Petani Jawa Tengah Desak Kelangkaan Pupuk Subsidi Segera Diatasi
Jawa Tengah mengajukan tambahan alokasi pupuk bersubsidi 390.000 ton untuk memenuhi kebutuhan petani. Kebutuhan pupuk di tingkat petani besar seiring datangnya musim tanam.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
PURWODADI, KOMPAS — Para petani di Jawa Tengah mendesak pemerintah segera mengatasi kelangkaan pupuk subsidi yang kini tengah mendera. Sebagai sektor yang masih produktif di tengah pandemi Covid-19, dukungan pada pertanian mestinya tak terhenti. Pemprov Jateng memastikan kesulitan itu bakal ditangani.
Ketua Kelompok Tani Sidomakmur, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Hardiyono (54) dihubungi dari Semarang, Minggu (27/9/2020), mengatakan, para petani di daerahnya kini sedang panen raya jagung. Namun, mereka langsung menyiapkan musim tanam (MT) I pada Oktober 2020-Maret 2021.
Untuk itu, ketersediaan pupuk saat musim tanam baru mesti dijamin. Kelangkaan pupuk subsidi diharapkan segera teratasi.
”Kami harap pupuk subsidi tersedia setidaknya pada Oktober meski di daerah kami penanaman bergantung pada cuaca. Saat pandemi, usaha pertanian masih bertahan dibandingkan dengan sektor lain sehingga kami harap ada perhatian,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jateng, pada triwulan II-2020, saat ekonomi kontraksi minus 5,94 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertanian justru tumbuh 2,15 persen. Adapun nilai tukar petani pada Agustus 2020 meningkat 0,22 persen dari Juli 2020.
Hardiyono menuturkan, selama ini dosis pupuk subsidi dari Kementerian Pertanian tak mencukupi sepenuhnya. Alokasi yang disediakan pemerintah ialah 250 kilogram pupuk urea per hektar, sedangkan kebutuhan di lapangan berkisar 335-350 kg per hektar.
Alokasi yang disediakan pemerintah ialah 250 kilogram pupuk urea per hektar, sedangkan kebutuhan di lapangan berkisar 335-350 kg per hektar.
”Kekurangannya, mau tidak mau kami gunakan pupuk nonsubsidi. Pupuk urea, misalnya, harga subsidi Rp 180.000 per kuintal, sedangkan nonsubsidi Rp 6.000 per kg. Upaya lainnya, kami juga pacu organik. Kami harap pupuk subsidi akan cukup untuk MT I,” ujarnya.
Sementara itu, petani di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Ruis Wartoyo (60), menuturkan, pupuk subsidi saat ini memang sedang langka. Meski sudah berupaya mencari ke sejumah tempat penjualan lain, tetap saja sulit didapati. Ia berharap masalah tersebut segera teratasi.
”Saya berharap petani benar-benar diperhatikan. Yang paling dibutuhkan saat ini bantuan pupuk. Sementara ini sulit mencarinya. Mudah-mudahan bisa cepat disediakan,” kata Ruis, yang juga ketua Kelompok Tani Suko Lestari, Ngrapah.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengakui, alokasi pupuk subsidi pada tahun ini memang kurang. Oleh karena itu, agar alokasi tepat sasaran, kartu tani perlu benar-benar diterapkan. Adapun permintaan tambahan kuota pupuk kepada Kementan sudah diajukan.
”Kalau tidak salah Kementan sediakan 1 juta ton seluruh Indonesia, yang kemudian dialokasikan per kabupaten/kota. Ini juga karena kemarin ada percepatan penanaman dari Kementan. Maka, ini yang terus kami hitung. Jadi, memang fluktuatif,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Suryo Banendro menyatakan sudah mengajukan penambahan kuota pupuk bersubsidi untuk Jateng pada 15 Juni. Ia membenarkan pemerintah pusat telah menyetujui penambahan pupuk secara nasional.
”Kami mengajukan penambahan sebanyak 390.000 ton. Mudah-mudahan terealisasi semuanya untuk memenuhi kekurangan pupuk petani di Jawa Tengah,” kata Suryo.