Menantang Diri Menaklukkan Elevasi Kala Pandemi
Selama hampir satu bulan, ratusan pelari trail di Tanah Air mengikuti Effort Challenge 2020. Lomba lari yang membuat peserta tidak hanya menantang diri mengumpulkan jarak, tetapi juga menaklukkan elevasi.
Pandemi membuat lomba lari, termasuk trail run atau lari lintas alam bebas, tidak bisa lagi dilaksanakan secara langsung di satu tempat. Kondisi itu membuat penyelenggara menggantinya dengan lomba virtual. Salah satunya adalah Effort Challenge 2020. Lomba lari yang membuat peserta tidak hanya menantang diri mengumpulkan jarak, tetapi juga menaklukkan elevasi.
Jam menunjukkan pukul 06.30 Wita saat rombongan Andi Eka Karya (31), Lalu Erwin Mustiadi (31), dan Sohibul Kahfi (23) tiba di gerbang Savana Propok dan Bukit Kondo, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (29/8/2020).
Letaknya yang berada di kawasan hutan membuat suasana gerbang yang berada sekitar 75 kilometer itu masih gelap. Beberapa orang masih tertidur pulas berselimut sarung di warung atau tenda di pinggir jalan. Suhu udara yang dingin membuat mereka masih enggan bangun.
Baca juga : Kabur dari Korona dengan ”Ngetrel”
Eka mendekati satu tenda. Menepuk-nepuk bagian atas. Lalu berteriak membangunkan penghuninya. Tak berapa lama, Muh Thoriq Dwi Setyawan muncul, menginformasikan bahwa yang mereka cari sudah berangkat duluan.
”Tinggal saya di sini, tidak ikut naik. Mak Iwed sudah berangkat. Saya masuk ke tenda karena di luar dingin,” kata Thoriq. Mak Iwed, panggilan untuk Dewi Ekawati (43), salah satu senior mereka.

Sejumlah penghobi lari trail asal Lombok mengikuti Effort Challenge 2020 yang diselenggarakan Trail Running Connect dengan menaiki perbukitan di kawasan Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (28/8/2020). Effort Challenge 2020 merupakan lomba lari trail yang berlangsung selama 28 hari dan diikuti hampir 200 pelari dari seluruh wilayah Indonesia.
Mengetahui itu, Eka, Erwin, dan Sohibul langsung bergegas. Mereka menyiapkan diri. Berganti pakaian lari, memakai sepatu khusus untuk lintas alam, dan memastikan semua perbekalan telah masuk ke tas.
Sekitar pukul 07.00, ketiganya kemudian mulai berjalan kaki ke arah barat. Jalur pertama masih berupa jalan datar dikelilingi pepohonan. Sekitar sepuluh menit kemudian, jalur mulai sedikit menanjak.
Baca juga : Raja Lari Nasional yang Tanpa Mahkota
Setelah itu, mereka mendapati jalur menurun, kemudian menanjak lagi. Begitu seterusnya selama beberapa kali hingga jarak tempuh mencapai sekitar 1 kilometer atau ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Dewi Ekawati (43), peserta Effort Challenge 2020 yang diselenggarakan Trail Running Connect, berpegangan pada tali saat menaiki bukit di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, tepatnya di Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (28/8/2020). Effort Challenge 2020 merupakan lomba lari trail yang berlangsung selama 28 hari dan diikuti hampir 200 pelari dari seluruh wilayah Indonesia.
Selanjutnya, jalur terus menanjak. Cukup curam untuk berjalan tanpa pegangan. Oleh karena itu, di kiri atau kanan jalan dipasang tali pengaman. Berpegangan pada tali bisa membantu pergerakan jauh lebih mudah dan cepat.
Memasuki ketinggian 1.200 mdpl, mereka keluar dari hutan. Jalur masih tetap menanjak, tetapi berganti jalan di punggung tebing dengan ilalang di kiri dan kanan.
Dari jalur itu, jika menengok ke bawah, tutupan hutan yang sudah dilalui terlihat jelas. Begitu pun kawasan hutan lain. Di atas kawasan hutan itu juga terlihat bukit-bukit yang menjulang di sisi timur dan selatan.
Baca juga : Lari Virtual Sekaligus Berdonasi
Jalur menanjak dengan ilalang itu memang curam sehingga harus berhati-hati. Beruntung ada tali-tali yang dipasang hingga atas, termasuk pegangan dari kayu. Setidaknya itu membantu sekaligus mengamankan pengunjung.

