Rehat Sejenak Menikmati Elok Savana Propok
Savana Propok di Lombok Timur, NTB menjadi salah satu destinasi non pendakian di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang populer. Keelokannya menarik banyak orang untuk datang berkemah dan rehat sejenak dari rutinitas
Keelokan savana Propok di Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, belakangan seperti magnet. Sepanjang minggu, ratusan orang datang untuk berkemah atau melepas penat dan rehat sejenak dari rutinitas, juga riuh pandemi.
Setelah beristirahat sejenak di bawah pohon yang ridang, Sabtu (28/8/2020) empat orang pria, Hosmandala (23), Basri Jaya (23), Rosydi (21), dan Hasbulloh (23) bangkit dari tempat duduknya.
Sambil membawa kresek, anggota Kelompok Sadar Wisata Rinjani Perkasa itu berjalan kaki di antara ilalang. Setiap kali menemukan sampah, mereka membungkuk dan memungutnya. Lalu memasukkannya ke kresek. Begitu seterusnya.
Baca juga : Savana Propok, Si Cantik di Kaki Gunung Rinjani
Jika lelah, mereka kembali beristirahat. Meneguk air atau menikmati perbekalan. Sesekali mereka menengok ke sisi timur, ke arah jalur turun yang dilewati wisatawan sebelum tiba di Savana Propok.
“Sekarang Savana Propok makin ramai. Tetapi kadang pengunjung suka meninggalkan sampahnya setelah berkemah. Jadi kami kesini untuk membersihkannya sekaligus mengawasi wisatawan yang datang,” kata Basri Jaya.
Savana Propok adalah salah satu destinasi non pendakian di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Meski tidak termasuk destinasi pendakian, namun untuk mencapai Savana Propok, wisatawan tetap harus mendaki. Memang tidak sejauh dan menantang laiknya perjalanan menuju pelawangan (titik terakhir) Sembalun atau Senaru dalam pendakian ke puncak Rinjani.
Savana Propok berada di ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sehingga, setelah registrasi di pintu gerbang, sekitar 75 kilometer arah timur Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat, wisatawan harus berusaha mendaki hingga bisa mencapai savana itu.
Baca juga : Menantang Diri Menaklukkan Elevasi Kala Pandemi
Di awal, jalur tidak langsung mendaki. Selama sekitar setengah kilometer, wisatawan terlebih dahulu akan melintasi jalur mendatar di antara pepohonan. Setelah itu, sekitar satu kilometer, jalur turun naik dengan tanjakan yang cukup curam.
Meski curam, namun kehadiran akar, pohon-pohon kecil, ata tali di titik-titik curam akan sangat membantu. Termasuk di sekitar 700 meter terakhir sebelum sampai ke pemberhentian pertama, Bukit Sekomak.
Sebelum sampai di Bukit Sekomak, setelah keluar dari hutan, wisatawan akan melewati tanjakan curam yang hanya ditumbuhi ilalang dan semak. Meski curam, namun jalur ini aman untuk dilalui. Apalagi, pengelola memasang tali untuk berpegangan sekaligus mempercepat pergerakan.
Pada jalur ini, rasa capek melewati jalur hutan dengan tanjakan-tanjakannya mulai terbayar. Jika berhenti sejenak, kemudian menengok ke belakang, hijau tutupan hutan yang dikelilingi perbukitan jelas terlihat.
Baca juga : Destinasi Non Pendakian di Kawasan Rinjani Kembali Dibuka
Mendaki pagi hari adalah waktu terbaik. Pemandangan dari jalur itu akan semakin indah dengan matahari yang perlahan muncul di balik bukit. Sinarnya terasa hangat bercampur segar udara pegunungan.
Setelah jalur itu, sekitar satu setengah jam perjalanan, wisatawan tiba di bukit Sekomak, pemberhentian pertama sebelum turun ke Savana Propok. Di sana, sebuah tulisan timbul dari kayu “Savana Propok Taman Nasional Gunung Rinjani” menyambut siapapun yang datang.
Tulisan dengan sebuah bendera Merah Putih terpasang di pinggirnya itu sebenarnya hanya pelengkap untuk menikmati atau berfoto dengan latar Savana Propok. Suguhan utamanya adalah savana itu sendiri.
Dari bukit Sekomak, hamparan luas ilalang, perdu, dan lainnya yang menjadi ciri khas Propok langsung memanjakan mata. Pemandangan itu dilengkapi dengan hijau perbukitan-perbukitan di sisi utara, timur, dan selatan, serta Gunung Rinjani yang menjulang tinggi di sisi barat.
Baca juga : Pembukaan Destinasi Wisata di Kawasan Rinjani Diperluas
Tanpa harus turun ke Savana, berhenti di bukit Sekomak sebenarnya cukup. Lalu turun kembali . Tetapi jarang wisatawan yang melakukan itu. Apalagi sebagian besar wisatawan kesana untuk berkemah. Setelah puas beristirahat dan berfoto, mereka akan melanjutkan perjalanan turun, ke savana.
