Sidoarjo Alokasikan Kuota Uji Usap bagi 1.500 Pendidik
Pemkab Sidoarjo siapkan uji usap massal bagi 1.500 tenaga pendidik untuk mendeteksi sebaran Covid-19 di lingkungan lembaga pendidikan. Pendidik rentan terkena Covid-19 karena mereka tetap masuk sekolah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mengalokasikan kuota uji usap massal bagi 1.500 tenaga pendidik di wilayahnya. Kebijakan itu untuk mendeteksi sebaran Covid-19 di lingkungan lembaga pendidikan. Alasannya, meski pembelajaran tatap muka belum dibuka, para pendidik tetap bekerja dari sekolah sehingga rentan tertular Covid-19.
Pelaksana Harian Bupati Sidoarjo Achmad Zaini mengatakan, alokasi uji usap itu akan menyasar guru sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Menurut rencana, setiap sekolah akan diperiksa secara acak. Apabila ditemukan kasus positif, akan ditindaklanjuti dengan pengetesan untuk tujuan penelusuran kontak erat.
”Kuota uji usap itu berpeluang ditingkatkan apabila ditemukan kasus positif yang memerlukan upaya lanjutan seperti penelusuran kontak erat. Adapun pengetesan dimulai pekan depan,” ujar Achmad Zaini, Sabtu (26/9/2020).
Zaini mengatakan, awalnya pemda hanya mengalokasikan uji usap massal untuk aparatur sipil negara, pegawai non-ASN, dan pegawai badan usaha milik daerah di Kabupaten Sidoarjo. Kuota yang disiapkan sekitar 1.000 sasaran pengetesan pada gelombang pertama dan 1.600 sasaran pengetesan pada gelombang kedua.
Kuota uji usap itu berpeluang ditingkatkan apabila ditemukan kasus positif yang memerlukan upaya lanjutan seperti penelusuran kontak erat. Adapun pengetesan dimulai pekan depan.
Dari 1.054 pegawai di lingkungan pemda yang diuji usap pada gelombang pertama, didapati 64 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Artinya, angka kejadian Covid-19 cukup tinggi, yakni 6 persen dari jumlah orang yang diperiksa. Berpijak pada hal itu, pemda memperluas sasaran pengetesan dengan menambah kuota baru 1.600 orang.
Awalnya, untuk tenaga pendidik tidak dialokasikan pengetesan Covid-19 karena tidak ada pembelajaran tatap muka. Namun, karena di lingkungan pendidik ditemukan banyak kasus konfirmasi positif, dialokasikan kuota pengetesan sekitar 500 dan menjadi bagian dari aloksi untuk pegawai sebanyak 1.600 orang. Setelah dievaluasi ulang, pengetesan Covid-19 untuk tenaga pendidik dinilai sangat penting.
Kepala Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo Arif Mulyono dalam paparannya pada 18 September lalu mengatakan, pihaknya telah memonitoring seluruh unit kerja di lingkungan pemda yang jumlahnya 509. Unit kerja itu terbagi lima kelompok, yakni dinas atau badan, kecamatan, puskesmas, SD, dan SMP.
Dari hasil survei yang dilakukan pada 12 September lalu itu, seluruh unit kerja menyatakan telah menerapkan protokol kesehatan. Namun, masih banyak pegawai di lingkungan unit kerja tersebut yang terkonfirmasi positif Covid-19. Secara kumulatif sejak Maret hingga September, terdapat 612 pegawai yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Di lingkungan dinas atau badan, misalnya, dari total 30 unit kerja, sebanyak 22 di antaranya atau 73 persennya terkena sebaran Covid-19. Ada 196 pegawai laki-laki dan 263 pegawai perempuan yang terkonfirmasi positif. Mayoritas tidak mengalami gejala klinis atau orang tanpa gejala (OTG).
Berdasarkan hasil survei itu, sebaran Covid-19 di lingkungan unit kerja SD dan SMP cukup signifikan. Sebagai gambaran, sebaran Covid-19 ditemukan di 14 unit kerja SD dengan jumlah tenaga pendidik yang terkonfirmasi positif sebanyak 27 orang. Sementara di unit kerja SMP, sebaran Covid-19 ditemukan di enam sekolah dengan jumlah kasus positif 10 orang.
Kluster penjara
Dari Lapas Kelas I Surabaya dilaporkanm sebaran Covid-19 belum terkendali sehingga risiko penularan terhadap warga binaan pemasyarakatan serta pegawai sangat tinggi. Berdasarkan uji usap massal yang menyasar 400 warga binaan dan pegawai lapas, awal pekan lalu, terdapat 48 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 atau sekitar 12 persennya.
”Sebanyak 48 orang yang positif itu rinciannya 47 warga binaan pemasyarakatan dan seorang pegawai,” kata Kepala Lapas Kelas I Surabaya Gun Gun Gunawan.
Gun Gun mengatakan, uji usap massal itu merupakan inisiatif pengelola lapas untuk mendeteksi sebaran Covid-19 secara akurat. Hal itu untuk meredam keresahan para penghuni setelah merebak kasus konfirmasi positif pada pertengahan Agustus lalu. Pengetesan massal merupakan upaya penelusuran kontak erat.
Pada Agustus lalu, pengelola lapas juga menggelar uji usap massal setelah dua warga binaannya terkonfirmasi positif. Hal itu diketahui saat mereka dirawat di rumah sakit rujukan. Apalagi, beberapa hari kemudian ada dua napi yang meninggal karena Covid-19. Hal itu memicu keresahan di dalam lapas.
Pada Agustus lalu, dari 80 warga binaan dan pegawai yang diuji usap, ditemukan 57 orang terkonfirmasi positif. Angka kejadian Covid-19 di lapas ini sangat tinggi, yakni mencapai 71 persen. Menyikapi hal itu, pengelola langsung melakukan penanganan dengan cepat. Caranya memisahkan warga binaan yang positif untuk diisolasi di ruang kesehatan.
Pertengahan September lalu, semua warga binaan dan pegawai yang terkonfirmasi positif pada Agustus sudah selesai menjalani masa karantina dan dinyatakan sembuh meski tanpa menjalani uji usap untuk mengonfirmasi. Namun, masih ada keraguan terkait sebaran penyakit yang disebabkan oleh virus korona galur baru tersebut sehingga dilakukan uji usap massal.
Gun Gun mengatakan, 48 warga binaan dan petugas lapas yang terkonfirmasi positif saat ini dilakukan perawatan dengan mengisolasi mereka di ruang kesehatan. Namun, apabila selama menjalani karantina itu ada yang mengalami gejala klinik sedang hingga berat, mereka akan dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid-19 di Sidoarjo dan Surabaya.