Sejumlah penghobi lari trail asal Lombok mengikuti Effort Challenge 2020 yang diselenggarakan Trail Running Connect dengan menaiki perbukitan di kawasan Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (28/8/2020). Effort Challenge 2020 merupakan lomba lari trail yang berlangsung selama 28 hari dan diikuti hampir 200 pelari dari seluruh wilayah Indonesia.
Setelah menempuh perjalanan 1,5 jam, rombongan itu sampai di Bukit Sekomak. Begitu sampai di sana, perjalanan menanjak yang begitu melelahkan terbayar.
Pada ketinggian 1.700 mdpl, Savana Propok I dengan hamparan ilalang terhampar di depan mata. Hamparan savana itu berakhir di kaki Gunung Rinjani yang terlihat menjulang di sisi barat.
Di sisi kiri dan kanan, bukit-bukit semakin banyak terlihat, termasuk di belakang. Juga hamparan hutan hijau yang berakhir pada daratan dengan permukiman warga dan Selat Alas (selat antara Pulau Lombok dan Sumbawa).
Baca juga : Lari 100 Km Mengelilingi Kasur
Setelah puas beristirahat dan mengisi tenaga dengan bekal masing-masing, termasuk bertemu Dewi, rombongan itu tidak langsung turun. Mereka memutuskan melanjutkan perjalanan untuk menjajal Bukit Kondo yang berada pada ketinggian 1.800 mdpl.

Penghobi lari trail melewati perbukitan di kawasan Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (28/8/2020), dalam rangka Effort Challenge 2020. Effort Challenge 2020 merupakan lomba lari trail yang berlangsung selama 28 hari dan diikuti hampir 200 pelari dari seluruh wilayah Indonesia.
Sambil beriringin, mereka berjalan kaki pada jalan setapak menanjak yang kiri dan kanannya tebing. Sesekali mereka berhenti, kemudian berfoto dengan berbagai latar. Begitu sampai di Puncak Kondo, mereka kembali beristirahat dan berfoto.
Alih-alih turun lewat jalur semula, mereka justru memilih jalur lain. Tetapi, pilihan di luar perkiraan. Mereka harus melewati lereng curam yang butuh kehati-hatian untuk melangkah, termasuk berpijak baik pada batu atau tanah keras.
Dewi dan rombongan harus berpegang erat pada rumput-rumput karena tidak ada pohon sama sekali. Jika tidak berpegangan, mereka bisa terjatuh. Lereng dengan kemiringan hampir 75 derajat itu akhirnya bisa mereka lewati sekitar 30 menit.
Baca juga : Lomba Lari Virtual Lebih Realistis Saat Ini
Di sana, mereka disambut Savana Propok II. Ilalang, perdu, dan tumbuhan liar lain terhampar luas hingga ke ujung barat. Berakhir pada tutupan hutan tepat di bawah Gunung Rinjani yang menjulang tinggi.

Sejumlah penghobi lari trail asal Lombok melewati perbukitan di kawasan Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (28/8/2020), dalam rangka Effort Challenge 2020. Effort Challenge 2020 merupakan lomba lari trail yang berlangsung selama 28 hari dan diikuti hampir 200 pelari dari seluruh wilayah Indonesia.
Begitu tiba, Dewi dan rekan-rekannya bergerak dengan cepat, bahkan sedikit berlari menuju tempat teduh untuk beristirahat.
Setelah energi kembali, mereka melanjutkan perjalanan pulang. Melewati Savana Propok I, naik ke Bukit Sekomak, lalu turun melewati turunan yang curam, masuk ke kawasan hutan, dan muncul di pintu gerbang. Total jarak yang ditempuh hampir 10 kilometer.
Effort Challenge
Selain menengok jalur lama yang digunakan untuk ajang Rinjani100 atau lari lintas alam di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani itu, rombongan Dewi sebenarnya tengah mengikuti Effort Challenge 2020.
Effort Challenge 2020 adalah lomba lari lintas alam bebas (trail running) yang digelar oleh Trail Running Connect, laman penyedia informasi tentang lari trail.

