Mengantisipasi munculnya klaster penularan Covid-19 di pondok pesantren, Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, melakukan tes usap massal kepada seluruh santri dan pengasuh pesantren.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Mengantisipasi munculnya kluster penularan Covid-19 di pondok pesantren, Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, melakukan tes usap massal kepada seluruh santri dan pengasuh pesantren. Tes massal dilakukan secara bertahap sejak Sabtu (26/9/2020).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto, di Surabaya, mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan munculnya kluster pondok pesantren di Surabaya. Namun, pihaknya tetap mengantisipasinya sehingga perlu dilakukan tes usap massal kepada seluruh santri dan pengasuh pesantren.
Pada hari ini, tes usap massal dilakukan di tiga pesantren, yakni Pondok Pesantren Sunan Kalijaga (60 orang), PPTQ Kids Darul Qur’an (50 orang), dan Panti Asuhan Muhammadiyah Putat Jaya (29 orang). ”Tes usap dilakukan secara bertahap kepada seluruh santri dan pengasuh untuk mengantisipasi penularan di pesantren,” katanya.
Pihaknya telah melakukan pendataan kepada seluruh pesantren di Surabaya. Sebagian ada yang sudah membuka kembali pembelajaran, tetapi sebagian lain masih tutup. Rata-rata setiap pesantren dihuni hingga 600 santri.
Menurut Irvan, tes massal di pesantren sangat diperlukan karena potensi penularannya cukup tinggi. Jika ada satu santri yang sudah terpapar, maka sangat mudah menular ke santri lain karena mereka berinteraksi bersama-sama setia hari di kawasan yang terbatas.
Wali santri Pesantren Yaa Nabiul-Ulum Wal Hikam, Fitria Madia, berterima kasih atas pelaksanaan tes usap massal di pesantren. Dia khawatir keluarganya yang berada di pesantren ikut terpapar karena sekarang klaster asrama terus bermunculan.
”Kalau begini, setidaknya kami keluarga tahu bagaimana kondisi adik kami di sana dan bagaimana kondisi lingkungannya. Kalau pondoknya aman, kami tenang. Karena anak pondok itu kan enggak ke mana-mana jadi muter di situ saja,” ujar Fitria.
Selain menyasar pondok pesantren, tes usap massal juga mulai dilakukan ke karyawan salon dan potong rambut. Pada tahap awal, tes dilakukan kepada karyawan salon yang berada di pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza. Tes usap kali ini diikuti oleh seluruh karyawan salon yang berjumlah 130 orang.
”Jika hasil tes usap positif, mereka diminta melakukan isolasi di Asrama Haji Surabaya jika warga Surabaya, sedangkan warga luar Surabaya diisolasi di Rumah Sakit Darurat Lapangan Indrapura,” ujar Irvan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, razia di tempat hiburan yang melanggar Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 33 Tahun 2020 sebagai perubahan regulasi Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru pada Kondisi Pandemi Covid-19 di Kota Surabaya terus dilakukan. Dalam seminggu terakhir, misalnya, enam tempat hiburan dicabut tanda daftar usaha pariwisata.
Kalau begini, setidaknya kami keluarga tahu bagaimana kondisi adik kami di sana dan bagaimana kondisi lingkungannya.
Keenam tempat hiburan itu adalah diskotek Escobar, bar Escobar, karaoke dewasa Queen, karaoke keluarga Queen, karaoke keluarga De’Berry, dan panti pijat Kimochi. ”Kami memberikan sanksi berupa pencabutan tanda daftar usaha pariwisata. Jika tetap membandel, izin usahanya akan dicabut izin,” katanya.
Dalam Pasal 20 Peraturan Wali Kota Surabaya No 33/2020 disebutkan, kegiatan hiburan dan rekreasi yang diizinkan tetap beroperasi hanya destinasi wisata, arena permainan, salon atau tempat cukur rambut, dan gelanggang olahraga kecuali renang, futsal, voli, dan basket. Penilaian risiko yang dilakukan oleh tim ahli, tempat hiburan di ruangan tertutup tanpa ventilasi memiliki risiko penularan yang tinggi sehingga tidak diizinkan beroperasi.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Surabaya melihat situasi penularan dari daerah lain untuk mencegah hal serupa terjadi di Surabaya. Oleh sebab itu, antisipasi di kluster penularan dengan melakukan tes usap massal dilakukan untuk mencegah penularan yang meluas.
Setiap hari, pihaknya juga melakukan tes cepat antigen secara acak ke beberapa lokasi yang rawan terjadi kerumunan, seperti kafe, rumah makan, dan pasar. Dari tes cepat yang dilakukan selama Selasa-Jumat (22-25/9/2020), ada 1.730 warga yang dites, empat di antaranya reaktif dan melanjutkan tes usap.
”Kami melakukan 3T, yaitu testing, tracing, dan treatment, sedangkan warga harus patuh 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan agar pandemi segera bisa dikendalikan,” kata Risma.
Dia menuturkan, cakupan tes massal terus diperluas untuk memutus penularan, terutama dari orang tanpa gejala. Tes dilakukan melalui metode jemput bola dengan mendatangi warga yang akan dites. Selain itu, pihaknya juga memudahkan warga yang ingin melakukan tes dengan mendekatkan tes di puskesmas tanpa dipungut biaya.
Risma mengatakan, Surabaya mampu melakukan tes usap massal secara masif dan gratis karena memiliki fasilitas yang memadai. Pihaknya saat ini memiliki lebih dari 100.000 reagen yang berasal dari BNPB, BIN, dan swasta. Di labkesda, petugas dapat memeriksa 2.000-3.000 sampel tes usap dalam sehari.
”Banyak pihak yang peduli terhadap penanganan Covid-19 di Surabaya. Jika reagen habis dan tidak ada lagi bantuan, kami siap melakukan pengadaan agar pandemi ini segera berakhir,” ujarnya.