan untuk menampung pasien tanpa gejala.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tingkat keterisian ruang isolasi rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Barat mencapai 56 persen. Jumlah itu mendekati batas aman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 60 persen. Sebanyak 18 hotel disiapkan untuk menampung pasien tanpa gejala.
Kapasitas ruang isolasi rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar berjumlah 4.287 tempat tidur. Dua pekan lalu, tingkat keterisiannya masih 44,33 persen. Sementara okupansi pada awal Agustus hanya 16,21 persen.
”Dari segi keterisian rumah sakit (Covid-19) sudah lampu kuning mendekati standar WHO. Ini menjadi perhatian kami dalam minggu ini,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (28/9/2020).
Untuk mengantisipasi lonjakan pasien, 15 hotel di Bandung Raya dan tiga hotel di Bogor, Depok, dan Bekasi (Bodebek) disiapkan bagi pasien tanpa gejala. Namun, Kamil belum dapat menyebutkan daftar nama ke-18 hotel tersebut.
Pembayaran sewa hotel dilakukan pemerintah pusat. ”Jadi, koordinasinya tidak bisa diputuskan langsung oleh Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar. Masih didiskusikan terkait kontrak dan ketentuan harga sewanya,” ujarnya.
Sebelumnya, Jabar juga telah menyiapkan ruang isolasi nonrumah sakit untuk pasien tanpa gejala. Kapasitasnya mencapai 998 tempat tidur yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota.
Untuk mengantisipasi lonjakan pasien, 15 hotel di Bandung Raya dan tiga hotel di Bogor, Depok, dan Bekasi (Bodebek) disiapkan bagi pasien tanpa gejala.
Selain itu, masih ada juga gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Jabar berkapasitas 190 tempat tidur. ”Jumlahnya akan terus ditambah. Kami siapkan dari awal sebagai antisipasi,” ujar Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jabar Marion Siagian.
Hingga Senin pukul 16.00, kasus positif Covid-19 di Jabar mencapai 20.954 orang. Jumlah itu tertinggi keempat di Indonesia setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Sejumlah 12.874 pasien sembuh dan 387 pasien meninggal. Sementara 7.693 pasien masih dalam perawatan.
Kamil mengatakan, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Jabar meningkat menjadi 61 persen dibandingkan dengan minggu lalu 53 persen. Sementara tingkat kematian turun dari 2,4 persen menjadi 1,8 persen.
Lima daerah zona merah
Lima daerah di Jabar masuk zona merah atau berisiko tinggi Covid-19. Kelima daerah itu adalah Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, serta Kota dan Kabupaten Cirebon. Pada minggu sebelumnya, hanya tiga daerah yang masuk zona merah. Ketiga daerah itu adalah Kota Bekasi, Kota Cirebon, dan Kabupaten Karawang.
”Angka reproduksi (Covid-19) Jabar masih 1,04. Ini menandakan tingkat kecepatan penularan relatif terkendali,” ujar Kamil.
Mantan Wali Kota Bandung itu menuturkan, pihaknya akan melibatkan swasta untuk meningkatkan kapasitas tes usap. Kapasitas laboratorium di Jabar mencapai 50.000 tes per minggu. Namun, optimalisasi tes sangat bergantung pada ketersediaan reagen. Dalam minggu ini, ketersediaan di Jabar hanya sekitar 5.000 reagen.
”Kami minta ke pusat. Akan turun sekitar 250.000 reagen. Sejumlah 50.000 reagen akan kami kelola, sementara 200.000 reagen dikerjasamakan dengan pihak swasta,” ujarnya.
Hingga Senin sore, tes usap di Jabar mencapai 383.335 tes. Jabar masih mengejar target 500.000 tes usap yang setara dengan 1 persen dari jumlah penduduk.
Sementara itu, Kamil menambahkan, ekspor Jabar terus membaik dalam beberapa bulan terakhir. ”Kenaikannya 14,16 persen pada Agustus dibanding Juli 2020. Jadi, per bulan (ekspor) naik pelan-pelan,” ujarnya.