“Rasa capek selama perjalanan mendaki terbayar. Pemandangannya benar-benar bagus. Kalau malam, banyak bintang terlihat jelas di langit. Paginya, meski dingin, udaranya segar. Gunung Rinjani juga begitu dekat,” kata Ellya Supria Ningsih (28), wisatawan asal Mataram yang ke Propok minggu kedua September lalu.
Bagi Ria yang sehari-hari bekerja kantoran, Propok sangat direkomendasikan. Termasuk saat pandemi.
“Ini benar-benar seperti “obat” buat saya. Tidak hanya untuk rehat dari rutinitas, dari kebosanan selama pandemi. Di sana, paling tidak kita bisa melepas masker karena tidak banyak orang. Udara juga masih segar dan bersih. Kalau di Mataram, hampir setiap hari dan setiap waktu saya harus pakai masker. Pengap,” kata Ria yang berencana kembali ke Propok dalam waktu dekat.
Sejak 2015
Sebelum sepopuler sekarang, Propok awalnya hanya menjadi tujuan bagi para pemburu rusa. Pemuda setempat yang sekarang mengelola kawasan itu, juga bekerja sebagai porter bagi pemburu yang datang dari berbagai daerah, termasuk warga asing.
“Kunjungan pertama saya ke Propok pada 2015. Bukan untuk berwisata, tetapi berburu. Saya salah satu porter,” kata Chandra Susanto (30), Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata Rinjani Perkasa yang mengelola Savana Propok.
Dari kunjungan itu, Chandra kemudian melihat potensi Propok sebagai destinasi wisatawa. Ia mengambil beberapa foto, lalu berkonsultasi dengan rekan-rekannya di Sembalun yang lebih dahulu mengembangkan destinasi serupa di Sembalun, Lombok Timur. Salah satunya Royal Sembahulun yang mengelola Bukit Pegasingan, salah satu destinasi populer di kawasan Rinjani.
“Dari berbagai diskusi, saya dan teman-teman di kelompok sadar wisata yang kala itu sudah ada, kemudian memulai promosi. Caranya menyewa fotografer lalu promosi di media sosial,” kata Chandra.
Tidak mudah mempromosikan destinasi wisata baru saat itu. Tetapi Chandra dan rekan-rekannya tidak patah semangat. Mereka terus bergerak.
“Baru ada kunjungan pada 2017. Memang lama sekali karena sejak 2015, kami tidak fokus. Masih ada keraguan. Kami tidak yakin. Apalagi sudah pasang plank, tidak ada pengunjung,” tutur Chandra.
Memasuki 2018, Propok semakin dikenal setelah kawasan itu diliput media lokal. Termasuk oleh para vlogger yang mengunggah video tentang Propok ke kanal Youtube mereka. Tetapi tahun itu, gempa Lombok membuat aktivitas ke Propok sementara terhenti.
“Pada 2019 menjadi puncak kunjungan ke Propok. Pada akhir pekan, sehari bisa 1.200 orang. Sementara hari kerja, sekitar 100-400 orang,” kata Chandra.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Rinjani Perkasa Zulkarnain mengakui, sejak 2015 hingga 2019, pengelolaan Savana Propok dilakukan secara ilegal. Tetapi saat itu, pengurusan izin juga terus berjalan.
Menurut Zulkarnain, baru pada 2020, Propok menjadi salah satu destinasi wisata non pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani.
“Sejak 2020, kami mulai menggunakan tiket bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Tetapi baru beberapa bulan jalan, ternyata pandemi,” kata Zulkarnain.
Akibatnya, seperti destinasi pendakian dan non pendakian lainnya, Propok ditutup untuk kunjungan oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Baru kemudian dibuka kembali pada 7 Juli 2020 dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat.
Menurut Kepala Balai TNGR Dedy Asriady, pembukaan itu berdasarkan arahan Direktorat Jenderal Konservasi, Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta hasil koordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, dan Lombok Tengah, serta mempertimbangkan zona risiko Covid-19.
Tetapi pembukaan itu dengan menerapkan kuota yakni 30 persen atau 150 orang per hari dari jumlah pengunjung normal. Sebulan berselang, setelah melihat geliat pariwisata di kawasan-kawasan itu, Balai TNGR meningkatkan kuota kunjungan menjadi 50 persen. Propok misalnya meningkat menjadi 250 orang per hari.
”Berdasarkan hasil evaluasi, secara umum setiap destinasi wisata alam non-pendakian yang dibuka sebelumnya telah mengikuti protokol kesehatan. Tidak ada kelebihan kuota dan tidak ditemukan juga kasus Covid-19,” kata Dedy.