Kompetisi yang berlangsung selama empat pekan mulai dari 17 Agustus 2020 hingga 13 September 2020 itu tidak hanya diikuti Eka dan kawan-kawan, tetapi juga hampir 200 penghobi lari trail di seluruh Indonesia.
”Sebaran pesertanya menarik. Hampir seluruh Indonesia karena sifatnya virtual. Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku juga ada,” kata founder Trail Running Connect yang juga salah satu juri, Rudi Rohmansyah.
Ide menggelar kompetisi itu muncul melihat dampak pandemi. Apalagi, banyak lomba yang ditunda hingga dibatalkan. ”Itu membuat khawatir lari trail akan redup,” kata Rudi.
Berbeda dengan lari virtual lain, lokasi lomba lari Effort Challenge bisa di mana saja selama berada di wilayah Indonesia. Konsep effort diperkenalkan dalam lomba itu. Konsep itu yang biasa digunakan pada lomba-lomba di bawah Asosiasi Lari Trail Internasional (ITRA).

Di sela-sela lari, peserta Effort Challenge 2020 asal Lombok juga berfoto dengan latar belakang Gunung Rinjani dari perbukitan di kawasan Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (28/8/2020). Effort Challenge 2020 merupakan lomba lari trail yang berlangsung selama 28 hari dan diikuti hampir 200 pelari dari seluruh wilayah Indonesia.
Konsep itu memadukan hitungan jarak dan hitungan elevasi. Misalnya, setiap mendapat 1 kilometer jarak lari, seorang pelari mendapat satu poin. Kemudian untuk elevasi, setiap mendapat 100 meter, seorang pelari dihitung mendapat satu poin.
Lomba berlangsung selama empat minggu. Setiap minggu, setiap peserta wajib mendapatkan 1.000 meter elevasi. Jika tidak, mereka tidak bisa melanjutkan lomba. Pemenang ditentukan berdasarkan poin effort terbanyak akumulasi dari poin jarak dan elevasi.
”Kami senang karena walau pertama kali, disambut dengan baik. Banyak juga yang konsisten hingga minggu keempat. Selain itu, dunia lari trail bisa hidup di tengah pandemi,” kata Rudi. Panitia sendiri sejak awal sudah meminta peserta selalu menerapkan protokol kesehatan.
Baca juga : Komunitas Lari Menyiasati Kondisi Pandemi
Selain itu, kata Rudi, lewat lomba itu, mereka menghubungkan para pelari trail seluruh Indonesia sehingga mereka punya data sebaran pelari trail Indonesia. ”Kami senang melihat para pelari yang sudah punya nama memberi contoh dengan konsistensinya. Di saat yang sama juga muncul bibit-bibit baru pelari trail Indonesia,” kata Rudi.

Founder Trail Running Connet yang juga salah satu juri Effort Challenge 2020, Rudi Rohmansyah.
Di sisi lain, kata Rudi, melalui kegiatan itu, mereka juga mendorong semangat menjaga hutan. Itu karena dari biaya pendaftaran, peserta juga mengadopsi pohon di hutan Kalimantan Barat. Program itu bekerja sama dengan gerakan Hutan Itu Indonesia.
Menantang
Setelah berlangsung selama empat minggu, lomba berakhir dengan pemenang baik kategori laki-laki maupun perempuan. Pada kategori laki-laki, gelar juara diraih oleh Suparmin asal Jawa Tengah yang meraih 2109 ,38 poin setelah berlari dengan total jarak 1254,73 kilometer (km) dan elevasi 85.465 meter.
Sementara pemenang kedua adalah Imam Afandi asal NTB yang meraih 1.972,68 poin (jarak 1365 km dan elevasi 60.768 meter) serta peringkat ketiga Edi Hosana asal Kalimantan Timur dengan 1.923,24 poin (jarak 1.610 6 km dan elevasi 31.264 meter).

Sementara untuk kategori perempuan, gelar juara diraih Shindy Patricia asal Jawa Timur yang meraih 1.546,87 poin setelah berlari dengan total jarak 986,6 km dan elevasi 56.027 meter. Pemenang kedua adalah Christin Mutia asal Jawa Timur dengan 1.447,38 poin setelah berlari dengan total jarak 1.112,5 km dan elevasi 33.488 meter. Adapun peringkat ketiga diraih Novita Wulandari asal Jawa Barat dengan 1.015,38 poin (total jarak 734,8 km dan elevasi 28.058 meter).
Suparmin yang banyak menjuarai lomba lari trail mengatakan, Effort Challenge yang berlangsung selama satu bulan adalah lomba yang tidak main-main. ”Sangat menantang. Benar-benar mengobati kerinduan akan lomba lari trail,” kata Suparmin yang berkemah selama satu bulan di Gunung Muria, tempatnya berlari untuk lomba itu setiap hari.
Ia memutuskan ikut karena optimistis punya ketahanan. Lomba seperti Effort Challenge, menurut dia, membutuhkan ketahanan, alih-alih kecepatan. ”Pekerjaan rumah saya adalah bagaimana agar tiak cedera selama satu bulan,” kata Suparmin yang mengatakan kehilangan pekerjaan karena pandemi.
Baca juga : Borobodur Marathon 2020 Digelar dengan Konsep Hibrida
Menurut Suparmin yang menjaga fisiknya dengan mengonsumsi ketela rebus dan tempe rebus setiap hari itu, tantangan terbesar adalah mulai lari setiap hari. ”Seratus persen berat karena benar-benar sudah lelah, capek, ngantuk, dan bosan,” kata Suparmin yang diserang diare dua hari menjelang lomba berakhir.