Menurut Zulkarnain, karena pandemi, penerapan protokol sesuai arahan Balai TNGR secara ketat dilakukan. Mulai dari pemeriksaan suhu tubuh, penggunaan masker, hingga cuci tangan. Sejumlah barang yang dapat memancing orang untuk berkumpul seperti alat musik, pengeras suara, dan sejenisnya juga tidak diperbolehkan dibawa.
Dampak
Saat ini, selain kuota, kunjungan ke Propok dibatasi hanya untuk dua hari satu malam. Pada hari biasa, tiket yang berlaku adalah Rp 42.000 untuk satu orang dengan satu motor atau Rp 54.000 untuk dua orang dengan satu motor.
Sementara pada akhir pekan, wisatawan membayar Rp 47.000 untuk satu orang dengan satu motor atau Rp 64.000 untuk dua orang dengan satu motor. Tiket itu sudah termasuk tiket TNGR, asuransi, jasa pengelola, serta parkir.
Sejak dibuka, kehadiran Savana Propok yang pintu gerbangnya bisa dicapai dengan kendaraan roda dua atau roda empat itu, menambah opsi destinasi wisata bagi para pecinta wisata alam. Di sisi lain, aktivitas pariwisata di sana juga berdampak pada masyarakat setempat.
Menurut Zulkarnain, sebelum terlibat mengelola Propok, puluhan anggota yang saat ini masih aktif, menganggur atau bekerja serabutan. Termasuk ada yang menjadi Pekerja Migran Indonesia (PKI) ke Malaysia. Bahkan ikut berburu dan menebang kayu.
“Sekarang, dengan adanya Propok dan terus datangnya pengunjung, membuka lapangan pekerjaan. Mereka yang dulu menebang kayu, sekarang bergabung dengan kami,” kata Zulkarnain.
Tidak hanya itu, kata Zulkarnain, masyarakat di luar kelompok juga ikut merasakan dampak. Itu terlihat dari banyaknya masyarakat di Bebidas yang ikut mengelola parkir, menjadi porter, hingga berjualan makanan untuk para wisatawan. Baik yang akan naik maupun baru turun.
Agar terus dikunjungi, kata Chandra, maka selain promosi, upaya menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung terus dilakukan. Terutama menyangkut kelestarian alam di kawasan Propok.
“Kita sekarang menegaskan aturan misalnya larangan membuat api di sembarang tempat. Termasuk larangan bertenda di sejumlah titik. Ke depan, kami juga akan membatasi jumlah kunjungan. Tidak harus karena pandemi,” kata Chandra.
Pembatasan itu, kata Chandra, karena yang mereka jual adalah savana. Jika terlalu ramai dan semua area digunakan untuk berkemah, maka justru savana tidak akan terlihat.
Saat ini, dari tiga area savana propok, wisatawan dilarang berkemah di savana propok I. Wisatawan hanya boleh berswafoto di sana. Hal itu karena kawasan itu tengah pemulihan. Tidak hanya untuk menjaga savananya, tetapi satwa.
“Di sekitar savana kan ada dua hutan. Di sana, berbagai satwa tinggal. Jadi, kalau kemah disana (Savana Propok I), semua akan terganggu,” kata Chandra.
Selain itu, kata Chandra, pada akhir tahun 2020 atau awal 2021, mereka akan mengalirkan air dari Bukit Kondo (salah satu bukit di kawasan Propok) ke savana II. Itu untuk memudahkan wisatawan mendapatkan air. Termasuk bagi satwa. Bentuknya berupa genangan atau danau buatan.
Baca juga : Pendakian Rinjani Kembali Dibuka
Selain berupaya memastikan Savana Propok tetap terjaga dan nyaman bagi wisatawan, baik Chandra maupun Zulkarnain, juga berharap bahwa wisatawan juga memiliki kesadaran untuk menjaga hutan. Misalnya dengan tidak meninggalkan sampah seusai berkemah.
Mereka memang memiliki tim yang turun langsung untuk patroli rutin sekaligus membersihkan sampah seperti Basri Jaya dan kawan-kawan. Tetapi kesadaran akan pentingnya menjaga hutan harus tumbuh bersama.
“Hutan adalah tanggung jawab bersama. Bukan hanya kami, pengelola saja,” kata Chandra.
Selain itu, Chandra juga mengingatkan pentingnya kesiapan wisatawan. Terutama yang berkemah. Baik itu logistik maupun peralatan. Hal itu karena banyak kasus wisatawan pingsan karena makanan mereka habis di malam hari. “Paginya tidak sarapan. Lalu besoknya ditemukan pingsan,” kata Chandra.
Rehat sejenak dari rutinitas kerja, tentu penting. Agar tidak stres. Apalagi di saat pandemi. Berkemah dan menikmati elok Savana Propok di Bebidas, bisa jadi salah satu pilihan. Selain siap logistik dan perlengkapan, tentu dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.