Suparmin, juara kategori laki-laki di Effort Challenge 2020.
Suparmin mengatakan tidak ada catatan khusus terkait lomba. Hanya saja, ia merasa bahagia dengan lomba itu karena melatih mental sekaligus melawan rasa bosan dan malas.
”Risiko pasti ada, tetapi itu wajib kita lalui untuk mendidik kita lebih kuat. Apalagi lari trail, harus siap kepeleset, kedinginan, dan lainnya,” kata Suparmin yang menyesal karena tak punya foto saat berlari di Muria.
Shindy juga mengatakan senang bisa meraih gelar juara kategori perempuan. Apalagi, prestasi itu diraihnya dari kompetisi lari selama 28 hari selama pandemi. ”Ini tentu bukan hal mudah. Butuh kondisi fisik yang bugar. Karena bagaimanapun, menjaga kesehatan jauh lebih penting dari kompetisi itu sendiri,” kata Shindy.
Menurut dia, menjaga konsisten memang jadi tantangan terbesar. Baginya, bukan seberapa banyak jarak dan elevasi yang ia tempuh.

Beberapa pelari dari Padang Trail Runners melintasi padang ilalang yang berada di atas Danau Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Minggu (6/1/2019) lalu. Danau Talang merupakan salah satu danau yang bisa dinikmati ketika mendaki Talang melewati Kecamatan Danau Kembar.
”Tetapi, bagaimana mengatasi rasa jenuh berlari setiap hari, bahkan di rute yang hampir selalu sama seorang diri. Jadi, selain mendengarkan musik, saya juga mengubah rute, dan tentu tetap istirahat dan menjaga nutrisi,” kata Shindy yang kagum dengan kompetitifnya peserta kategori perempuan.
Seperti Suparmin dan Shindy, menurut Lalu Erwin yang banyak berlari di kawasan perbukitan di Taman Nasional Gunung Rinjani, lomba itu sangat menantang. ”Walau hanya lomba virtual, serasa kita saling mengejar untuk menabung jarak dan elevasi. Memacu adrenalin untuk mendapatkan minimal 1.000 meter elevasi setiap minggu,” kata Erwin.
Eka yang juga sering lari bersama Erwin mengatakan, karena lari di ketinggian untuk mengumpulkan elevasi, pengetahuan tentang medan sangat penting.
Baca juga : Debut Ajang Lari Virtual Disambut Antusiasme Tinggi
”Cukup berbahaya ketika lari tanpa pengetahuan yang cukup tentang cuaca, kondisi topografi, dan sosial masyarakatnya. Jadi, gak cuma lari, kita harus mengetahui karakteristik kondisi medan yang dituju. Termasuk memilah dan memilih peralatan yang tepat,” kata Eka.

Sejumlah penghobi lari trail asal Lombok mengikuti Effort Challenge 2020 yang diselenggarakan Trail Running Connect dengan menaiki perbukitan di kawasan Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (28/8/2020). Effort Challenge 2020 merupakan lomba lari trail yang berlangsung selama 28 hari dan diikuti hampir 200 pelari dari seluruh wilayah Indonesia.
Pada saat yang sama, karena belari pada masa pandemi, menurut Dewi, berlari menjadi tantangan selain memotivasi diri melawan rasa malas. ”Padahal, kalau lari mencari elevasi di tanjakan, paling seru ramai-ramai,” kata Dewi.
Pada saat pandemi, menjaga kesehatan menjadi sangat penting. Berlari bisa jadi pilihan. Jika tak cukup di jalan, tak ada salahnya menantang diri ke kawasan perbukitan hingga gunung, menaklukkan elevasi.